KBRI Kuala Lumpur Coba Temui WNI Terduga Anggota ISIS
A
A
A
KUALA LUMPUR - Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, Malaysia menyatakan tengah mencoba meminta akses kekonsuleran untuk bisa menemui tiga orang warga negara Indonesia (WNI) yang ditangkap otoritas Malaysia. Ketiga WNI ini ditangkap karena diduga kuat sebagai anggota ISIS.Menurut keterangan Counselor Pensosbud KBRI KL, Agung C Sumirat, KBRI belum menerima rincian mengenai penangkapan tersebut. Oleh karena itu, KBRI akan meminta akses kekonsuleran untuk menemui ketiganya."KBRI belum menerima detail dan pemberitahuan resmi dari Pemerintah Malaysia. Sebagai tindak lanjut, KBRI akan segera meminta akses konsuler untuk dapat menemui mereka," kata Agung dalam sebuah pernyataan yang diterima Sindonews pada Kamis (19/7).Sebelumnya diwartakan, tujuh tersangka militan ISIS, termasuk tiga di antaranya berasal dari Indonesia ditangkap polisi Diraja Malaysia. Mereka dituduh telah mengancam akan membunuh Yang Di-Pertuan Agong Sultan Muhammad V (raja Malaysia), Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan para pejabat lain.Ketujuh tersangka ditangkap di empat negara bagian, yakni Terengganu, Selangor, Perak dan Johor. Mereka ditangkap dalam operasi khusus dari 12 Juli hingga 17 Juli 2018.Kepala Polisi Diraja Malaysia, Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Mohamad Fuzi Harun, mengatakan ketujuh tersangka ditahan di empat negara bagian tersebut."Kami melakukan penangkapan pertama pada 12 Juli di Terengganu, di mana seorang pria Indonesia berusia 26 tahun ditahan. Tersangka adalah anggota kelompok teror 'Negara Islam Indonesia' (NII), yang telah menerima pelatihan senjata di Bandung antara 2015 dan 2018," kata Mohamad Fuzi.Menurut Mohamad Fuzi, istri salah satu tersangka yakni seorang warga Malaysia, juga bersumpah setia kepada kelompok teror NII.Mohamad Fuzi kemudian menuturkan, WNI kedua ditangkap di Selangor dan bertugas untuk menyebarkan prograda ISIS melalui media sosial. Satu orang WNI lainnya ditangkap di di Perak dan memiliki hubungan dengan JAD."Tersangka berusia 42 tahun bertugas sebagai pekerja pabrik. Dia mengaku memiliki hubungan dari anggota jaringan JAD, yang terlibat dalam bentrok di Mako Brimob Jakarta," tukas Mohamad Fuzi.
(esn)