Dua Sherpa Pecahkan Rekor Dunia
A
A
A
KATHMANDU - Dua Sherpa memecahkan rekor dunia mendaki Puncak Everest. Kami Rita Sherpa, 48, mencapai puncak pada ketinggian 8.848 m ke-22 kali. Sementara Lhakpa Sherpa yang bekerja di supermarket di Connecticut, Amerika Serikat, mampu mencapai puncak dari sisi berlawanan untuk kesembilan kalinya.
Dua Sherpa itu mencapai puncak pada kemarin di tengah musim pendakian Everest. Sherpa merupakan profesional yang bertugas untuk membantu pendakian ke Puncak Everest. Biasanya mereka bertugas sebagai pemandu dan penjamin keselamatan bagi para pendaki asing yang membayar mereka.
Kami Rita merupakan satu dari enam Sherpa yang mendampingi enam kliennya untuk mencapai puncak melalui jalur pendakian Nepal yakni Southeast Ridge. “Kami didampingi 13 pendaki lainnya, termasuk kliennya,” kata petugas Departemen Pariwisata Nepal Gyanendra Shrestha dilansir Reuters.
Menurut Shrestha, Kami akan memulai penurunan dan diperkirakan mencapai base camp pada akhir pekan ini. Rute yang dipilih Kami Rita itu merupakan jalur yang pernah ditempuh Sir Edmund Hillary dari Selandia BAru dan Sherpa Tenzing Norgay ketika menjadi pendaki pertama yang mencapai puncak pada 1953.
Kami Rita merupakan pemandu pendaki profesional yang sudah bekerja selama dua dekade itu sebelumnya memecahkan rekor mendaki ke-21 bersama dengan dua Sherpa lainnya pada tahun lalu. Tapi, kali ini dia memecahkan rekor sendirian dan tidak berbagai dengan kawan-kawannya. Kami Rita pertama kali mendaki Puncak Everest pada 1994 ketika bekerja untuk ekspedisi komersial.
“Dia (Kami Rita) memecahkan rekor dunia,” kata pimpinan Seven Summit Treks Mingma Sherpa, perusahaan yang memperkerjakan Kami Rita.
Bagi Kami Rita, pendakian Puncak Everest ditujukan untuk untuk menciptakan rekor. “Pendakian ini bukan untuk kompetisi,” katanya bulan lalu sebelum melakukan pendakian. Dia juga ingin menciptakan sejarah membuat komunitas sherpa bangga.
“Saya akan terus mendaki Everest, meski saya telah membukukan rekor tahun ini,” kata Kami Rita. Kami Rita menargetkan mencapai puncak Everest hingga 25 kali. “Saya ingin membuat sejarah,” tutur Kami Rita.
Kalau Lhakpa Sherpa, 44, mencapai Puncak Everest ke sembilan kali melalui jalur utara yakni rute Tibet. Dia mendaki bersama kakaknya, Mingma Gelu Sherpa. Lhakpa yang tinggal di AS itu berulang kali memecahkan rekornya sendiri khusus untuk pendaki perempuan. Dia berhasil mengalahkan pendaki perempuan paling terkenal asal AS Melissa Sue Arnot yang berhasil mendaki Puncak Everest sebanyak enam kali.
Sebelum menjadi pendaki, Lhakpa bekerja sebagai porter dan tukang masak saat menemai pendakian Puncak Everest. Hingga kemudian dia hijrah ke AS sekitar 16 tahun lalu. Namun, dia tetap berkeinginan melanjutkan ambisinya untuk mendaki Everest dan tetap bekerja di supermarket.
“Saya selalu mendorong perempuan Nepal untuk mendaki,” kata Lhakpa.
Puncak pendakian umumnya berlangsung sejak Maret hingga Mei ini. Itu dikarena pada kedua bulan itu merupakan musim terbaik untuk mendaki karena cuaca yang lebih bersahabat. Ratusan pendaki saat ini berada di Everest untuk mencapai puncak. Mereka bisa memiliki jalur pendakian Nepal atau Tibet.
Warga etnik Sherpa memang dikenal dengan ketahanan dan pengalamannya mendaki ke ketinggian. Mereka melayani para pendaki asing yang berusia mendaki Puncak Pegunungan Himalaya tersebut.
Keselamatan merupakan faktor utama dalam pendakian. Menurut Mingma dari Seven Summits, seorang Sherpa pemandu dilaprkan hilang di sisi selatan Everest. “Mereka sedang mencari Sherpa yang hilang,” katanya.
