Tak Ikut-ikutan 27 Negara, Erdogan Tak Usir Diplomat Rusia

Kamis, 29 Maret 2018 - 14:48 WIB
Tak Ikut-ikutan 27 Negara,...
Tak Ikut-ikutan 27 Negara, Erdogan Tak Usir Diplomat Rusia
A A A
ANKARA - Sudah 27 negara termasuk Amerika Serikat (AS) telah mengusir sekitar 140 diplomat Rusia sebagai respons atas dugaan serangan racun terhadap mantan agen ganda Moskow Sergei Skripal di wilayah Inggris. Turki yang statusnya sekutu AS di keanggotaan NATO memilih tidak melakukannya.

Surat kabar Haberturk melaporkan, Presiden Turki Tayyip Erdogan telah mengonfirmasi bahwa Ankara tidak berniat untuk mengambil tindakan terhadap Rusia atas kasus Skripal.

Konfirmasi itu muncul dari Kementerian Luar Negeri Turki yang disampaikan juru bicaranya Hami Aksoy, "Turki mengutuk apa yang terjadi di Inggris dan menganggap penggunaan senjata kimia sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan," katanya dalam sebuah pernyataan yang dilansir Kamis (29/3/2018).

Turki tak menyebut siapa pelaku atau pun dalang serangan terhadap agen intelijen Rusia yang telah berkhianat itu. Sama seperti Moskow, Ankara menyerukan penyelidikan atas kasus Skripal untuk mengidentifikasi pelaku yang sebenarnya untuk diseret ke pengadilan.

Ke-27 negara yang mengusir para diplomat Moskow itu antara lain Inggris, AS, belasan negara Uni Eropa, Kanada, Norwegia, Ukraina, Australia dan beberapa negara lain.

AS dan Inggris menuduh Moskow sebagai dalang serangan racun yang oleh London diidentifikasi sebagai racun saraf Novichok. Kremlin telah berulang kali membantah terlibat maupun mendalangi serangan itu.

Sebaliknya, Moskow menuntut bukti dan menawarkan penyelidikan di bawah Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW). Namun, apa yang diminta Moskow telah diabaikan London.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada tanggal 4 Maret 2018, mantan Kolonel GRU Sergei Skripal dan putrinya Yulia Skripal ditemukan tidak sadarkan diri di bangku di sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury, Inggris selatan. Inggris menyimpulkan Skripal dan putrinya terpapar racun saraf Novichok, namun tidak membeberkan bukti.

London kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa racun saraf ganas itu diduga dikembangkan di Rusia. Atas dasar itulah, tuduhan bahwa Moskow mendalangi insiden di Salisbury dilontarkan Inggris.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1257 seconds (0.1#10.140)