Afganistan Umumkan Gencatan Senjata dengan Taliban Selama Idul Fitri

Kamis, 07 Juni 2018 - 22:42 WIB
Afganistan Umumkan Gencatan Senjata dengan Taliban Selama Idul Fitri
Afganistan Umumkan Gencatan Senjata dengan Taliban Selama Idul Fitri
A A A
KABUL - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani untuk pertama kalinya mengumumkan gencatan senjata tanpa syarat dengan Taliban. Gencatan senjata ini bertepatan dengan berakhirnya bulan puasa. Namun, gencatan senjata ini tidak termasuk kelompok militan lainnya, seperti Negara Islam (ISIS).

Keputusan ini muncul setelah pasca serangan bom bunuh diri di gedung dewan ulama Afghanistan yang menewaskan 14 orang. Serangan ini muncul setelah sebelumnya para ulama mengeluarkan fatwa menentang serangan bom bunuh diri.

Para ulama juga merekomendasikan gencatan senjata dengan Taliban, yang berusaha untuk menerapkan kembali hukum Islam yang ketat setelah penggulingan mereka pada tahun 2001, dan Ghani mendukung rekomendasi tersebut, mengumumkan peletakan senjata sampai 20 Juni.

Ghani telah mendesak gencatan senjata dengan Taliban sebelumnya, tapi ini adalah tawaran tanpa syarat pertama sejak ia terpilih pada tahun 2014.

"Gencatan senjata ini adalah kesempatan bagi Taliban untuk melakukan introspeksi bahwa kampanye kekerasan mereka tidak memenangkan hati dan pikiran mereka," kata Ghani dalam pesan di jejaring sosial Twitter setelah pidato di televisi seperti dilansir dari Reuters, Kamis (7/6/2018).

Tidak ada reaksi langsung dari Taliban tetapi seorang analis politik internasional yang berbasis di Kabul tidak terkesan dengan pengumuman ini.

"Ini adalah kisah cinta sepihak," katanya.

Pasukan AS-Afghanistan mengatakan mereka akan menghormati gencatan senjata.

"Kami akan mematuhi keinginan Afghanistan bagi negara untuk menikmati akhir damai bulan suci Ramadhan, dan mendukung pencarian untuk mengakhiri konflik," kata pemimpin Pasukan AS-Afghanistan dan NATO, Jenderal John Nicholson, dalam sebuah pernyataan.

"Gencatan senjata itu tidak akan termasuk upaya kontra-terorisme AS melawan Negara Islam dan al-Qaeda," imbuhnya.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menyambut baik pengumuman yang katanya menunjukkan keseriusan Presiden Ghani dan pemerintah Afghanistan. Rusia juga memberikan dukungannya.

"Ini benar-benar berasal dari Afghanistan dan, seperti yang Anda tahu, adalah kebijakan kami untuk mendukung proses yang dipimpin dan Afghanistan milik Afghanistan," ucap seorang pejabat NATO, berbicara sebelumnya dengan syarat anonimitas, kepada wartawan.

Mantan jenderal militer Afghanistan, Atiqullah Amarkhel, mengatakan gencatan senjata akan memberi Taliban kesempatan untuk berkumpul kembali.

"Dari prospek militer, itu bukan langkah yang baik," katanya kepada Reuters.

Ia juga meragukan Taliban akan meletakkan senjata dan menahan diri mereka dari kesempatan bertempur selama bulan suci Ramadhan, di mana serangan telah meningkat.

Liburan Idul Fitri yang mengakhiri Ramadhan jatuh pada akhir minggu depan.

Ghani pada bulan Februari menawarkan pengakuan terhadap Taliban sebagai kelompok politik yang sah dalam proses politik yang diusulkan yang katanya dapat menyebabkan pembicaraan untuk mengakhiri perang yang berjalan lebih dari 16 tahun.

Ghani mengusulkan gencatan senjata dan pembebasan tahanan di antara opsi termasuk pemilihan baru yang melibatkan militan dan peninjauan konstitusional dalam perjanjian dengan Taliban untuk mengakhiri konflik yang tahun lalu saja telah membunuh atau melukai lebih dari 10.000 warga sipil.

Pada bulan Agustus, Presiden AS Donald Trump meluncurkan pendekatan militer yang lebih hawkish ke Afghanistan, termasuk gelombang serangan udara, yang bertujuan memaksa Taliban ke meja perundingan.

Pasukan keamanan Afghanistan mengatakan dampaknya signifikan, tetapi Taliban berkeliaran di wilayah besar negara itu dan, dengan tingkat pasukan asing sekitar 15.600, turun dari 140.000 pada tahun 2014, tampaknya kecil harapan akan kemenangan langsung.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4146 seconds (0.1#10.140)