Di sisi jalur pendakian Tibet, sebuah tim dipaksa beristirahat di bawah ketinggian ketika 11 botol oksigen tidak berfungsi. “Banyak tim yang menggunakan alat yang sama juga mengalami kegagalan dan tidak berfungsi. Tapi, tidak ada korban luka dalam insiden tersebut,” demikian keterangan Alpenglow Expeditions.
Para pendaki umumnya menggunakan oksigen bantuan untuk bisa bertahan di ketinggian. Udara di Puncak Everest mengandung kurang dari sepertiga dari kandungan oksigen di laut.
Pendakian Seven Summit Tercepat
Rekor kembali berhasil diraih warga Australia Steve Plain yang menjadi orang paling cepat mendaki gunung tertinggi di tujuh benua atau dikenal dengan Seven Summit.
Dia berhasil menyelesaikan tujuh pendakian dalam 177 hari atau sembilan hari lebih cepat dibandingkan rekor sebelumnya yang dipegang pendaki Polandia dengan 126 untuk mendaki Seven Summits Plain berhasil mencapai puncak Everest pada Senin (14/5) lalu.
Plain, 36, dari Albury, Australia, mencapai puncak tertinggi di dunia setelah berhasil mendaki selama tujuh jam dari kamp akhir di ketinggia 8.000 meter di South Col. “Dia (Plain) memecahkan rekor mendaki Seven Summits dalam waktu 117 hari,” kata Ishwari Paudel, pegawai perusahaan pendakian Himalayan Guides yang mengurus logistik untuk pendaki.
Selain Everest, Plain sudah mendaki puncak tertinggi di dunia lainnya seperti Denali (Amerika Utara), Elbrus (Eropa), Vinson (Antartika), Aconcagua (Amerika Selatan), Kilimanjaro (Afrika) dan Piramida Cartenz atau Puncak Jaya di Papua, Indonesia.
Sementara itu, pendaki China Xia Boyu, 70, merupakan petualang sejati yang mendaki Puncak Everest dari jalur pendakian Nepal. Dia sangat istimewa karena kedua kakinya diamputasi.
Xia sebelumnya pernah mencoba mendaki Puncak Everest pada 1975 dan harus kehilangan kedua kakinya karena radang dingin. Dia pernah mencoba kembali mendaki pada 2014, 2015, dan 2016, tetapi mengalami kegagalan.
Xia berhasil menyamai pendaki yang kedua kakinya diamputasi yakni Mark Inglis dari Selandia Baru. Inglis mendaki Puncak Everest pada 2006 dari jalur pendakian Tibet. (Andika Hendra)
Dua Sherpa itu mencapai puncak pada kemarin di tengah musim pendakian Everest. Sherpa merupakan profesional yang bertugas untuk membantu pendakian ke Puncak Everest. Biasanya mereka bertugas sebagai pemandu dan penjamin keselamatan bagi para pendaki asing yang membayar mereka.
Kami Rita merupakan satu dari enam Sherpa yang mendampingi enam kliennya untuk mencapai puncak melalui jalur pendakian Nepal yakni Southeast Ridge. “Kami didampingi 13 pendaki lainnya, termasuk kliennya,” kata petugas Departemen Pariwisata Nepal Gyanendra Shrestha dilansir Reuters.
Menurut Shrestha, Kami akan memulai penurunan dan diperkirakan mencapai base camp pada akhir pekan ini. Rute yang dipilih Kami Rita itu merupakan jalur yang pernah ditempuh Sir Edmund Hillary dari Selandia BAru dan Sherpa Tenzing Norgay ketika menjadi pendaki pertama yang mencapai puncak pada 1953.
Kami Rita merupakan pemandu pendaki profesional yang sudah bekerja selama dua dekade itu sebelumnya memecahkan rekor mendaki ke-21 bersama dengan dua Sherpa lainnya pada tahun lalu. Tapi, kali ini dia memecahkan rekor sendirian dan tidak berbagai dengan kawan-kawannya. Kami Rita pertama kali mendaki Puncak Everest pada 1994 ketika bekerja untuk ekspedisi komersial.
“Dia (Kami Rita) memecahkan rekor dunia,” kata pimpinan Seven Summit Treks Mingma Sherpa, perusahaan yang memperkerjakan Kami Rita.
Bagi Kami Rita, pendakian Puncak Everest ditujukan untuk untuk menciptakan rekor. “Pendakian ini bukan untuk kompetisi,” katanya bulan lalu sebelum melakukan pendakian. Dia juga ingin menciptakan sejarah membuat komunitas sherpa bangga.
