Diancam Dibunuh, Pilot Cantik Pertama Afghanistan Diberi Suaka AS
A
A
A
WASHINGTON - Pilot jet tempur wanita pertama Afghanistan, Niloofar Rahmani, 27, diberi suaka di Amerika Serikat (AS) setelah dia diancam dibunuh di negara asalnya. Ancaman terhadap pilot cantik ini berasal dari kelompok Taliban dan anggota keluarganya sendiri.
Rahmani yang sebelumnya menjadi kapten angkatan udara Afghanistan mulai mendaftar untuk menjadi pilot pada usia 18 tahun di bawah lisensi koalisi pimpinan AS. Dia menjadi selebriti nasional setelah lulus dari sekolah pelatihan pilot pada tahun 2013.
Namun, baik dirinya maupun kerabat dekatnya menjadi sasaran ancaman pembunuhan oleh Taliban dan anggota keluarganya sendiri. Ancaman itu membuat Rahmani dan kerabatnya bersembunyi.
Baca Juga: Perkenalkan, Rahmani Pilot Tempur Cantik Pertama Afghanistan
Pada 2015, Kapten Rahmani dibawa ke AS dan menerima State Department’s International Women of Courage Award, sebuah penghargaan untuk wanita pemberani dari Departemen Luar Negeri AS.
Rahmani mengaku senang dan bersyukur telah diberi suaka di AS. "Yang saya inginkan sekarang adalah kembali ke mimpi terbang saya," katanya kepada Wall Street Journal.
"Saya akhirnya bisa menjalani hidup saya dengan damai," ujar Rahmani, yang dikutip Kamis (3/5/2018). "Sekarang semua kekhawatiran saya adalah tentang keluarga saya di Afghanistan."
Keberhasilan Kapten Rahmani melambungkannya ke ketenaran internasional sebagai simbol kemajuan di negara konservatif. Tetapi, popularitas membuatnya jadi target serangan kelompok pemberontak yang tidak senang.
Pada 2013 dia menerima panggilan telepon dan surat berisi ancam di rumahnya. Sebuah surat ditandatangani oleh Taliban dengan peringatan yang berbunyi; "Jika Anda terus melakukan pekerjaan Anda, Anda akan bertanggung jawab atas kehancuran Anda dan keluarga Anda".
Dia juga diperingatkan untuk belajar dari Malala Yousafzai, aktivis remaja perempuan yang ditembak kepalanya oleh Taliban saat pulang sekolah. Malala diserang karena mengampanyekan pendidikan untuk anak-anak perempuan. Beruntung dia cepat diterbangkan ke Inggris dan nyawanya bisa terselamatkan.
Saudara lelaki Rahmani menjadi sasaran tabrak lari dan upaya penembakan. Sedangkan saudara perempuannya mengalami perceraian dan terputus aksesnya untuk melihat anaknya.
Keluarga Rahmani dipaksa untuk pindah dari rumah mereka setelah beberapa paman dan sepupu masuk ke rumah tersebut. Rahmani sebelumnya mengatakan bahwa dia tidak akan pernah menempatkan keluarganya pada kondisi seperti itu jika dia tahu betapa buruknya dampak dari keinginannya menjadi pilot.
Afghanistan masih menjadi tempat berbahaya di tengah perang sipil yang telah berkecamuk selama lebih dari 16 tahun. Sebuah laporan baru-baru ini menunjukkan 14,5 persen distrik di negara berada di bawah kendali pemberontak, sedangkan jumlah tentara menurun.
Pada hari Senin, sepuluh wartawan tewas dalam ledakan dua bom bunuh diri di Kabul. Serangan bom itu terjadi menjelang Hari Kebebasan Pers Dunia.
Rahmani yang sebelumnya menjadi kapten angkatan udara Afghanistan mulai mendaftar untuk menjadi pilot pada usia 18 tahun di bawah lisensi koalisi pimpinan AS. Dia menjadi selebriti nasional setelah lulus dari sekolah pelatihan pilot pada tahun 2013.
Namun, baik dirinya maupun kerabat dekatnya menjadi sasaran ancaman pembunuhan oleh Taliban dan anggota keluarganya sendiri. Ancaman itu membuat Rahmani dan kerabatnya bersembunyi.
Baca Juga: Perkenalkan, Rahmani Pilot Tempur Cantik Pertama Afghanistan
Pada 2015, Kapten Rahmani dibawa ke AS dan menerima State Department’s International Women of Courage Award, sebuah penghargaan untuk wanita pemberani dari Departemen Luar Negeri AS.
Rahmani mengaku senang dan bersyukur telah diberi suaka di AS. "Yang saya inginkan sekarang adalah kembali ke mimpi terbang saya," katanya kepada Wall Street Journal.
"Saya akhirnya bisa menjalani hidup saya dengan damai," ujar Rahmani, yang dikutip Kamis (3/5/2018). "Sekarang semua kekhawatiran saya adalah tentang keluarga saya di Afghanistan."
Keberhasilan Kapten Rahmani melambungkannya ke ketenaran internasional sebagai simbol kemajuan di negara konservatif. Tetapi, popularitas membuatnya jadi target serangan kelompok pemberontak yang tidak senang.
Pada 2013 dia menerima panggilan telepon dan surat berisi ancam di rumahnya. Sebuah surat ditandatangani oleh Taliban dengan peringatan yang berbunyi; "Jika Anda terus melakukan pekerjaan Anda, Anda akan bertanggung jawab atas kehancuran Anda dan keluarga Anda".
Dia juga diperingatkan untuk belajar dari Malala Yousafzai, aktivis remaja perempuan yang ditembak kepalanya oleh Taliban saat pulang sekolah. Malala diserang karena mengampanyekan pendidikan untuk anak-anak perempuan. Beruntung dia cepat diterbangkan ke Inggris dan nyawanya bisa terselamatkan.
Saudara lelaki Rahmani menjadi sasaran tabrak lari dan upaya penembakan. Sedangkan saudara perempuannya mengalami perceraian dan terputus aksesnya untuk melihat anaknya.
Keluarga Rahmani dipaksa untuk pindah dari rumah mereka setelah beberapa paman dan sepupu masuk ke rumah tersebut. Rahmani sebelumnya mengatakan bahwa dia tidak akan pernah menempatkan keluarganya pada kondisi seperti itu jika dia tahu betapa buruknya dampak dari keinginannya menjadi pilot.
Afghanistan masih menjadi tempat berbahaya di tengah perang sipil yang telah berkecamuk selama lebih dari 16 tahun. Sebuah laporan baru-baru ini menunjukkan 14,5 persen distrik di negara berada di bawah kendali pemberontak, sedangkan jumlah tentara menurun.
Pada hari Senin, sepuluh wartawan tewas dalam ledakan dua bom bunuh diri di Kabul. Serangan bom itu terjadi menjelang Hari Kebebasan Pers Dunia.
(mas)