Buzzer Ahok: Punya 'Markas' Plus Dapat Gaji Rp4 Juta
A
A
A
JAKARTA - Pertarungan politik dalam Pilkada DKI pada 2017 lalu yang merambah ke dunia maya membuat keberadaan pasukan buzzer menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Buzzer menjadi penting untuk menghadang gelombang anti salah satu calon sekaligus juga menyerang lawan politik.
Seorang anggota tim buzzer dari mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Alex, mengungkapkan bahwa ia mendapatkan bayaran untuk pekerjaannya itu. Menurutnya, ia menerima bayaran sebesar Rp4 juta atas pekerjaannya itu.
Tidak hanya itu. Pasukan buzzer yang terdiri dari 20 orang ini juga mempunyai "markas" tempat mereka bekerja. Diduga, lokasi markas mereka berada di salah satu rumah mewah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Pasukan ini harus membuat 60 hingga 120 kali cuitan sehari di akun Twitter palsu dan beberapa kali postingan setiap hari di Facebook.
Alex mengatakan timnya terdiri dari 20 orang, masing-masing dengan 11 akun media sosial, akan menghasilkan hingga 2.400 postingan di Twitter sehari.
Operasi ini dikoordinasikan melalui grup WhatsApp bernama Special Force, atau Pasukan Khusus, yang Alex perkirakan terdiri dari sekitar 80 anggota. Tim itu memberi makan konten dan hashtag harian untuk diposting.
"Mereka tidak ingin akun tersebut menjadi anonim sehingga mereka meminta kami untuk mengambil foto untuk profil tersebut, jadi kami mengambilnya dari Google, atau terkadang kami menggunakan gambar dari teman-teman kami, atau foto dari grup Facebook atau WhatsApp," jelas Alex.
"Mereka juga mendorong kami untuk menggunakan akun wanita cantik untuk menarik perhatian pada materi; banyak akun yang seperti itu," sambungnya seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (25/7/2018).
Di Facebook, mereka bahkan membuat beberapa akun menggunakan foto profil aktris asing yang terkenal, yang entah bagaimana tampak seperti penggemar Ahok. Tim siber itu diduga mengatakan "aman" untuk memposting dari markas mereka di Menteng, di mana mereka beroperasi dari beberapa kamar.
"Ruang pertama untuk konten positif, di mana mereka menyebarkan konten positif tentang Ahok. Ruang kedua adalah untuk konten negatif, menyebarkan konten negatif dan pidato kebencian tentang oposisi," rinci Alex. Alex sendiri memilih untuk berada di kamar positif.
Banyak dari akun tersebut hanya memiliki beberapa ratus pengikut, tetapi dengan mendapatkan tren hashtag mereka, setiap hari, mereka secara artifisial meningkatkan visibilitas di platform. Dengan memanipulasi Twitter, mereka memengaruhi pengguna dan media Indonesia, yang sering mengacu pada hashtag yang sedang tren sebagai barometer suasana nasional.
Mengingat bahwa Ahok kalah dalam pilkada DKI lalu, dan berakhir di penjara, Alex mengatakan dia tidak dapat memastikan seberapa efektif timnya.
Seorang anggota tim buzzer dari mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Alex, mengungkapkan bahwa ia mendapatkan bayaran untuk pekerjaannya itu. Menurutnya, ia menerima bayaran sebesar Rp4 juta atas pekerjaannya itu.
Tidak hanya itu. Pasukan buzzer yang terdiri dari 20 orang ini juga mempunyai "markas" tempat mereka bekerja. Diduga, lokasi markas mereka berada di salah satu rumah mewah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Pasukan ini harus membuat 60 hingga 120 kali cuitan sehari di akun Twitter palsu dan beberapa kali postingan setiap hari di Facebook.
Alex mengatakan timnya terdiri dari 20 orang, masing-masing dengan 11 akun media sosial, akan menghasilkan hingga 2.400 postingan di Twitter sehari.
Operasi ini dikoordinasikan melalui grup WhatsApp bernama Special Force, atau Pasukan Khusus, yang Alex perkirakan terdiri dari sekitar 80 anggota. Tim itu memberi makan konten dan hashtag harian untuk diposting.
"Mereka tidak ingin akun tersebut menjadi anonim sehingga mereka meminta kami untuk mengambil foto untuk profil tersebut, jadi kami mengambilnya dari Google, atau terkadang kami menggunakan gambar dari teman-teman kami, atau foto dari grup Facebook atau WhatsApp," jelas Alex.
"Mereka juga mendorong kami untuk menggunakan akun wanita cantik untuk menarik perhatian pada materi; banyak akun yang seperti itu," sambungnya seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (25/7/2018).
Di Facebook, mereka bahkan membuat beberapa akun menggunakan foto profil aktris asing yang terkenal, yang entah bagaimana tampak seperti penggemar Ahok. Tim siber itu diduga mengatakan "aman" untuk memposting dari markas mereka di Menteng, di mana mereka beroperasi dari beberapa kamar.
"Ruang pertama untuk konten positif, di mana mereka menyebarkan konten positif tentang Ahok. Ruang kedua adalah untuk konten negatif, menyebarkan konten negatif dan pidato kebencian tentang oposisi," rinci Alex. Alex sendiri memilih untuk berada di kamar positif.
Banyak dari akun tersebut hanya memiliki beberapa ratus pengikut, tetapi dengan mendapatkan tren hashtag mereka, setiap hari, mereka secara artifisial meningkatkan visibilitas di platform. Dengan memanipulasi Twitter, mereka memengaruhi pengguna dan media Indonesia, yang sering mengacu pada hashtag yang sedang tren sebagai barometer suasana nasional.
Mengingat bahwa Ahok kalah dalam pilkada DKI lalu, dan berakhir di penjara, Alex mengatakan dia tidak dapat memastikan seberapa efektif timnya.
(ian)