“Saya akan terus mendaki Everest, meski saya telah membukukan rekor tahun ini,” kata Kami Rita. Kami Rita menargetkan mencapai puncak Everest hingga 25 kali. “Saya ingin membuat sejarah,” tutur Kami Rita.
Kalau Lhakpa Sherpa, 44, mencapai Puncak Everest ke sembilan kali melalui jalur utara yakni rute Tibet. Dia mendaki bersama kakaknya, Mingma Gelu Sherpa. Lhakpa yang tinggal di AS itu berulang kali memecahkan rekornya sendiri khusus untuk pendaki perempuan. Dia berhasil mengalahkan pendaki perempuan paling terkenal asal AS Melissa Sue Arnot yang berhasil mendaki Puncak Everest sebanyak enam kali.
Sebelum menjadi pendaki, Lhakpa bekerja sebagai porter dan tukang masak saat menemai pendakian Puncak Everest. Hingga kemudian dia hijrah ke AS sekitar 16 tahun lalu. Namun, dia tetap berkeinginan melanjutkan ambisinya untuk mendaki Everest dan tetap bekerja di supermarket.
“Saya selalu mendorong perempuan Nepal untuk mendaki,” kata Lhakpa.
Puncak pendakian umumnya berlangsung sejak Maret hingga Mei ini. Itu dikarena pada kedua bulan itu merupakan musim terbaik untuk mendaki karena cuaca yang lebih bersahabat. Ratusan pendaki saat ini berada di Everest untuk mencapai puncak. Mereka bisa memiliki jalur pendakian Nepal atau Tibet.
Warga etnik Sherpa memang dikenal dengan ketahanan dan pengalamannya mendaki ke ketinggian. Mereka melayani para pendaki asing yang berusia mendaki Puncak Pegunungan Himalaya tersebut.
Keselamatan merupakan faktor utama dalam pendakian. Menurut Mingma dari Seven Summits, seorang Sherpa pemandu dilaprkan hilang di sisi selatan Everest. “Mereka sedang mencari Sherpa yang hilang,” katanya.
Di sisi jalur pendakian Tibet, sebuah tim dipaksa beristirahat di bawah ketinggian ketika 11 botol oksigen tidak berfungsi. “Banyak tim yang menggunakan alat yang sama juga mengalami kegagalan dan tidak berfungsi. Tapi, tidak ada korban luka dalam insiden tersebut,” demikian keterangan Alpenglow Expeditions.
Para pendaki umumnya menggunakan oksigen bantuan untuk bisa bertahan di ketinggian. Udara di Puncak Everest mengandung kurang dari sepertiga dari kandungan oksigen di laut.
Pendakian Seven Summit Tercepat
Rekor kembali berhasil diraih warga Australia Steve Plain yang menjadi orang paling cepat mendaki gunung tertinggi di tujuh benua atau dikenal dengan Seven Summit.
Dia berhasil menyelesaikan tujuh pendakian dalam 177 hari atau sembilan hari lebih cepat dibandingkan rekor sebelumnya yang dipegang pendaki Polandia dengan 126 untuk mendaki Seven Summits Plain berhasil mencapai puncak Everest pada Senin (14/5) lalu.
Plain, 36, dari Albury, Australia, mencapai puncak tertinggi di dunia setelah berhasil mendaki selama tujuh jam dari kamp akhir di ketinggia 8.000 meter di South Col. “Dia (Plain) memecahkan rekor mendaki Seven Summits dalam waktu 117 hari,” kata Ishwari Paudel, pegawai perusahaan pendakian Himalayan Guides yang mengurus logistik untuk pendaki.
Selain Everest, Plain sudah mendaki puncak tertinggi di dunia lainnya seperti Denali (Amerika Utara), Elbrus (Eropa), Vinson (Antartika), Aconcagua (Amerika Selatan), Kilimanjaro (Afrika) dan Piramida Cartenz atau Puncak Jaya di Papua, Indonesia.
Sementara itu, pendaki China Xia Boyu, 70, merupakan petualang sejati yang mendaki Puncak Everest dari jalur pendakian Nepal. Dia sangat istimewa karena kedua kakinya diamputasi.
Xia sebelumnya pernah mencoba mendaki Puncak Everest pada 1975 dan harus kehilangan kedua kakinya karena radang dingin. Dia pernah mencoba kembali mendaki pada 2014, 2015, dan 2016, tetapi mengalami kegagalan.
Xia berhasil menyamai pendaki yang kedua kakinya diamputasi yakni Mark Inglis dari Selandia Baru. Inglis mendaki Puncak Everest pada 2006 dari jalur pendakian Tibet. (Andika Hendra)
(nfl)