Menhan Rusia: AS Dorong Dunia ke Perlombaan Senjata Baru

Selasa, 24 April 2018 - 13:47 WIB
Menhan Rusia: AS Dorong Dunia ke Perlombaan Senjata Baru
Menhan Rusia: AS Dorong Dunia ke Perlombaan Senjata Baru
A A A
SHANGHAI - Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia Sergei Shoigu pada Selasa (24/4/2018) mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) telah mendorong dunia ke perlombaan senjata baru. Menurutnya, Washington belum siap untuk menjalin kemitraan secara adil bahkan dengan sekutu tradisionalnya sendiri.

Amerika Serikat, kata Soigu, melakukan segala cara termasuk cara militer, dalam upaya untuk mempertahankan peran hegemoni di dunia.

"Hari ini, kita menyaksikan transformasi hubungan internasional, transisi mereka ke sistem multipolar, yang dicirikan oleh redistribusi lingkup pengaruh dan kompetisi yang ketat untuk kepemimpinan regional dan global," kata Menhan Shoigu.

"Dalam kondisi ini, Amerika Serikat ingin mempertahankan peran hegemoninya dalam hubungan internasional, melaksanakan semua cara, termasuk militer, dan mendorong negara-negara (dunia) menuju perlombaan senjata baru," ujar Shoigu dalam pertemuan Shanghai Cooperation Organization’s (SCO) yang dihadiri para menteri pertahanan berbagai negara.

Menurutnya, Washington "tanpa malu" menyatakan kesiapan untuk "memeriksa" tren di politik dunia dan ekonomi, yang dianggap tidak menguntungkan melalui penggunaan kekuatan militer.

"Ini dikonfirmasi oleh dokumen doktrin baru AS di bidang keamanan dan pertahanan nasional, mereka berusaha untuk merevisi perjanjian internasional yang paling penting, termasuk keputusan PBB dan prinsip dasar WTO," katanya, seperti dikutip Sputnik.

Pada awal tahun ini, Pentagon merilis strategi senjata nuklir baru yang dikenal sebagai "Nuclear Posture Review" (NPR). Dokumen itu merekomendasikan Pentagon untuk fokus pada kemampuan beberapa negara lain, termasuk Rusia. Pentagon dalam dokumen itu menyebut China, Iran, dan Korea Utara sebagai ancaman potensial.

Situasi Suriah

Dalam forum SCO, Menhan Soigu mencatat keinginan banyak negara untuk menghidupkan kembali negara kesatuan yang terpadu di Suriah.

"Saat ini, semua kondisi telah diciptakan untuk kebangkitan kembali Suriah sebagai negara kesatuan yang terpadu. Tetapi untuk mencapai tujuan ini, perlu bahwa tidak hanya Rusia yang membuat upaya, tetapi juga anggota masyarakat dunia lainnya," ujarnya.

"Kami mengandalkan dukungan negara-negara anggota SCO," paparnya. Pada saat yang sama, Shoigu menunjukkan bahwa tujuan utama koalisi pimpinan AS di Suriah bukanlah untuk mengalahkan Daesh atau ISIS.

"Mereka (AS dan sekutu) menggunakan kekuatan terorisme internasional dan ekstremisme untuk tujuan mereka sendiri. Irak dan Suriah adalah contoh yang baik. Untuk waktu yang lama, kelompok koalisi pimpinan AS yang terdiri lebih dari 30 negara yang maju secara militer tidak dapat mengatasi militan, dan wilayah yang dikuasai oleh ISIS meluas. Rupanya, tujuannya berbeda, untuk mengikis situasi di kawasan itu, untuk mengkonsolidasikan kehadiran militer dan ekonominya di dalamnya," sindir Shoigu pada pertemuan tersebut.

Pernyataan menteri Rusia ini muncul kurang dari sebulan setelah Presiden AS Donald Trump membuat pernyataan mengejutkan tentang penarikan diri dari pasukan Washington Suriah. Anehnya, komentar Trump ini bertentangan dengan komentar sebelumnya yang dibuat pemerintahnya sendiri, termasuk pejabat senior Pentagon dan Departemen Luar Negeri yang menyatakan pasukan AS tetap bertahan di Suriah.

Sejak 2014 Washington telah memimpin koalisi internasional yang berperang melawan Daesh tanpa mandat PBB atau otorisasi pemerintah Suriah. Damaskus bahkan secara konsisten menyebut kehadiran militer AS di negara itu ilegal.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4998 seconds (0.1#10.140)