Penjara Brasil Ini Tanpa Sipir dan Dilengkapi 'Kamar Intim'
A
A
A
BRASILIA - Sebuah penjara di negara bagian Minas Gerais, Brasil, tampil beda. Pusat penahanan ini tidak dijaga oleh sipir bersenjata dan justru dilengkapi kamar intim bagi narapidana (napi) yang mendapat kunjungan pasangannya.
Tatiane Correia de Lima adalah salah satu napi yang dipindahkan dari penjara utama di Brasil ke penjara di Kota Itauna tersebut. Pusat penahanan narapidana yang unik ini kelola oleh Asosiasi Perlindungan dan Bantuan untuk Narapidana (Apac).
"Aneh rasanya melihat diri saya di cermin lagi," kata Tatiane, 26, yang merupakan ibu dua anak yang menjalani hukuman 12 tahun di Brasil. "Awalnya saya tidak tahu siapa saya," ujarnya.
Negara di Amerika Selatan ini memiliki populasi penjara terbesar keempat di dunia. Penjara-penjaranya secara teratur menjadi sorotan dunia karena kondisinya yang buruk, padat, dan marak dengan kekerasan mematikan oleh geng kriminal.
Tatiane mengatakan, di pusat lembaga pemasyarakatan (LP) lamanya, dia merasa "hak kewanitaan" napi dirampas. Berbeda halnya dengan di penjara Apac, di mana dia diizinkan mengenakan pakaiannya sendiri dan memiliki cermin, memakai make-up dan pewarna rambut.
Minus Sipir, Plus Kamar Intim
Pada 20 Maret lalu, sebuah penjara Apac baru dibuka di Rondônia, yang sekaligus menjadi penjara ke-49 yang dikelola asosiasi tersebut.
Semua napi di penjara Apac telah merasakan penjara utama di Brasil dan harus menunjukkan penyesalan. Mereka harus bersedia mengikuti aturan untuk kerja keras dan belajar dengan rajin sebagai bagian dari filosofi sistem.
Tidak ada penjaga atau senjata di penjara ini. Bahkan, pengunjung yang merupakan pasangan napi terkait akan disambut ke "kamar intim", kamar berdekorasi cerah dengan tempat tidur ganda di mana mereka diizinkan untuk menghabiskan waktu pribadi.
Napi di penjara tersebut juga menunjukkan pengunjung ke sebuah ruang, di mana perempuan melabeli botol sabun yang akan dijual di luar penjara.
Penjara Apac didirikan oleh sekelompok umat Katolik pada tahun 1972 dan sekarang dikoordinasikan dan didukung oleh organisasi non-pemerintah Italia, AVSI Foundation dan Persaudaraan Pendukung Narapidana.
Wakil presiden AVSI Brasil, Jacopo Sabatiello, mengatakan cinta dan kerja adalah prioritas di lembaga pemasyarakatan ini. "Di sini, kami memanggil semua orang dengan nama mereka, bukan dengan nomor dan bukan dengan nama panggilan, yang mungkin mereka peroleh selama hidup dalam kejahatan," katanya, seperti dikutip BBC.
Napi diarahkan untuk menjalani rehabilitasi restoratif. Mereka harus belajar dan bekerja, bahkan terkadang bekerja sama dengan masyarakat setempat. Jika mereka menolak atau mencoba melarikan diri, mereka berisiko dikembalikan ke sistem penjara utama Brasil yang sarat masalah.
Sabatiello mengakui ada perkelahian fisik di penjara Apac, tetapi tidak pernah ada pembunuhan. Menurutnya, dengan tidak adanya sipir maka akan mengurangi ketegangan.
Beberapa wanita di sini menjalani hukuman seumur hidup dan telah melakukan kejahatan keji. Tapi, suasananya tenang.
"Saya masih mencoba melupakan nomor penjara lama saya," kata Aguimara Patricia Silvia Campos, yang sekarang memimpin dewan penjara yang berhubungan dengan administrasi.
Campos menghabiskan empat bulan di penjara utama setelah dinyatakan bersalah dalam kasus perdagangan narkoba, di mana 26 gram kokain ditemukan di rumah tempat dia berbagi dengan mantan suaminya.
"Kami semua dilemparkan bersama-sama, 20 narapidana tidur di lantai di atas kasur kotor, dan makanannya tidak bisa dimakan," katanya, mengenang penjara lamanya.
