Mantan Presiden Catalan: Saya Bukan Seorang Kriminal

Selasa, 03 April 2018 - 15:46 WIB
Mantan Presiden Catalan:...
Mantan Presiden Catalan: Saya Bukan Seorang Kriminal
A A A
BERLIN - Mantan presiden Catalan, Carles Puigdemont mengatakan, ia bukanlah seorang kriminal dalam wawancara pertamanya sejak ditangkap. Pemimpin yang diasingkan itu menegaskan kembali kampanye kemerdekaan wilayahnya dengan mangatakan hal itu berdasarkan demokrasi dan non kekerasan.

"Kami bukan penjahat. Kami memenangkan pemilihan dua kali," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan anggota parlemen Jerman seperti disitir dari Russia Today, Selasa (3/4/2018).

Rekaman audio dari wawancara ini diterbitkan pada hari Senin oleh weltnetz.de.

Pekan lalu, Puigdemont ditangkap di Jerman berdasakan surat perintah Eropa yang dikeluarkan oleh otoritas Spanyol. Spanyol menuduh pria 55 tahun itu mengorganisir pemberontakan dalam bentuk referendum yang tidak sah.

Puigdemont menanggapi tuduhan itu dengan mengatakan: "Kejahatan pemberontakan menuntut penggunaan kekerasan, dan tidak ada kekerasan sehingga tidak ada pemberontakan."

Mantan presiden itu menghadapi hukuman hingga 30 tahun penjara atas referendum Oktober 2017, yang telah dinyatakan ilegal oleh Madrid. Otoritas Jerman masih mempertimbangkan permintaan Spanyol untuk mengekstradisinya.

Pada akhir pekan lalu, warga Catalan turun ke jalan-jalan di Barcelona untuk memprotes penangkapannya. Aksi ini berujung bentrok dengan polisi yang menyebabkan puluhan orang terluka.

Sementara Puigdemont dari sel penjaranya di kota Neumunster mendesak para pendukungnya untuk terus berjuang.

"Kami tidak dapat menurunkan kewaspadaan kami sebelum sebuah negara yang menjadi semakin otoriter dan yang membatasi hak-hak kami," katanya.

Mari kita terus melakukan hal-hal seperti yang kita lakukan, tanpa kekerasan dan beradab, seperti yang telah kami tunjukkan pada dunia dalam beberapa tahun terakhir. Itulah bagaimana Catalans melakukan banyak hal," serunya dalam sebuah pesan kepada para demonstran pro-kemerdekaan.

Menawarkan masakan khas, bahasa dan identitas, Catalonia telah berjuang untuk otonomi yang lebih besar sejak abad ke-15, ketika Raja Ferdinand dari Aragon (dimana Catalonia menjadi bagian) menikahi Ratu Isabella dari Kastilia, menyatukan dua wilayah mereka.

Secara historis, salah satu daerah Spanyol yang paling padat penduduknya dan makmur, Catalonia telah lama menuduh Madrid melakukan perpajakan yang berlebihan dan tidak adil. Pada tahun 2006, wilayah ini mendorong otonomi yang lebih besar - termasuk memberikan preferensi bahasa Catalan atas Spanyol - tetapi reformasi itu dimentahkan oleh pengadilan Spanyol pada tahun 2010.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0926 seconds (0.1#10.140)