S-500 Rusia Tes Rudal dengan Jangkauan Terpanjang di Dunia
A
A
A
WASHINGTON - Rusia diam-diam melakukan tes rudal surface-to-air dengan jangkauan terpanjang di dunia. Uji coba misil itu dilakukan dengan sistem rudal S-500.
Laporan uji coba misil Moskow itu dilansir CNBC, Jumat (25/5/2018). Laporan mengutip beberapa sumber yang memiliki akses pengetahuan langsung ke intelijen Amerika Serikat terkait program senjata.
Salah satu sumber yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, misil yang ditembakkan S-500 berhasil mencapai target yang berjarak 299 mil.
Rusia sebelumnya mengklaim bahwa sistem rudal berbasis darat tersebut mampu mencegat rudal hipersonik, pesawat tak berawak, pesawat terbang serta pesawat tempur siluman seperti F-22 dan F-35. Sistem S-500 akan memperluas kemampuan militer Moskow untuk melakukan serangan presisi yang melibatkan beberapa target.
Rusia juga mengklaim sistem itu memiliki jangkauan yang mampu menghancurkan objek yang terbang di jarak yang dekat dengan ruang angkasa atau 62 mil di atas permukaan Bumi.
Pemerintah maupun militer Rusia belum berkomentar atas laporan uji coba misil dengan sistem S-500 tersebut. Laporan media Amerika itu tidak disertai penjalasan perihal tanggal dan lokasi tes misil.
Perkembangan tentang sistem rudal baru Moskow itu muncul ketika para penyelidik internasional mengklaim bahwa rudal surface-to-air milik Rusia yang meledakkan pesawat Malaysia Airlines MH17 pada Juli 2014 di wilayah Donetsk, timur Ukraina.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia membantah terlibat dalam insiden itu. Menurut kementerian tersebut tak satu pun misil dari sistem rudal pertahanan udaranya yang terbang melintasi perbatasan Rusia-Ukraina.
Pengungkapan bocoran intelijen AS itu hanya berselang seminggu setelah CNBC melansir beberapa laporan intelijen AS yang mengungkap bahwa pada tahun 2020 Rusia akan mampu menggunakan kendaraan peluncur hipersonik untuk rudal yang dikenal dengan sebutan Avangard. Rudal yang diluncurkan Avangard diklaim Moskow mustahil bisa dihalau atau dicegat dengan sistem pertahanan udara manapun di dunia.
Kendaraan senjata hipersonik yang mampu membawa hulu ledak nuklir itu dirancang untuk duduk di atas rudal balistik antarbenua. Setelah diluncurkan, moda itu menggunakan gaya aerodinamis untuk berselancar di atas atmosfer.
Sumber, yang berbicara kepada CNBC dalam kondisi anonim, mengatakan bahwa Rusia berhasil menguji senjata itu dua kali pada tahun 2016. Namun, uji perangkat untuk ketiga kalinya pada bulan Oktober 2017 mengalami kegagalan, di mana misil jatuh beberapa detik sebelum menyerang targetnya.
Laporan uji coba misil Moskow itu dilansir CNBC, Jumat (25/5/2018). Laporan mengutip beberapa sumber yang memiliki akses pengetahuan langsung ke intelijen Amerika Serikat terkait program senjata.
Salah satu sumber yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, misil yang ditembakkan S-500 berhasil mencapai target yang berjarak 299 mil.
Rusia sebelumnya mengklaim bahwa sistem rudal berbasis darat tersebut mampu mencegat rudal hipersonik, pesawat tak berawak, pesawat terbang serta pesawat tempur siluman seperti F-22 dan F-35. Sistem S-500 akan memperluas kemampuan militer Moskow untuk melakukan serangan presisi yang melibatkan beberapa target.
Rusia juga mengklaim sistem itu memiliki jangkauan yang mampu menghancurkan objek yang terbang di jarak yang dekat dengan ruang angkasa atau 62 mil di atas permukaan Bumi.
Pemerintah maupun militer Rusia belum berkomentar atas laporan uji coba misil dengan sistem S-500 tersebut. Laporan media Amerika itu tidak disertai penjalasan perihal tanggal dan lokasi tes misil.
Perkembangan tentang sistem rudal baru Moskow itu muncul ketika para penyelidik internasional mengklaim bahwa rudal surface-to-air milik Rusia yang meledakkan pesawat Malaysia Airlines MH17 pada Juli 2014 di wilayah Donetsk, timur Ukraina.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia membantah terlibat dalam insiden itu. Menurut kementerian tersebut tak satu pun misil dari sistem rudal pertahanan udaranya yang terbang melintasi perbatasan Rusia-Ukraina.
Pengungkapan bocoran intelijen AS itu hanya berselang seminggu setelah CNBC melansir beberapa laporan intelijen AS yang mengungkap bahwa pada tahun 2020 Rusia akan mampu menggunakan kendaraan peluncur hipersonik untuk rudal yang dikenal dengan sebutan Avangard. Rudal yang diluncurkan Avangard diklaim Moskow mustahil bisa dihalau atau dicegat dengan sistem pertahanan udara manapun di dunia.
Kendaraan senjata hipersonik yang mampu membawa hulu ledak nuklir itu dirancang untuk duduk di atas rudal balistik antarbenua. Setelah diluncurkan, moda itu menggunakan gaya aerodinamis untuk berselancar di atas atmosfer.
Sumber, yang berbicara kepada CNBC dalam kondisi anonim, mengatakan bahwa Rusia berhasil menguji senjata itu dua kali pada tahun 2016. Namun, uji perangkat untuk ketiga kalinya pada bulan Oktober 2017 mengalami kegagalan, di mana misil jatuh beberapa detik sebelum menyerang targetnya.
(mas)