Dia mengatakan bahwa kerabatnya digeledah pada setiap kunjungan, sebuah praktik yang banyak dikeluhkan narapidana wanita.
Tatiane Correia de Lima adalah salah satu napi yang dipindahkan dari penjara utama di Brasil ke penjara di Kota Itauna tersebut. Pusat penahanan narapidana yang unik ini kelola oleh Asosiasi Perlindungan dan Bantuan untuk Narapidana (Apac).
"Aneh rasanya melihat diri saya di cermin lagi," kata Tatiane, 26, yang merupakan ibu dua anak yang menjalani hukuman 12 tahun di Brasil. "Awalnya saya tidak tahu siapa saya," ujarnya.
Negara di Amerika Selatan ini memiliki populasi penjara terbesar keempat di dunia. Penjara-penjaranya secara teratur menjadi sorotan dunia karena kondisinya yang buruk, padat, dan marak dengan kekerasan mematikan oleh geng kriminal.
Tatiane mengatakan, di pusat lembaga pemasyarakatan (LP) lamanya, dia merasa "hak kewanitaan" napi dirampas. Berbeda halnya dengan di penjara Apac, di mana dia diizinkan mengenakan pakaiannya sendiri dan memiliki cermin, memakai make-up dan pewarna rambut.
Minus Sipir, Plus Kamar Intim
Pada 20 Maret lalu, sebuah penjara Apac baru dibuka di Rondônia, yang sekaligus menjadi penjara ke-49 yang dikelola asosiasi tersebut.
Semua napi di penjara Apac telah merasakan penjara utama di Brasil dan harus menunjukkan penyesalan. Mereka harus bersedia mengikuti aturan untuk kerja keras dan belajar dengan rajin sebagai bagian dari filosofi sistem.
Tidak ada penjaga atau senjata di penjara ini. Bahkan, pengunjung yang merupakan pasangan napi terkait akan disambut ke "kamar intim", kamar berdekorasi cerah dengan tempat tidur ganda di mana mereka diizinkan untuk menghabiskan waktu pribadi.
Napi di penjara tersebut juga menunjukkan pengunjung ke sebuah ruang, di mana perempuan melabeli botol sabun yang akan dijual di luar penjara.
Penjara Apac didirikan oleh sekelompok umat Katolik pada tahun 1972 dan sekarang dikoordinasikan dan didukung oleh organisasi non-pemerintah Italia, AVSI Foundation dan Persaudaraan Pendukung Narapidana.
Wakil presiden AVSI Brasil, Jacopo Sabatiello, mengatakan cinta dan kerja adalah prioritas di lembaga pemasyarakatan ini. "Di sini, kami memanggil semua orang dengan nama mereka, bukan dengan nomor dan bukan dengan nama panggilan, yang mungkin mereka peroleh selama hidup dalam kejahatan," katanya, seperti dikutip BBC.
Napi diarahkan untuk menjalani rehabilitasi restoratif. Mereka harus belajar dan bekerja, bahkan terkadang bekerja sama dengan masyarakat setempat. Jika mereka menolak atau mencoba melarikan diri, mereka berisiko dikembalikan ke sistem penjara utama Brasil yang sarat masalah.
Sabatiello mengakui ada perkelahian fisik di penjara Apac, tetapi tidak pernah ada pembunuhan. Menurutnya, dengan tidak adanya sipir maka akan mengurangi ketegangan.
Beberapa wanita di sini menjalani hukuman seumur hidup dan telah melakukan kejahatan keji. Tapi, suasananya tenang.
"Saya masih mencoba melupakan nomor penjara lama saya," kata Aguimara Patricia Silvia Campos, yang sekarang memimpin dewan penjara yang berhubungan dengan administrasi.
Campos menghabiskan empat bulan di penjara utama setelah dinyatakan bersalah dalam kasus perdagangan narkoba, di mana 26 gram kokain ditemukan di rumah tempat dia berbagi dengan mantan suaminya.
"Kami semua dilemparkan bersama-sama, 20 narapidana tidur di lantai di atas kasur kotor, dan makanannya tidak bisa dimakan," katanya, mengenang penjara lamanya.
Dia mengatakan bahwa kerabatnya digeledah pada setiap kunjungan, sebuah praktik yang banyak dikeluhkan narapidana wanita.
(mas)