Tweet Trump Menantang Rusia Bisa Memantik Perang Dunia 3

Kamis, 12 April 2018 - 14:51 WIB
Tweet Trump Menantang Rusia Bisa Memantik Perang Dunia 3
Tweet Trump Menantang Rusia Bisa Memantik Perang Dunia 3
A A A
WASHINGTON - Tweet Presiden Donald Trump yang menantang Rusia untuk menyambut tembakan rudal-rudal "pintar" Amerika Serikat (AS) dinilai pakar pertahanan bisa memantik Perang Dunia Ketiga.

"Rusia bersumpah akan menembak jatuh semua rudal yang ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah Rusia, karena mereka akan datang, bagus, baru dan 'pintar'!," bunyi tweet Trump via akun @realDonaldTrump, pada Rabu yang jadi pemberitaan utama media-media internasional.

"Anda tidak seharusnya bermitra dengan binatang pembunuh gas yang membunuh orang-orangnya dan menikmatinya!," lanjut Trump menyindir Presiden Assad yang dituduh melakukan serangan senjata kimia di Douma, Ghouta timur. Dugaan serangan kimia ini dilaporkan menewaskan puluhan orang.

Tweet Trump ini sejatinya untuk merespons Duta Besar Rusia untuk Lebanon, Alexander Zasypkin, yang memperingatkan Washington untuk tidak menyerang Suriah karena akan direspons oleh militer Moskow.

"Jika ada serangan oleh Amerika, maka...rudal akan jatuh dan bahkan sumber dari mana misil ditembakkan (akan ditargetkan)," kata Zasypkin yang disiarkan stasiun televisi al-Manar, media yang dikelola Hizbullah Lebanon.

"Bentrokan harus dikesampingkan dan oleh karena itu kami siap untuk mengadakan negosiasi," ujar diplomat Rusia ini.

The Guardian pada Kamis (12/4/2018) menggambarkan tweet Presiden Trump sebagai tindakan salah perhitungan. Terlebih beberapa jam kemudian, Trump kembali men-tweet dengan pernyataan yang lebih melunak.

"Hubungan kita dengan Rusia sekarang lebih buruk daripada sebelumnya, dan itu termasuk Perang Dingin. Tidak ada alasan untuk ini. Rusia membutuhkan kita untuk membantu ekonomi mereka, sesuatu yang akan sangat mudah dilakukan, dan kita membutuhkan semua bangsa untuk bekerja bersama. Hentikan perlombaan senjata?," bunyi tweet Trump.

Tapi, Dr Malcolm Davis, analis senior strategi dan kemampuan pertahanan di Australian Strategic Policy Institute, percaya bahwa tweet Trump bukanlah tindakan salah perhitungan.

"Saya pikir dia dengan jelas mengirim pesan ke Rusia, tetapi dia telah maju dari diplomasi formal AS dalam prosesnya," katanya kepada news.com.au.

“Ini tentu mendorong krisis ini ke tingkat yang baru, meningkatkan kemungkinan langsung dari bentrokan militer AS-Rusia," imbuh dia menggambarkan bagaimana Perang Dunia Ketiga bisa pecah.

“Trump telah menantang Rusia, dan Rusia mungkin merasa harus menembak jatuh rudal jelajah yang diluncurkan oleh AS. Jadi itu meningkatkan konflik."

Dia mengibaratkan konflik yang meningkat menjadi krisis Perang Dingin klasik, dengan kedua belah pihak menghadapi risiko meningkatnya respons pihak lain.

Beberapa pejabat Rusia telah menanggapi ancaman Trump via Twitter tersebut.

Konstantin Kosachev, Kepala Komite Urusan Luar Negeri di Majelis Tinggi Parlemen Rusia, mengatakan, "Benar-benar menakutkan untuk berpikir orang-orang seperti apa yang mengendalikan persenjataan militer terbesar yang pernah ada di planet ini".

Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan, AS seharusnya fokus pada penghapusan kekuatan teroris di Suriah.

"Rudal pintar harus terbang ke arah teroris, bukan ke pemerintah (Suriah) yang sah, yang telah menghabiskan beberapa tahun berjuang melawan terorisme internasional di wilayahnya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam menanggapi tweet Trump.

Ancaman Trump itu, kata Zakharova, bisa mengacaukan rencana Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di Douma, Ghouta timur.

"Apakah inspektur OPCW (Organisasi Larangan Senjata Kimia)sadar bahwa misil pintar akan menghancurkan semua bukti penggunaan senjata kimia di lapangan? Atau apakah itu rencana yang sebenarnya untuk menutupi semua bukti dari serangan palsu ini dengan serangan rudal yang pintar, sehingga inspektur internasional tidak memiliki bukti untuk dicari?," tanya Zakharova.

Tweet provokatif Trump muncul beberapa jam setelah Inggris dan Prancis menyatakan siap bergabung dengan AS untuk menyerang Suriah. Perdana Menteri Inggris Theresa May pada hari ini (12/4/2018) memanggil para menteri seniornya untuk minta dukungan terkait rencana intervensi militer di Suriah.

Di saat para menteri Inggris bekumpul, kapal selam militer negara itu telah digerakkan menuju Suriah yang memicu spekulasi bahwa London akan nekat menggempur Damaskus.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6428 seconds (0.1#10.140)