Via Telepon, Trump Bahas Masalah Iran dan Korut dengan PM Inggris
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membahas permasalahan perjanjian nuklir Iran dengan Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May via telepon. Pembicaraan ini dilakukan seminggu sebelum Trump memutuskan apakah Washington akan meninggalkan perjanjian itu atau bertahan.
Trump akan memutuskan apakah akan menarik diri dari kesepakatan Iran 2015 pada 12 Mei mendatang. Namun Trump tetap mencari jalan untuk tetap dapat berada dalam kesepakatan antara Iran dan enam kekuatan dunia: Inggris, Cina, Prancis, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat.
Berdasarkan kesepakatan nuklir 2015 Iran setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi. Inggris, Prancis dan Jerman sepakat bahwa kesepakatan itu adalah cara terbaik untuk menghentikan Teheran mendapatkan senjata nuklir.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Trump untuk tetap berada dalam kesepakatan ketika dia bertemu dengan orang nomor satu AS itu di Washington bulan lalu.
"Dalam pembicaraan dengan May, Trump menggarisbawahi komitmennya untuk memastikan bahwa Iran tidak pernah mengakuisisi senjata nuklir," kata Gedung Putih seperti dikutip dari Reuters, Minggu (6/5/2018).
Keduanya juga berbicara tentang masalah nuklir di Korea Utara (Korut).
"Seiring perencanaan untuk pertemuan mendatang dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un terus berlanjut, Presiden Trump menekankan tujuannya untuk Korea Utara yang terpecah-belah," kata Gedung Putih.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson akan menyambangi Washington untuk kunjungan selama dua hari. Ia akan bertemu Wakil Presiden Mike Pence dan penasihat keamanan nasional John Bolton, untuk melakukan pembicaraan terkait Iran, Korut, Suriah dan masalah lainnya.
"Inggris, Amerika Serikat, dan mitra Eropa bersatu dalam upaya kami untuk mengatasi jenis perilaku Iran yang membuat kawasan Timur Tengah kurang aman - kegiatan dunia maya, dukungannya untuk kelompok-kelompok seperti Hizbullah, dan program misil yang berbahaya, mempersenjatai milisi Houthi di Yaman,” kata Johnson dalam sebuah pernyataan.
Trump sendiri dijadwalkan mengunjungi Inggris pada bulan Juli mendatang.
Trump akan memutuskan apakah akan menarik diri dari kesepakatan Iran 2015 pada 12 Mei mendatang. Namun Trump tetap mencari jalan untuk tetap dapat berada dalam kesepakatan antara Iran dan enam kekuatan dunia: Inggris, Cina, Prancis, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat.
Berdasarkan kesepakatan nuklir 2015 Iran setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi. Inggris, Prancis dan Jerman sepakat bahwa kesepakatan itu adalah cara terbaik untuk menghentikan Teheran mendapatkan senjata nuklir.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Trump untuk tetap berada dalam kesepakatan ketika dia bertemu dengan orang nomor satu AS itu di Washington bulan lalu.
"Dalam pembicaraan dengan May, Trump menggarisbawahi komitmennya untuk memastikan bahwa Iran tidak pernah mengakuisisi senjata nuklir," kata Gedung Putih seperti dikutip dari Reuters, Minggu (6/5/2018).
Keduanya juga berbicara tentang masalah nuklir di Korea Utara (Korut).
"Seiring perencanaan untuk pertemuan mendatang dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un terus berlanjut, Presiden Trump menekankan tujuannya untuk Korea Utara yang terpecah-belah," kata Gedung Putih.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson akan menyambangi Washington untuk kunjungan selama dua hari. Ia akan bertemu Wakil Presiden Mike Pence dan penasihat keamanan nasional John Bolton, untuk melakukan pembicaraan terkait Iran, Korut, Suriah dan masalah lainnya.
"Inggris, Amerika Serikat, dan mitra Eropa bersatu dalam upaya kami untuk mengatasi jenis perilaku Iran yang membuat kawasan Timur Tengah kurang aman - kegiatan dunia maya, dukungannya untuk kelompok-kelompok seperti Hizbullah, dan program misil yang berbahaya, mempersenjatai milisi Houthi di Yaman,” kata Johnson dalam sebuah pernyataan.
Trump sendiri dijadwalkan mengunjungi Inggris pada bulan Juli mendatang.
(ian)