Dipamerkan, Laser Silent Killer China Tembak Drone 300 Meter
A
A
A
ASTANA - Perusahaan China, Poly Technologies, baru-baru ini menampilkan senjata laser Silent Killer dalam pameran senjata militer di Kazakhstan. Senjata itu diperagakan dengan menembak drone dalam jarak 300 meter.
Senjata laser itu dirancang untuk mengeliminasi target low-flying, slow-moving dan small-sized. Demonstrasi senjata pembunuh drone atau unmanned aerial vehicle (UAV) itu dilaporkan Asia Times pada 30 Mei 2018.
Laser Silent Killer juga mengandalkan kemampuan elektronik seperti anti-jamming untuk menahan serangan elektronik yang masuk yang dapat membuat sistem senjata itu tidak bisa beroperasi.
Pihak Poly Technologies mengatakan bahwa senjata pembunuh pesawat nirawak itu dapat dipasang di kapal untuk perang laut. Sistem laser Silent Killer dilaporkan memiliki jangkauan tembak maksimum 800 meter.
Selain untuk militer, sistem anti-UAV China ini berpotensi lebih populer di kalangan penggemar privasi atau selebritis yang mengkhawatirkan drone memotret mereka saat berada di dalam rumah. Poly Technologies telah menawarkan versi sipil dari sistem Silent Killer dengan daya laser yang berkurang untuk mengganggu sistem komunikasi drone.
Tidak jelas seberapa kuat sinar laser untuk versi militer dan sipil dari sistem senjata Silent Killer tersebut.
Terlepas dari kemampuan yang sebenarnya, Pentagon tak menanggap remeh sistem senjata laser Beijing. Laporan Wall Street Journal pada awal Mei lalu mengungkap bahwa personel militer China menembakkan senjata laser ke pilot militer Amerika di dekat pangkalan Angkatan Laut China di Djibouti.
"Ada dua luka ringan," kata juru bicara Pentagon Dana White pada 3 Mei lalu."Mereka adalah (korban) insiden yang sangat serius."
Otoritas penerbangan AS juga mengirim pemberitahuan kepada para penerbang atau NOTAM pada akhir April yang berisi seruan untuk waspada jika terbang di sekitar wilayah udara Djibouti. "Ada beberapa peristiwa lazing yang melibatkan laser bertenaga tinggi di sekitar pangkalan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat," bunyi NOTAM tersebut.
Senjata laser itu dirancang untuk mengeliminasi target low-flying, slow-moving dan small-sized. Demonstrasi senjata pembunuh drone atau unmanned aerial vehicle (UAV) itu dilaporkan Asia Times pada 30 Mei 2018.
Laser Silent Killer juga mengandalkan kemampuan elektronik seperti anti-jamming untuk menahan serangan elektronik yang masuk yang dapat membuat sistem senjata itu tidak bisa beroperasi.
Pihak Poly Technologies mengatakan bahwa senjata pembunuh pesawat nirawak itu dapat dipasang di kapal untuk perang laut. Sistem laser Silent Killer dilaporkan memiliki jangkauan tembak maksimum 800 meter.
Selain untuk militer, sistem anti-UAV China ini berpotensi lebih populer di kalangan penggemar privasi atau selebritis yang mengkhawatirkan drone memotret mereka saat berada di dalam rumah. Poly Technologies telah menawarkan versi sipil dari sistem Silent Killer dengan daya laser yang berkurang untuk mengganggu sistem komunikasi drone.
Tidak jelas seberapa kuat sinar laser untuk versi militer dan sipil dari sistem senjata Silent Killer tersebut.
Terlepas dari kemampuan yang sebenarnya, Pentagon tak menanggap remeh sistem senjata laser Beijing. Laporan Wall Street Journal pada awal Mei lalu mengungkap bahwa personel militer China menembakkan senjata laser ke pilot militer Amerika di dekat pangkalan Angkatan Laut China di Djibouti.
"Ada dua luka ringan," kata juru bicara Pentagon Dana White pada 3 Mei lalu."Mereka adalah (korban) insiden yang sangat serius."
Otoritas penerbangan AS juga mengirim pemberitahuan kepada para penerbang atau NOTAM pada akhir April yang berisi seruan untuk waspada jika terbang di sekitar wilayah udara Djibouti. "Ada beberapa peristiwa lazing yang melibatkan laser bertenaga tinggi di sekitar pangkalan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat," bunyi NOTAM tersebut.
(mas)