Mengenal Taylor Demonbreun, Gadis AS yang Telah Menjelajah 100 Negara
A
A
A
USIANYA baru 23 tahun, tetapi dia sudah berkunjung ke 100 negara. Ambisinya adalah masuk Guinness World Records sebagai orang termuda sekaligus tercepat yang berhasil keliling dunia.
Berdasarkan catatan PBB, ada 195 negara di dunia yang diakui organisasi dunia tersebut. Artinya, Taylor Demonbreun tinggal menyisakan 95 negara untuk disambangi. Negara-negara yang sudah didatanginya di antaranya yang ada di Benua Amerika, Eropa, Rusia, dan sedikit negara di bagian Asia Tengah dan Selatan.
Seperti kisah para pejalan dunia, Taylor baru terpikir untuk berkelana mengunjungi negara-negara lain setelah merasa tidak puas dengan pekerjaannya. Gadis asal Tuscaloosa, Alabama, Amerika Serikat, itu adalah lulusan Universitas Vanderbilt dengan gelar di bidang ekonomi dan kebijakan publik pada Mei tahun lalu. Awalnya dia ingin menjadi bankir investasi. Setelah lulus dari Vanderbilt, sebetulnya dia mendapatkan kesempatan magang di Jefferies, sebuah perusahaan perbankan investasi global di New York City. Namun, dia tidak puas saat bekerja di sana.
"Ketika saya tiba, saya menyadari ini bukan apa yang ingin saya lakukan. Saya ingin melakukan sesuatu yang berdampak pada dunia, bukan di kantor di New York," ucapnya, dikutip The Tuscaloosa News.
Hanya satu yang diinginkannya, yakni menjadi petualang sejati. Ini dibuktikannya saat pada semester akhir dia menggunakan setiap menit dalam hidupnya untuk merencanakan pelayaran memecahkan rekor di seluruh dunia. Pada 1 Juni 2017 atau kurang dari sebulan setelah lulus, dia berangkat ke negara pertamanya dengan upaya memecahkan Guinness World Records sebagai orang tercepat dan termuda yang mengunjungi setiap negara di seluruh dunia.
Menurut pedoman Guinness World Book of Records, Taylor hanya perlu menginjakkan kaki di perbatasan negara yang dituju agar bisa dihitung sebagai negara yang dikunjungi. Dia tidak perlu tinggal di negara mana pun untuk waktu yang lama. Terkait hal ini, Taylor mengatakan, untuk beberapa tujuan, dia mungkin hanya terbang, mengambil gambar pada saat kedatangan dan memutuskan pulang tidak lama sesudahnya.
Saat ini rekor perjalanan keliling dunia pada usia muda dipegang Cassie De Pecol yang juga berasal dari Amerika Serikat. Pada Februari tahun lalu, Cassie yang berasal dari Connecticut dan berusia 27 tahun itu mencatat rekor dengan mengunjungi setiap negara dalam waktu lebih dari 18 bulan.
Salah satu pemberhentian pertama dalam perjalanannya adalah Haiti. Saat itu Taylor melihat negara ini masih berurusan dengan efek gempa besar yang menewaskan ratusan ribu orang dan menghancurkan banyak bangunan dan rumah pada 2010. Dia mengatakan, dengan melihat kemiskinan di Haiti secara langsung berdampak padanya.
Sejak memulai perjalanannya di Republik Dominika, Taylor telah mengunjungi 95 negara yang berbeda dari Amerika Selatan ke Eropa ke Asia selama sembilan bulan. Adapun aksi ambisius ini ditargetkan bisa selesai dalam waktu kurang dari 400 hari. "Saya telah belajar banyak tentang perjalanan. Bagaimana merencanakan dan batas kemampuan saya sendiri, seperti seberapa banyak saya dapat melakukan perjalanan pada suatu waktu," ujarnya, dikutip Travel + Leisure.
