Wartawan Palestina Meninggal Ditembak Pasukan Israel
A
A
A
GAZA - Seorang wartawan Palestina yang ditembak oleh pasukan Israel selama demonstrasi massa di sepanjang perbatasan Gaza telah meninggal karena luka-lukanya.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, Yasser Murtaja ditembak pada bagian perut di Khuza'a, Jalur Gaza selatan pada Jumat. Pria 30 tahun itu adalah seorang fotografer dari Ain Media yang bermarkas di Gaza
Murtaja tetap ditembak meski mengenakan jaket anti peluru warna biru bertuliskan Pers. Ini untuk membedakan dirinya sebagai seorang jurnalis.
Hosam Salem, seorang fotografer yang berada di tempat kejadian mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia menyaksikan Murtaja jatuh ke tanah setelah ditembak oleh pasukan Israel.
"Yaser sedang mengambil gambar dengan kameranya di sebelahku ketika kami mendengar suara tembakan," ungkap Salem.
"Dia hanya jatuh ke tanah dan berkata, 'Saya telah ditembak, saya sudah tertembak'," imbuhnya seperti dikutip dari kantor berita yang berbasis di Qatar itu, Sabtu (7/4/2018).
Organisasi jurnalis Palestina mengatakan tujuh wartawan lainnya terluka dalam unjuk rasa Jumat, dalam apa yang mereka gambarkan sebagai kejahatan yang disengaja yang dilakukan oleh tentara Israel.
Organisasi itu menyerukan partisipasi massa dalam pemakaman Murtaja, dan juga untuk melakukan protes yang akan diadakan pukul 12 malam waktu setempat di Manara Square Ramallah, Tepi Barat yang diduduki.
Mereka juga menyerukan PBB untuk melindungi wartawan dan menerapkan Resolusi PBB 2222 ke dalam langkah-langkah konkret.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina juga mengumumkan kematian seorang pria lain, Hamza Abdel Aal yang berusia 20 tahun, sehingga jumlah orang yang tewas selama protes hari Jumat menjadi sembilan.
Sebanyak 31 warga Palestina telah ditembak mati sejak dimulainya aksi protes pada 30 Maret lalu, ketika puluhan ribu orang turun ke daerah perbatasan dengan Israel. Mereka menuntut hak untuk kembali bagi para pengungsi Palestina.
Amunisi mematikan, peluru baja berlapis karet dan gas air mata yang ditembakkan pada unjuk rasa oleh tentara Israel melukai setidaknya 1.400 sejauh ini.
Kementerian kesehatan Palestina melaporkan bahwa pada hari Jumat 491 orang terluka oleh amunisi mematikan setelah pasukan Israel menembaki para pengunjuk rasa yang berkumpul di dekat perbatasan Israel di Jalur Gaza yang terkepung.
Setidaknya 33 orang yang terluka telah digambarkan oleh kementerian sebagai "kasus-kasus kritis".
Demonstrasi hari Jumat adalah yang kedua dalam beberapa minggu dari rencana aksi selama berminggu-minggu yang dijuluki Great March of Return.
Pesan utamanya adalah untuk meminta hak kembali bagi para pengungsi Palestina yang diusir dari rumah mereka di wilayah yang diambil alih oleh Israel selama perang 1948, yang dikenal orang Arab sebagai Nakba.
Sekitar 70 persen dari dua juta penduduk Gaza dipaksa meninggalkan rumah mereka dan sekarang tinggal di wilayah sekitar 360 km persegi, yang telah digambarkan sebagai "penjara terbuka terbesar di dunia".
Israel telah menuai kecaman tajam atas perintah tembakan di tempat sepanjang perbatasan, termasuk peringatan bahwa orang-orang yang mendekat atau mencoba merusak pagar akan menjadi sasaran.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, Yasser Murtaja ditembak pada bagian perut di Khuza'a, Jalur Gaza selatan pada Jumat. Pria 30 tahun itu adalah seorang fotografer dari Ain Media yang bermarkas di Gaza
Murtaja tetap ditembak meski mengenakan jaket anti peluru warna biru bertuliskan Pers. Ini untuk membedakan dirinya sebagai seorang jurnalis.
Hosam Salem, seorang fotografer yang berada di tempat kejadian mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia menyaksikan Murtaja jatuh ke tanah setelah ditembak oleh pasukan Israel.
"Yaser sedang mengambil gambar dengan kameranya di sebelahku ketika kami mendengar suara tembakan," ungkap Salem.
"Dia hanya jatuh ke tanah dan berkata, 'Saya telah ditembak, saya sudah tertembak'," imbuhnya seperti dikutip dari kantor berita yang berbasis di Qatar itu, Sabtu (7/4/2018).
Organisasi jurnalis Palestina mengatakan tujuh wartawan lainnya terluka dalam unjuk rasa Jumat, dalam apa yang mereka gambarkan sebagai kejahatan yang disengaja yang dilakukan oleh tentara Israel.
Organisasi itu menyerukan partisipasi massa dalam pemakaman Murtaja, dan juga untuk melakukan protes yang akan diadakan pukul 12 malam waktu setempat di Manara Square Ramallah, Tepi Barat yang diduduki.
Mereka juga menyerukan PBB untuk melindungi wartawan dan menerapkan Resolusi PBB 2222 ke dalam langkah-langkah konkret.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina juga mengumumkan kematian seorang pria lain, Hamza Abdel Aal yang berusia 20 tahun, sehingga jumlah orang yang tewas selama protes hari Jumat menjadi sembilan.
Sebanyak 31 warga Palestina telah ditembak mati sejak dimulainya aksi protes pada 30 Maret lalu, ketika puluhan ribu orang turun ke daerah perbatasan dengan Israel. Mereka menuntut hak untuk kembali bagi para pengungsi Palestina.
Amunisi mematikan, peluru baja berlapis karet dan gas air mata yang ditembakkan pada unjuk rasa oleh tentara Israel melukai setidaknya 1.400 sejauh ini.
Kementerian kesehatan Palestina melaporkan bahwa pada hari Jumat 491 orang terluka oleh amunisi mematikan setelah pasukan Israel menembaki para pengunjuk rasa yang berkumpul di dekat perbatasan Israel di Jalur Gaza yang terkepung.
Setidaknya 33 orang yang terluka telah digambarkan oleh kementerian sebagai "kasus-kasus kritis".
Demonstrasi hari Jumat adalah yang kedua dalam beberapa minggu dari rencana aksi selama berminggu-minggu yang dijuluki Great March of Return.
Pesan utamanya adalah untuk meminta hak kembali bagi para pengungsi Palestina yang diusir dari rumah mereka di wilayah yang diambil alih oleh Israel selama perang 1948, yang dikenal orang Arab sebagai Nakba.
Sekitar 70 persen dari dua juta penduduk Gaza dipaksa meninggalkan rumah mereka dan sekarang tinggal di wilayah sekitar 360 km persegi, yang telah digambarkan sebagai "penjara terbuka terbesar di dunia".
Israel telah menuai kecaman tajam atas perintah tembakan di tempat sepanjang perbatasan, termasuk peringatan bahwa orang-orang yang mendekat atau mencoba merusak pagar akan menjadi sasaran.
(ian)