Korban Tewas Banjir Jepang Tembus 157 Jiwa
A
A
A
TOKYO - Jumlah korban tewas akibat banjir terburuk dalam 36 tahun yang melanda Jepang terus meningkat. Jumlah terbaru menunjukkan 157 orang tewas dengan puluhan lainnya masih hilang.
"Tanah longsor dan banjir di sebagian besar Jepang barat telah menewaskan sedikitnya 157 orang," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga seperti disitat dari ABC.net.au, Rabu (11/7/2018).
Puluhan orang masih belum ditemukan sejak pagi ini, banyak dari mereka berada di daerah Hiroshima dan Okayama yang merupakan daerah paling parah.
Tim penyelamat sedang menyisir lereng bukit yang tertutup lumpur dan sepanjang tepi sungai, dengan banyak warga menghadapi risiko kesehatan akibat suhu tinggi dan kekurangan air.
Pasokan listrik kini telah kembali ke semua 3.500 pelanggan, tetapi lebih dari 200.000 tetap tanpa air di bawah terik matahari, dengan suhu yang mencapai 33 derajat Celcius di beberapa daerah yang paling terpukul, seperti kota Kurashiki.
Badan Meteorologi Jepang mengatakan hujan setinggi 10 cm per jam jatuh di sebagian besar Jepang barat daya.
"Ada permintaan untuk memasang AC karena naiknya suhu di atas 30 derajat hari ini, dan pada saat yang sama kita perlu memulihkan garis hidup," kata Menteri Keuangan Taro Aso setelah pertemuan kabinet pada hari Selasa.
Pemerintah Jepang memobilisasi 75.000 pasukan dan pekerja darurat dan hampir 80 helikopter dalam upaya pencarian dan penyelamatan.
"Pemerintah Jepang juga telah menyisihkan USD845 juta dalam dana infrastruktur untuk tanggap bencana, dengan USD4,22 miliar sebagai cadangan," kata Aso, menambahkan bahwa anggaran tambahan akan dipertimbangkan jika diperlukan.
Sementara Suga menambahkan bahwa Pemerintah Negeri Matahari Terbit itu telah membentuk gugus tugas dan menghabiskan USD24 juta untuk mempercepat pengiriman pasokan dan dukungan lainnya untuk pusat-pusat evakuasi dan penduduk di wilayah tersebut.
"Ketika jumlah yang diperlukan bertambah...kami akan mempertimbangkan anggaran tambahan nanti jika dana ini terbukti tidak cukup," kata Aso.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, telah membatalkan perjalanan ke luar negeri untuk mengatasi bencana yang terjadi di dalam negerinya. Ia akan mengunjungi daerah-daerah yang paling parah dilanda kerusakan dan mengunjungi komunitas lokal ketika tim penyelamat terus mencari orang-orang yang selamat.
Jepang terus memantau kondisi cuaca dan mengeluarkan peringatan dini. Namun jumlah penduduknya yang padat di mana setiap lahan digunakan, termasuk dataran potensial banjir, dibangun di negara yang sebagian besar terdiri dari gunung-gunung itu membuatnya rentan terhadap bencana.
"Tanah longsor dan banjir di sebagian besar Jepang barat telah menewaskan sedikitnya 157 orang," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga seperti disitat dari ABC.net.au, Rabu (11/7/2018).
Puluhan orang masih belum ditemukan sejak pagi ini, banyak dari mereka berada di daerah Hiroshima dan Okayama yang merupakan daerah paling parah.
Tim penyelamat sedang menyisir lereng bukit yang tertutup lumpur dan sepanjang tepi sungai, dengan banyak warga menghadapi risiko kesehatan akibat suhu tinggi dan kekurangan air.
Pasokan listrik kini telah kembali ke semua 3.500 pelanggan, tetapi lebih dari 200.000 tetap tanpa air di bawah terik matahari, dengan suhu yang mencapai 33 derajat Celcius di beberapa daerah yang paling terpukul, seperti kota Kurashiki.
Badan Meteorologi Jepang mengatakan hujan setinggi 10 cm per jam jatuh di sebagian besar Jepang barat daya.
"Ada permintaan untuk memasang AC karena naiknya suhu di atas 30 derajat hari ini, dan pada saat yang sama kita perlu memulihkan garis hidup," kata Menteri Keuangan Taro Aso setelah pertemuan kabinet pada hari Selasa.
Pemerintah Jepang memobilisasi 75.000 pasukan dan pekerja darurat dan hampir 80 helikopter dalam upaya pencarian dan penyelamatan.
"Pemerintah Jepang juga telah menyisihkan USD845 juta dalam dana infrastruktur untuk tanggap bencana, dengan USD4,22 miliar sebagai cadangan," kata Aso, menambahkan bahwa anggaran tambahan akan dipertimbangkan jika diperlukan.
Sementara Suga menambahkan bahwa Pemerintah Negeri Matahari Terbit itu telah membentuk gugus tugas dan menghabiskan USD24 juta untuk mempercepat pengiriman pasokan dan dukungan lainnya untuk pusat-pusat evakuasi dan penduduk di wilayah tersebut.
"Ketika jumlah yang diperlukan bertambah...kami akan mempertimbangkan anggaran tambahan nanti jika dana ini terbukti tidak cukup," kata Aso.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, telah membatalkan perjalanan ke luar negeri untuk mengatasi bencana yang terjadi di dalam negerinya. Ia akan mengunjungi daerah-daerah yang paling parah dilanda kerusakan dan mengunjungi komunitas lokal ketika tim penyelamat terus mencari orang-orang yang selamat.
Jepang terus memantau kondisi cuaca dan mengeluarkan peringatan dini. Namun jumlah penduduknya yang padat di mana setiap lahan digunakan, termasuk dataran potensial banjir, dibangun di negara yang sebagian besar terdiri dari gunung-gunung itu membuatnya rentan terhadap bencana.
(ian)