Meski Rujuk dengan Korut, Korsel Ingin Pertahankan Pasukan AS
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) mengatakan bahwa isu pasukan Amerika Serikat (AS) yang ditempatkan di negara itu tidak terkait dengan perjanjian perdamaian masa depan denan Korea Utara (Korut). Korsel menyatakan pasukan AS harus tetap berada di negara itu meskipun perjanjian tersebut ditandatangani.
"Pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan adalah masalah terkait aliansi antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. Ini tidak ada hubungannya dengan penandatanganan perjanjian damai,” kata juru bicara Istana Presiden Korsel, Kim Eui-kyeom, mengutip pernyataan Presiden Moon Jae-in, Rabu (2/5/2018).
Pihak istana presiden Korsel menyatakan hal itu menanggapi pertanyaan media tentang kolom yang ditulis oleh penasehat presiden Korsel dan akademisi Moon Chung-in yang diterbitkan awal pekan ini.
Moon Chung-in mengatakan akan sulit membenarkan kehadiran pasukan AS di Korsel jika perjanjian damai ditandatangani setelah Korut setuju pada pertemuan puncak bersejarah pekan lalu guna mengakhiri konflik Korea.
"Penasihat kepresidenan, Moon Chung-in diminta untuk tidak membuat kebingungan mengenai sikap presiden," kata Kim.
Menurut seorang seorang pejabat kepresidenan lain yang berbicara kepada wartawan dengan syarat anonim, Seoul ingin pertahankan pasukan AS karena dianggap memainkan peran sebagai mediator dalam konfrontasi militer antara negara adidaya tetangga seperti China dan Jepang.
AS saat ini memiliki sekitar 28.500 tentara yang ditempatkan di Korsel, yang telah lama diminta Korut untuk dihapus sebagai salah satu syarat untuk menghentikan program nuklir dan rudalnya.
Namun, tidak disebutkan dalam pernyataan minggu lalu oleh Moon Jae-in dan pemimpin Korut Kim Jong Un tentang penarikan pasukan AS dari Korsel. Kim dan Moon Jae-in berjanji untuk bekerja guna "denuklirisasi sepenuhnya" semenanjung Korea.
Pasukan AS telah ditempatkan di Korsel sejak Perang Korea, yang berakhir pada tahun 1953 dalam gencatan senjata yang menyebabkan kedua Korea secara teknis masih berperang.
Moon Jae-in dan Kim Jong-un mengatakan mereka ingin mengakhiri konflik Korea, menjanjikan "tidak ada perang lagi" di semenanjung Korea.
"Pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan adalah masalah terkait aliansi antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. Ini tidak ada hubungannya dengan penandatanganan perjanjian damai,” kata juru bicara Istana Presiden Korsel, Kim Eui-kyeom, mengutip pernyataan Presiden Moon Jae-in, Rabu (2/5/2018).
Pihak istana presiden Korsel menyatakan hal itu menanggapi pertanyaan media tentang kolom yang ditulis oleh penasehat presiden Korsel dan akademisi Moon Chung-in yang diterbitkan awal pekan ini.
Moon Chung-in mengatakan akan sulit membenarkan kehadiran pasukan AS di Korsel jika perjanjian damai ditandatangani setelah Korut setuju pada pertemuan puncak bersejarah pekan lalu guna mengakhiri konflik Korea.
"Penasihat kepresidenan, Moon Chung-in diminta untuk tidak membuat kebingungan mengenai sikap presiden," kata Kim.
Menurut seorang seorang pejabat kepresidenan lain yang berbicara kepada wartawan dengan syarat anonim, Seoul ingin pertahankan pasukan AS karena dianggap memainkan peran sebagai mediator dalam konfrontasi militer antara negara adidaya tetangga seperti China dan Jepang.
AS saat ini memiliki sekitar 28.500 tentara yang ditempatkan di Korsel, yang telah lama diminta Korut untuk dihapus sebagai salah satu syarat untuk menghentikan program nuklir dan rudalnya.
Namun, tidak disebutkan dalam pernyataan minggu lalu oleh Moon Jae-in dan pemimpin Korut Kim Jong Un tentang penarikan pasukan AS dari Korsel. Kim dan Moon Jae-in berjanji untuk bekerja guna "denuklirisasi sepenuhnya" semenanjung Korea.
Pasukan AS telah ditempatkan di Korsel sejak Perang Korea, yang berakhir pada tahun 1953 dalam gencatan senjata yang menyebabkan kedua Korea secara teknis masih berperang.
Moon Jae-in dan Kim Jong-un mengatakan mereka ingin mengakhiri konflik Korea, menjanjikan "tidak ada perang lagi" di semenanjung Korea.
(ian)