Rusia Tanggapi Santai Kabar Lengsernya PM Armenia
A
A
A
MOSKOW - Rusia menanggapi dengan santai kabar lengsernya Perdana Menteri Armenia, Serzh Sarksyan, yang tidak lain adalah sekutu dekat Presiden Rusia, Vladimir Putin. Sarksyan memutuskan mundur setelah dihantam demo besar-besaran, yang turut diikuti oleh tentara Armenia.
Alasan di balik santainya sikap Rusia adalah karena Moskow menilai situasi di Armenia terbilang cukup stabil, meskipun adanya demo besar-besaran. Situasi ini menurut Moskow berbeda dengan apa yang terjadi di Ukraina beberapa tahun lalu.
"Untuk saat ini kami melihat bahwa situasinya tidak berlangsung dengan cara yang tidak stabil, yang merupakan alasan kami merasa puas dengan situasi yang ada," kata juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
"Kami berharap bahwa ketertiban dan stabilitas akan dipertahankan di negara ini dan bahwa garis besar konfigurasi politik konsensus akan muncul dalam waktu dekat," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Selasa (24/4).
Ketika ditanya apakah Kremlin menganggap peristiwa itu sebagai sebuah revolusi, Peskov mengatakan dia tidak menyamakan situasi di Armenia dengan apa yang terjadi di Ukraina pada tahun 2014 ketika protes besar membawa perubahan dalam kekuasaan yang menggeser negara itu menjauh dari Rusia dan mendekat ke Barat.
Alasan di balik santainya sikap Rusia adalah karena Moskow menilai situasi di Armenia terbilang cukup stabil, meskipun adanya demo besar-besaran. Situasi ini menurut Moskow berbeda dengan apa yang terjadi di Ukraina beberapa tahun lalu.
"Untuk saat ini kami melihat bahwa situasinya tidak berlangsung dengan cara yang tidak stabil, yang merupakan alasan kami merasa puas dengan situasi yang ada," kata juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
"Kami berharap bahwa ketertiban dan stabilitas akan dipertahankan di negara ini dan bahwa garis besar konfigurasi politik konsensus akan muncul dalam waktu dekat," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Selasa (24/4).
Ketika ditanya apakah Kremlin menganggap peristiwa itu sebagai sebuah revolusi, Peskov mengatakan dia tidak menyamakan situasi di Armenia dengan apa yang terjadi di Ukraina pada tahun 2014 ketika protes besar membawa perubahan dalam kekuasaan yang menggeser negara itu menjauh dari Rusia dan mendekat ke Barat.
(esn)