Perintahkan Serang Suriah, Trump Kirim Pesan ke Rusia
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Donald Trump telah mengeluarkan perintah kepada militer Amerika Serikat (AS) untuk meluncurkan serangan presisi terhadap Suriah. Pemimpin Amerika ini juga mengirim pesan kepada Rusia dan Iran sebagai sekutu rezim Suriah.
"Beberapa waktu yang lalu, saya memerintahkan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat untuk meluncurkan serangan presisi pada target yang terkait dengan kemampuan senjata kimia diktator Suriah Bashar al-Assad," kata Trump,seperti dikutip ABC, Sabtu (14/4/2018).
"Operasi gabungan dengan Angkatan Bersenjata Prancis dan Inggris sekarang sedang berlangsung," kata Trump lagi.
Baca Juga: BREAKING: Trump: Saya Perintahkan Serang Suriah, Operasi Berlangsung
Trump mengatakan bahwa pembantaian pada akhir pekan lalu di Douma, Suriah adalah eskalasi signifikan dalam pola penggunaan senjata kimia oleh rezim yang sangat mengerikan.
"Serangan jahat dan keji meninggalkan ibu dan ayah, bayi dan anak-anak meronta-ronta kesakitan dan terengah-engah. Ini bukan tindakan seorang pria," kata Trump, mengacu pada Assad. "Itu adalah kejahatan monster," ujarnya.
Dalam pesannya kepada Rusia dan Iran, Trump mempertanyakan sikap kedua negara itu yang dia sebut membela rezim pembantai warga sipil.
"Kepada Iran dan Rusia, saya bertanya, negara macam apa yang ingin dikaitkan dengan pembunuhan massal terhadap laki-laki, wanita dan anak-anak yang tidak bersalah?," kata Trump.
"Bangsa-bangsa di dunia dapat dinilai oleh teman-teman yang mereka jaga. Tidak ada bangsa yang bisa berhasil dalam jangka panjang dengan mempromosikan negara-negara nakal, tirani brutal, dan diktator pembunuh," ujar Trump.
"Pada 2013, Presiden (Rusia Vladimir) Putin dan pemerintahannya menjanjikan dunia bahwa mereka akan menjamin penghapusan senjata kimia Suriah," lanjut presiden Amerika tersebut.
"Serangan Assad baru-baru ini dan respons hari ini adalah akibat langsung dari kegagalan Rusia untuk menepati janji itu. Rusia harus memutuskan apakah akan melanjutkan jalan gelap ini atau jika akan bergabung dengan negara-negara beradab sebagai kekuatan untuk stabilitas dan perdamaian. Mudah-mudahan, suatu saat kita akan bergaul dengan Rusia dan mungkin bahkan Iran. Tapi mungkin tidak."
"Beberapa waktu yang lalu, saya memerintahkan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat untuk meluncurkan serangan presisi pada target yang terkait dengan kemampuan senjata kimia diktator Suriah Bashar al-Assad," kata Trump,seperti dikutip ABC, Sabtu (14/4/2018).
"Operasi gabungan dengan Angkatan Bersenjata Prancis dan Inggris sekarang sedang berlangsung," kata Trump lagi.
Baca Juga: BREAKING: Trump: Saya Perintahkan Serang Suriah, Operasi Berlangsung
Trump mengatakan bahwa pembantaian pada akhir pekan lalu di Douma, Suriah adalah eskalasi signifikan dalam pola penggunaan senjata kimia oleh rezim yang sangat mengerikan.
"Serangan jahat dan keji meninggalkan ibu dan ayah, bayi dan anak-anak meronta-ronta kesakitan dan terengah-engah. Ini bukan tindakan seorang pria," kata Trump, mengacu pada Assad. "Itu adalah kejahatan monster," ujarnya.
Dalam pesannya kepada Rusia dan Iran, Trump mempertanyakan sikap kedua negara itu yang dia sebut membela rezim pembantai warga sipil.
"Kepada Iran dan Rusia, saya bertanya, negara macam apa yang ingin dikaitkan dengan pembunuhan massal terhadap laki-laki, wanita dan anak-anak yang tidak bersalah?," kata Trump.
"Bangsa-bangsa di dunia dapat dinilai oleh teman-teman yang mereka jaga. Tidak ada bangsa yang bisa berhasil dalam jangka panjang dengan mempromosikan negara-negara nakal, tirani brutal, dan diktator pembunuh," ujar Trump.
"Pada 2013, Presiden (Rusia Vladimir) Putin dan pemerintahannya menjanjikan dunia bahwa mereka akan menjamin penghapusan senjata kimia Suriah," lanjut presiden Amerika tersebut.
"Serangan Assad baru-baru ini dan respons hari ini adalah akibat langsung dari kegagalan Rusia untuk menepati janji itu. Rusia harus memutuskan apakah akan melanjutkan jalan gelap ini atau jika akan bergabung dengan negara-negara beradab sebagai kekuatan untuk stabilitas dan perdamaian. Mudah-mudahan, suatu saat kita akan bergaul dengan Rusia dan mungkin bahkan Iran. Tapi mungkin tidak."
(mas)