Bangladesh Tak Berharap Donor Asing untuk Relokasi
A
A
A
NEW YORK - Bangladesh tidak mengharapkan banyak bantuan dari donor asing saat hendak melanjutkan rencananya merelokasi 100.000 pengungsi Rohingya ke pulau tak berpenghuni.
Bangladesh juga tidak menetapkan batas waktu pelaksanaan relokasi tersebut. Menteri Luar Negeri Bangladesh Shahriar Alam menjelaskan, pemerintah akan mengucurkan sekitar USD280 juta untuk membangun rumah dan tanggul di pulau berlumpur di Teluk Bengal untuk mengatasi badai. Bangladesh masih mempertimbangkan permintaan resmi untuk dana internasional.
Shahriar menegaskan tidak akan ada pengungsi Rohingya yang dipaksa pindah ke pulau tersebut, kecuali dengan sukarela. Sekitar 700.000 Rohingya mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh akibat operasi militer yang menewaskan ribuan orang menurut data lembaga bantuan internasional. Gelombang terbaru pengungsi itu bergabung dengan 300.000 Rohingya yang telah berada di Bangladesh akibat kekerasan sebelumnya.
Saat ini para pengungsi tinggal di kamp-kamp di Cox's Bazar, Bangladesh. Karena kesepakatan repatriasi dengan Myanmar tertunda, Bangladesh ingin menyiapkan rumah baru di pulau terdekat yang disebut Bhasan Char, sebelum musim hujan pada April mendatang.
“Kami tidak memiliki batas waktu karena ini uang banyak. Kami sejauh ini membangun dengan dana kami sendiri. Saya tidak sangat berharap tentang berapa banyak dana dari komunitas internasional yang akan terkumpul,” papar Shahriar saat berada di kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Lembaga PBB saat ini telah meminta dana bantuan USD951 juta untuk Rohingya. Dia menunjukkan rencana konstruksi di pulau yang berjarak 35 km dari daratan utama tersebut.
Dia juga menepis kekhawatiran dari kelompok kemanusiaan seperti Amnesty International yang menyebut pulau itu rawan banjir. “Beberapa orang menyatakan kekhawatiran tentang Bhasan Char tapi tidak ada alasan khawatir karena kami membangun tanggul,” kata dia.
Bangladesh menganggap pulau itu sebagai lokasi sementara untuk para pengungsi. Dia telah menunjukkan desain bangunan di pulau itu pada Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang menyarankan agar orang, negara dan organisasi datang membantu dan berkontribusi untuk biayanya. “Kami belum melakukannya. Kami belum memutuskan untuk itu,” ujar Shahriar. (Syarifudin)
Bangladesh juga tidak menetapkan batas waktu pelaksanaan relokasi tersebut. Menteri Luar Negeri Bangladesh Shahriar Alam menjelaskan, pemerintah akan mengucurkan sekitar USD280 juta untuk membangun rumah dan tanggul di pulau berlumpur di Teluk Bengal untuk mengatasi badai. Bangladesh masih mempertimbangkan permintaan resmi untuk dana internasional.
Shahriar menegaskan tidak akan ada pengungsi Rohingya yang dipaksa pindah ke pulau tersebut, kecuali dengan sukarela. Sekitar 700.000 Rohingya mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh akibat operasi militer yang menewaskan ribuan orang menurut data lembaga bantuan internasional. Gelombang terbaru pengungsi itu bergabung dengan 300.000 Rohingya yang telah berada di Bangladesh akibat kekerasan sebelumnya.
Saat ini para pengungsi tinggal di kamp-kamp di Cox's Bazar, Bangladesh. Karena kesepakatan repatriasi dengan Myanmar tertunda, Bangladesh ingin menyiapkan rumah baru di pulau terdekat yang disebut Bhasan Char, sebelum musim hujan pada April mendatang.
“Kami tidak memiliki batas waktu karena ini uang banyak. Kami sejauh ini membangun dengan dana kami sendiri. Saya tidak sangat berharap tentang berapa banyak dana dari komunitas internasional yang akan terkumpul,” papar Shahriar saat berada di kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Lembaga PBB saat ini telah meminta dana bantuan USD951 juta untuk Rohingya. Dia menunjukkan rencana konstruksi di pulau yang berjarak 35 km dari daratan utama tersebut.
Dia juga menepis kekhawatiran dari kelompok kemanusiaan seperti Amnesty International yang menyebut pulau itu rawan banjir. “Beberapa orang menyatakan kekhawatiran tentang Bhasan Char tapi tidak ada alasan khawatir karena kami membangun tanggul,” kata dia.
Bangladesh menganggap pulau itu sebagai lokasi sementara untuk para pengungsi. Dia telah menunjukkan desain bangunan di pulau itu pada Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang menyarankan agar orang, negara dan organisasi datang membantu dan berkontribusi untuk biayanya. “Kami belum melakukannya. Kami belum memutuskan untuk itu,” ujar Shahriar. (Syarifudin)
(nfl)