Sebetulnya apa yang memotivasi gadis belia ini ingin melancong ke setiap negara di dunia? Taylor mengatakan, sepanjang hidupnya dia selalu berkutat dengan buku. Dia telah menghabiskan sebagian besar dari 10 tahun terakhirnya dengan berbagai buku pelajaran dan terus belajar sampai pukul 02.00 dini hari. Semua ini berubah ketika dia mengambil kursus penuh ke 20 negara di seluruh Eropa selama empat bulan. Kursus ini yang akhirnya seperti "membangunkan" dia untuk berkelana lebih sering lagi.
Dikutip situs web pribadinya, Trek With Taylor, setelah menjelajahi Benua Eropa sendirian selama empat bulan, Taylor merasakan tingkat kesadaran diri yang baru. Sebagai seorang introvert, dia berubah menjadi lebih terbuka dan suka hidup bersosial. Dia menilai lebih mengenal dirinya sepenuhnya. Dia juga bisa merasakan pengalaman keluar dari zona nyaman dan bisa lepas dari perasaan cemas yang kerap menghantuinya.
Menginspirasi lewat Medsos
Taylor tidak hanya berbagi kisah perjalanannya melalui situs web Trek With Taylor, tetapi juga melalui semua platform media sosial (medsos) terdepan, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Dia berharap, lewat media tersebut, dia bisa menginspirasi orang lain untuk melampaui zona nyaman mereka, menjelajahi budaya baru dan belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri.
Dia juga berharap perjalanannya akan mendorong orang untuk tidak takut mengunjungi negara-negara asing. "Saya harap perjalanan saya akan menginspirasi orang lain, terutama wanita, bahwa tidak ada yang tidak bisa mereka lakukan," ungkapnya.
Sebagai warga negara Amerika Serikat, dia mengatakan, hampir semua negara tidak terlalu sulit untuk dikunjungi, termasuk saat hendak keluar. Namun, dia juga mencatat beberapa negara yang cukup sulit.
"Suriah, Libya, Yaman, dan beberapa negara lain akan menantang, tetapi yang harus saya lakukan hanyalah menuju bandara. Saya tidak harus tinggal di setiap negara," tuturnya. Seusai menyelesaikan misi ini, Taylor mengatakan ingin bekerja dalam industri perjalanan. "Semoga saya dapat menggunakan pengalaman yang saya miliki untuk bekerja di industri yang saya sukai," ujarnya.
Berdasarkan catatan PBB, ada 195 negara di dunia yang diakui organisasi dunia tersebut. Artinya, Taylor Demonbreun tinggal menyisakan 95 negara untuk disambangi. Negara-negara yang sudah didatanginya di antaranya yang ada di Benua Amerika, Eropa, Rusia, dan sedikit negara di bagian Asia Tengah dan Selatan.
Seperti kisah para pejalan dunia, Taylor baru terpikir untuk berkelana mengunjungi negara-negara lain setelah merasa tidak puas dengan pekerjaannya. Gadis asal Tuscaloosa, Alabama, Amerika Serikat, itu adalah lulusan Universitas Vanderbilt dengan gelar di bidang ekonomi dan kebijakan publik pada Mei tahun lalu. Awalnya dia ingin menjadi bankir investasi. Setelah lulus dari Vanderbilt, sebetulnya dia mendapatkan kesempatan magang di Jefferies, sebuah perusahaan perbankan investasi global di New York City. Namun, dia tidak puas saat bekerja di sana.
"Ketika saya tiba, saya menyadari ini bukan apa yang ingin saya lakukan. Saya ingin melakukan sesuatu yang berdampak pada dunia, bukan di kantor di New York," ucapnya, dikutip The Tuscaloosa News.
Hanya satu yang diinginkannya, yakni menjadi petualang sejati. Ini dibuktikannya saat pada semester akhir dia menggunakan setiap menit dalam hidupnya untuk merencanakan pelayaran memecahkan rekor di seluruh dunia. Pada 1 Juni 2017 atau kurang dari sebulan setelah lulus, dia berangkat ke negara pertamanya dengan upaya memecahkan Guinness World Records sebagai orang tercepat dan termuda yang mengunjungi setiap negara di seluruh dunia.
