Pembalasan Rusia: Tutup Konsulat dan Usir 60 Diplomat AS

Jum'at, 30 Maret 2018 - 00:53 WIB
Pembalasan Rusia: Tutup...
Pembalasan Rusia: Tutup Konsulat dan Usir 60 Diplomat AS
A A A
MOSKOW - Rusia akan mengusir 60 diplomat dan menutup konsulat Amerika Serikat di St. Petersburg. Tindakan ini sebagai balasan atas pengusiran massal para diplomat Rusia yang diprakarsai oleh AS dan Inggris. Begitu pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.

"Duta besar AS untuk Moskow, Jon Huntsman, telah dipanggil ke Kementerian Luar Negeri dan mendapatkan kabar itu dari Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov," kata Lavrov pada konferensi pers setelah pertemuan dengan utusan khusus PBB untuk Suriah Staffan De Mistura.

"Selain mencerminkan respon terhadap AS, Moskow juga akan mengusir diplomat dari negara-negara lain dengan jumlah yang sama," imbuhnya seperti dilansir dari Russia Today, Jumat (30/3/2018).

Pada Senin lalu, Washington mengusir 48 diplomat Rusia dari misi bilateral dan 12 lagi dari misi PBB. AS juga menutup konsulat Rusia di Seattle. Langkah AS diikuti oleh Kanada, Australia dan sejumlah sekutu AS di Eropa dengan mengusir lebih dari 90 diplomat Rusia.

Aksi pengusiran terhadap diplomat Rusia dimulai pada tanggal 14 Maret lalu, ketika Inggris menyatakan 23 diplomat Rusia sebagai persona non grata. Inggris mengklaim bahwa Moskow kemungkinan berada di belakang serangan racun terhadap mantan mata-mata Sergey Skripal dan putrinya Yulia dengan agen kimia Novichok.

Rusia dengan tegas membantah tuduhan itu dan meminta pemerintah Inggris untuk memberikan bukti. Sejauh ini, belum ada satu pun.

“Kita tentu tahu bahwa Rusia bertanggung jawab atas serangan itu. Itu adalah sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert. Ketika ditekan untuk memberikan bukti, ia mengatakan bahwa pernyataan sekutu Washington Inggris sudah cukup baik.

"Ketika Inggris memberi tahu kami bahwa mereka punya bukti, bahwa mereka tahu Rusia bertanggung jawab, kami punya banyak alasan untuk mempercayai mereka," kata Nauert.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1380 seconds (0.1#10.140)