Sebut sebagai Serangan Keji, Singapura Kutuk Bom Gereja Surabaya
A
A
A
SINGAPURA - Singapura sangat mengutuk pemboman di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur. Begitu pernyataan Kementerian Luar Negeri Singapura.
Setidaknya 13 orang tewas dan 41 terluka dalam gelombang ledakan bom bunuh diri di luar gereja-gereja di kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya, pada hari Minggu.
"Serangan keji itu mengakibatkan hilangnya nyawa tak berdosa dan menyebabkan banyak luka. Singapura mengucapkan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang berduka, dan berharap pemulihan yang cepat bagi yang terluka," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Singapura dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (14/5/2018).
"Belum ada laporan warga Singapura yang terkena dampak langsung atau cedera akibat ledakan bom," imbuhnya.
Kementerian dan Kedutaan Singapura di Jakarta sendiri telah menghubungi warga Singapura yang terdaftar di Surabaya untuk memastikan keamanan mereka.
Ia menambahkan bahwa kedutaan Singapura akan terus memantau situasi secara dekat dan juga berhubungan dengan otoritas Indonesia yang relevan.
"Warga Singapura di Surabaya harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk keselamatan pribadi mereka, mengindahkan instruksi dari pemerintah setempat, dan memantau ketat berita lokal. Anda harus tetap berhubungan dengan keluarga dan teman-teman sehingga mereka tahu Anda aman," imbaunya.
Tiga bom meledak di tiga gereja dengan lokasi berbeda di Surabaya. Bom tersebut meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuno.
Serangan bom tersebut merupakan aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga. Keluarga ini berasal dari Surabaya dan diduga merupakan jaringan dari Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Setidaknya 13 orang tewas dan 41 terluka dalam gelombang ledakan bom bunuh diri di luar gereja-gereja di kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya, pada hari Minggu.
"Serangan keji itu mengakibatkan hilangnya nyawa tak berdosa dan menyebabkan banyak luka. Singapura mengucapkan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang berduka, dan berharap pemulihan yang cepat bagi yang terluka," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Singapura dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (14/5/2018).
"Belum ada laporan warga Singapura yang terkena dampak langsung atau cedera akibat ledakan bom," imbuhnya.
Kementerian dan Kedutaan Singapura di Jakarta sendiri telah menghubungi warga Singapura yang terdaftar di Surabaya untuk memastikan keamanan mereka.
Ia menambahkan bahwa kedutaan Singapura akan terus memantau situasi secara dekat dan juga berhubungan dengan otoritas Indonesia yang relevan.
"Warga Singapura di Surabaya harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk keselamatan pribadi mereka, mengindahkan instruksi dari pemerintah setempat, dan memantau ketat berita lokal. Anda harus tetap berhubungan dengan keluarga dan teman-teman sehingga mereka tahu Anda aman," imbaunya.
Tiga bom meledak di tiga gereja dengan lokasi berbeda di Surabaya. Bom tersebut meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuno.
Serangan bom tersebut merupakan aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga. Keluarga ini berasal dari Surabaya dan diduga merupakan jaringan dari Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
(ian)