Menurut pedoman Guinness World Book of Records, Taylor hanya perlu menginjakkan kaki di perbatasan negara yang dituju agar bisa dihitung sebagai negara yang dikunjungi. Dia tidak perlu tinggal di negara mana pun untuk waktu yang lama. Terkait hal ini, Taylor mengatakan, untuk beberapa tujuan, dia mungkin hanya terbang, mengambil gambar pada saat kedatangan dan memutuskan pulang tidak lama sesudahnya.
Saat ini rekor perjalanan keliling dunia pada usia muda dipegang Cassie De Pecol yang juga berasal dari Amerika Serikat. Pada Februari tahun lalu, Cassie yang berasal dari Connecticut dan berusia 27 tahun itu mencatat rekor dengan mengunjungi setiap negara dalam waktu lebih dari 18 bulan.
Salah satu pemberhentian pertama dalam perjalanannya adalah Haiti. Saat itu Taylor melihat negara ini masih berurusan dengan efek gempa besar yang menewaskan ratusan ribu orang dan menghancurkan banyak bangunan dan rumah pada 2010. Dia mengatakan, dengan melihat kemiskinan di Haiti secara langsung berdampak padanya.
Sejak memulai perjalanannya di Republik Dominika, Taylor telah mengunjungi 95 negara yang berbeda dari Amerika Selatan ke Eropa ke Asia selama sembilan bulan. Adapun aksi ambisius ini ditargetkan bisa selesai dalam waktu kurang dari 400 hari. "Saya telah belajar banyak tentang perjalanan. Bagaimana merencanakan dan batas kemampuan saya sendiri, seperti seberapa banyak saya dapat melakukan perjalanan pada suatu waktu," ujarnya, dikutip Travel + Leisure.
Sebetulnya apa yang memotivasi gadis belia ini ingin melancong ke setiap negara di dunia? Taylor mengatakan, sepanjang hidupnya dia selalu berkutat dengan buku. Dia telah menghabiskan sebagian besar dari 10 tahun terakhirnya dengan berbagai buku pelajaran dan terus belajar sampai pukul 02.00 dini hari. Semua ini berubah ketika dia mengambil kursus penuh ke 20 negara di seluruh Eropa selama empat bulan. Kursus ini yang akhirnya seperti "membangunkan" dia untuk berkelana lebih sering lagi.
Dikutip situs web pribadinya, Trek With Taylor, setelah menjelajahi Benua Eropa sendirian selama empat bulan, Taylor merasakan tingkat kesadaran diri yang baru. Sebagai seorang introvert, dia berubah menjadi lebih terbuka dan suka hidup bersosial. Dia menilai lebih mengenal dirinya sepenuhnya. Dia juga bisa merasakan pengalaman keluar dari zona nyaman dan bisa lepas dari perasaan cemas yang kerap menghantuinya.
Menginspirasi lewat Medsos
Taylor tidak hanya berbagi kisah perjalanannya melalui situs web Trek With Taylor, tetapi juga melalui semua platform media sosial (medsos) terdepan, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Dia berharap, lewat media tersebut, dia bisa menginspirasi orang lain untuk melampaui zona nyaman mereka, menjelajahi budaya baru dan belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri.
Dia juga berharap perjalanannya akan mendorong orang untuk tidak takut mengunjungi negara-negara asing. "Saya harap perjalanan saya akan menginspirasi orang lain, terutama wanita, bahwa tidak ada yang tidak bisa mereka lakukan," ungkapnya.
Sebagai warga negara Amerika Serikat, dia mengatakan, hampir semua negara tidak terlalu sulit untuk dikunjungi, termasuk saat hendak keluar. Namun, dia juga mencatat beberapa negara yang cukup sulit.
"Suriah, Libya, Yaman, dan beberapa negara lain akan menantang, tetapi yang harus saya lakukan hanyalah menuju bandara. Saya tidak harus tinggal di setiap negara," tuturnya. Seusai menyelesaikan misi ini, Taylor mengatakan ingin bekerja dalam industri perjalanan. "Semoga saya dapat menggunakan pengalaman yang saya miliki untuk bekerja di industri yang saya sukai," ujarnya.
(amm)