Utusan AS dan Pejabat Palestina 'Berbalas Pantun' Soal Perdamaian
A
A
A
YERUSALEM - Utusan kepala militer Amerika Serikat (AS) dan seorang pejabat Palestina terlibat perang kata-kata terkait prospek perdamaian Palestina-Israel dan peran yang dimaikan AS dalam upaya menyelesaikan perselihan selama puluhan tahun.
Perang kata-kata itu bermula dari artikel opini juru runding Palestina Saeb Erekat di surat kabar Israel, Haaretz. Erekat menuding AS bertindak sebagai juru bicara Israel dan menyerang AS karena memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem bulan lalu.
Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibukotanya, dan Palestina berharap untuk melakukan hal yang sama jika negara Palestina akhirnya tercipta.
Erekat mengatakan kekerasan yang menewaskan puluhan orang Palestina dalam pertempuran di sepanjang perbatasan Gaza-Israel pada hari ketika kedutaan AS di Yerusalem dibuka secara tepat menunjukkan penyangkalan menyeluruh AS dan Israel atas sejarah perampasan Palestina.
Tulisan Erekat ini pun mendapat tanggapan dari Ketua Delegasi Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Jason Greenblatt.
"Terlalu lama, Amerika Serikat telah menutup telinga untuk kata-kata seperti itu, tetapi mengabaikan kata-kata kebencian dan salah tidak membawa kedamaian dan itu tidak akan pernah membawa kedamaian," ujar Greenblatt seperti dikutip dari VOA, Senin (11/6/2018).
"Sementara beberapa pengunjuk rasa damai, banyak yang cukup keras. Bahkan, dengan pengakuan Hamas sendiri, lebih dari 80 persen dari mereka yang tewas adalah anggota Hamas," imbuhnya.
Utusan AS mengatakan, perintah Trump untuk merelokasi kedutaan Amerika ke Yerusalem tidak, seperti yang dikatakan Erekat secara tidak sah, bagian dari upaya AS untuk memaksa perjanjian tertulis Israel tentang Palestina.
"Kami telah mendengar suaramu selama beberapa dekade dan itu belum mencapai apapun yang mendekati aspirasi Palestina atau apapun yang mendekati perjanjian perdamaian yang komprehensif," cetus Greenblatt.
"Gagasan bahwa Israel akan pergi - atau bahwa Yerusalem bukan ibukotanya - adalah fatamorgana. Gagasan bahwa Amerika Serikat bukanlah lawan bicara yang kritis untuk proses perdamaian adalah fatamorgana," imbuhnya.
Erekat pun balik menanggapi dengan mengatakan bahwa Greenblatt dalam lusinan pertemuan telah menolak untuk membahas substansi: tidak ada batas, tidak ada pemukiman dan tidak ada solusi dua negara.
"Hari ini, perannya tidak kurang dari menjajakan kebijakan Israel ke komunitas internasional yang skeptis, dan kemudian menjadi marah ketika dia diingatkan tentang ini," kata Erekat.
Para pejabat AS mengatakan mereka berencana untuk merilis proposal mereka untuk rencana perdamaian Timur Tengah pada pertengahan hingga akhir Juni.
Perang kata-kata itu bermula dari artikel opini juru runding Palestina Saeb Erekat di surat kabar Israel, Haaretz. Erekat menuding AS bertindak sebagai juru bicara Israel dan menyerang AS karena memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem bulan lalu.
Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibukotanya, dan Palestina berharap untuk melakukan hal yang sama jika negara Palestina akhirnya tercipta.
Erekat mengatakan kekerasan yang menewaskan puluhan orang Palestina dalam pertempuran di sepanjang perbatasan Gaza-Israel pada hari ketika kedutaan AS di Yerusalem dibuka secara tepat menunjukkan penyangkalan menyeluruh AS dan Israel atas sejarah perampasan Palestina.
Tulisan Erekat ini pun mendapat tanggapan dari Ketua Delegasi Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Jason Greenblatt.
"Terlalu lama, Amerika Serikat telah menutup telinga untuk kata-kata seperti itu, tetapi mengabaikan kata-kata kebencian dan salah tidak membawa kedamaian dan itu tidak akan pernah membawa kedamaian," ujar Greenblatt seperti dikutip dari VOA, Senin (11/6/2018).
"Sementara beberapa pengunjuk rasa damai, banyak yang cukup keras. Bahkan, dengan pengakuan Hamas sendiri, lebih dari 80 persen dari mereka yang tewas adalah anggota Hamas," imbuhnya.
Utusan AS mengatakan, perintah Trump untuk merelokasi kedutaan Amerika ke Yerusalem tidak, seperti yang dikatakan Erekat secara tidak sah, bagian dari upaya AS untuk memaksa perjanjian tertulis Israel tentang Palestina.
"Kami telah mendengar suaramu selama beberapa dekade dan itu belum mencapai apapun yang mendekati aspirasi Palestina atau apapun yang mendekati perjanjian perdamaian yang komprehensif," cetus Greenblatt.
"Gagasan bahwa Israel akan pergi - atau bahwa Yerusalem bukan ibukotanya - adalah fatamorgana. Gagasan bahwa Amerika Serikat bukanlah lawan bicara yang kritis untuk proses perdamaian adalah fatamorgana," imbuhnya.
Erekat pun balik menanggapi dengan mengatakan bahwa Greenblatt dalam lusinan pertemuan telah menolak untuk membahas substansi: tidak ada batas, tidak ada pemukiman dan tidak ada solusi dua negara.
"Hari ini, perannya tidak kurang dari menjajakan kebijakan Israel ke komunitas internasional yang skeptis, dan kemudian menjadi marah ketika dia diingatkan tentang ini," kata Erekat.
Para pejabat AS mengatakan mereka berencana untuk merilis proposal mereka untuk rencana perdamaian Timur Tengah pada pertengahan hingga akhir Juni.
(ian)