Wapres Afghanistan Lolos dari Serangan Bom Bunuh Diri
A
A
A
KABUL - Wakil Presiden (Wapres) Afghanistan Abdul Rashid Dostum lolos dari serangan bom bunuh diri di bandara Kabul. Dostum baru kembali ke Afghanistan, Minggu (22/7/2018), setelah lebih dari setahun di pengasingan di Turki atas tuduhan menyalahgunakan kekuasaan dan menyiksa pesaing politiknya.
Dostum, yang meninggalkan Afghanistan tahun lalu di tengah tuduhan penyiksaan dan pelecehan, telah meninggalkan bandara dalam iring-iringan mobil hanya beberapa menit sebelum ledakan, yang menurut para pejabat tampaknya disebabkan oleh seorang pembom bunuh diri.
"Sebanyak 10 orang tewas dan terluka dalam ledakan itu," kata jurubicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Najib Danish, seperti dikutip dari Reuters, Senin (23/7/2018).
Jurubicara polisi Kabul Hashmat Stanekzai mengatakan ledakan itu terjadi di dekat pintu masuk bandara utama, di mana para pendukung telah menunggu untuk menyambut Dostum saat iring-iringan mobilnya melintas dalam perjalanan ke pusat kota.
“Jumlah korban mungkin meningkat. Ledakan itu terjadi tepat setelah konvoi Dostum meninggalkan bandara,” terangnya.
Dostum, seorang veteran Uzbek dari beberapa dekade politik berdarah Afghanistan, tidak terluka dan disambut pendukung yang bersorak-sorai di sebuah rapat umum di kompleks kantornya.
Sebagian besar wilayah di sekitar istana presiden ditutup untuk kedatangan dan ada kehadiran pasukan keamanan yang besar di jalanan, menekankan iklim politik yang semakin bergejolak di Kabul.
Dostum menghadapi kemarahan dari negara-negara donor Barat termasuk Amerika Serikat, setelah laporan pada tahun 2016 menyatakan para pengawalnya telah menangkap pesaing politiknya Ahmad Eshchi dan menjadikannya sebagai sasaran pemukulan, penyiksaan dan pelecehan seksual.
Dia membantah tuduhan Eshchi di tengah tuntutan internasional bahwa dia harus bertanggung jawab. Ia kemudian meninggalkan negara itu Mei tahun lalu, dengan alasan mencari perawatan medis di Turki.
Dostum, yang meninggalkan Afghanistan tahun lalu di tengah tuduhan penyiksaan dan pelecehan, telah meninggalkan bandara dalam iring-iringan mobil hanya beberapa menit sebelum ledakan, yang menurut para pejabat tampaknya disebabkan oleh seorang pembom bunuh diri.
"Sebanyak 10 orang tewas dan terluka dalam ledakan itu," kata jurubicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Najib Danish, seperti dikutip dari Reuters, Senin (23/7/2018).
Jurubicara polisi Kabul Hashmat Stanekzai mengatakan ledakan itu terjadi di dekat pintu masuk bandara utama, di mana para pendukung telah menunggu untuk menyambut Dostum saat iring-iringan mobilnya melintas dalam perjalanan ke pusat kota.
“Jumlah korban mungkin meningkat. Ledakan itu terjadi tepat setelah konvoi Dostum meninggalkan bandara,” terangnya.
Dostum, seorang veteran Uzbek dari beberapa dekade politik berdarah Afghanistan, tidak terluka dan disambut pendukung yang bersorak-sorai di sebuah rapat umum di kompleks kantornya.
Sebagian besar wilayah di sekitar istana presiden ditutup untuk kedatangan dan ada kehadiran pasukan keamanan yang besar di jalanan, menekankan iklim politik yang semakin bergejolak di Kabul.
Dostum menghadapi kemarahan dari negara-negara donor Barat termasuk Amerika Serikat, setelah laporan pada tahun 2016 menyatakan para pengawalnya telah menangkap pesaing politiknya Ahmad Eshchi dan menjadikannya sebagai sasaran pemukulan, penyiksaan dan pelecehan seksual.
Dia membantah tuduhan Eshchi di tengah tuntutan internasional bahwa dia harus bertanggung jawab. Ia kemudian meninggalkan negara itu Mei tahun lalu, dengan alasan mencari perawatan medis di Turki.
(ian)