Gerilyawan Ghouta Timur Menyerah
A
A
A
DAMASKUS - Pemberontak antipemerintahan Presiden Bashar al- Assad mengungsi dari Ghouta Timur setelah mereka menyerah karena bertempur selama beberapa bulan terakhir.
Ghouta Timur merupakan pusat pertempuran yang difokuskan pemerintahan Suriah dengan bantuan pesawat tempur Suriah. Pertempuran di kota tersebut berawal pada 2011 dan menjadi pertahanan terakhir bagi pejuang anti-Assad yang berada di dekat ibu kota Damaskus. Sebanyak 10 bus yang mengangkut para pejuang dengan keluarganya serta keluarga sipil meninggalkan Ghouta Timur pada Sabtu (24/3) waktu setempat. Mereka bergerak menuju wilayah pengasingan di Suriah barat laut.
Langkah itu menyusul upaya evakuasi ribuan warga Ghouta Timur yang telah dilakukan sebelumnya. Upaya itu tercapai setelah para gerilyawan diizinkan untuk meninggalkan Ghouta Timur dan diperbolehkan membawa senjata ringan setelah mereka menyerah. Beberapa tahanan yang dipenjara kelompok gerilyawan juga dibebaskan dan diserahkan ke pemerintah.
Setelah Ghouta Timur dikuasai pemerintah, kini kelompok penentang Assad hanya memiliki Douma. Sebanyak 7.000 orang, termasuk pejuang dan anggota keluarganya yang tidak mau tinggal di wilayah dikuasai Assad, memilih pergi ke Kota Zamalka, Arbin, Ein Terma, dan Jobar. Mereka pergi ke Provinsi Idlib untuk memulai kehidupan baru. Itu berarti mereka tidak akan berhenti berperang melawan tentara Suriah.
Ghouta Timur berhasil dikalahkan dan dikuasai tentara Suriah setelah bombardir selama beberapa bulan. Pesawat tempur Rusia dan Suriah mengerahkan pesawat tempur dan helikopter untuk menjatuhkan bom ke Ghouta. “Lebih dari 1.600 orang tewas,” demikian keterangan Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR). Kelompok HAM menuding Suriah menggunakan gas klorin dan bahan kimia untuk membunuh warga sipil. Namun, Assad dan Rusia membantah hal tersebut. Kini militer Suriah fokus menguasai Idlib. Intensitas pertempuran di sana meningkat dalam beberapa hari terakhir.
Di kota itu terdapat beberapa kelompok gerilyawan. Pada Sabtu (24/3), ledakan di kantor pusat al-Qaeda dan mengakibatkan tujuh orang tewas. SOHR mengungkapkan proses negosiasi dengan kelompok yang menguasai Douma, Jaish al-Islam, untuk membebaskan tahanan juga masih dilakukan. Rusia tetap akan menjamin warga sipil dan pemberontak di wilayah yang dikuasai Assad tidak akan dihukum.
Namun, banyak kelompok gerilyawan tidak percaya dengan jaminan Moskow ter-sebut. “Kita tidak percaya dengan jaminan Rusia,” ungkap Wael Alwan, juru bicara kelompok Failaq al-Rahman yang menguasai Zamalka, Arbin, Ein Terma, dan Jobar, dilansir Reuters.
Sementara dari Afrin, militer Turki dan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) menguasai penuh wilayah Afrin kemarin setelah pertempuran selama delapan pekan. Mereka berhasil mengusir gerilyawan YPG Kurdi yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki. Namun, beberapa sumber militer Turki masih memburu para gerilyawan Kurdi yang berada di pedesaan dan perbukitan.
“Kita menguasai Afrin. Kita masih meyakinkan warga lokal untuk kembali ke rumah,” ujar sumber militer tersebut. Di Afrin, banyak orang mengantre untuk mendapatkan makanan yang didistribusikan Bulan Sabit Turki. Sedangkan tentara Turki tetap menjaga keamanan dan beberapa kendaraan tempur melakukan patroli keamanan.
“Kita ingin kehidupan yang normal dalam jangka pendek,” ungkap Presiden Bulan Sabit Turki Kerem Kinik. “Mobil dapur kita di sini, kita juga memiliki beberapa petugas masa di pedesaan,” katanya. (Andika Hendra)
Ghouta Timur merupakan pusat pertempuran yang difokuskan pemerintahan Suriah dengan bantuan pesawat tempur Suriah. Pertempuran di kota tersebut berawal pada 2011 dan menjadi pertahanan terakhir bagi pejuang anti-Assad yang berada di dekat ibu kota Damaskus. Sebanyak 10 bus yang mengangkut para pejuang dengan keluarganya serta keluarga sipil meninggalkan Ghouta Timur pada Sabtu (24/3) waktu setempat. Mereka bergerak menuju wilayah pengasingan di Suriah barat laut.
Langkah itu menyusul upaya evakuasi ribuan warga Ghouta Timur yang telah dilakukan sebelumnya. Upaya itu tercapai setelah para gerilyawan diizinkan untuk meninggalkan Ghouta Timur dan diperbolehkan membawa senjata ringan setelah mereka menyerah. Beberapa tahanan yang dipenjara kelompok gerilyawan juga dibebaskan dan diserahkan ke pemerintah.
Setelah Ghouta Timur dikuasai pemerintah, kini kelompok penentang Assad hanya memiliki Douma. Sebanyak 7.000 orang, termasuk pejuang dan anggota keluarganya yang tidak mau tinggal di wilayah dikuasai Assad, memilih pergi ke Kota Zamalka, Arbin, Ein Terma, dan Jobar. Mereka pergi ke Provinsi Idlib untuk memulai kehidupan baru. Itu berarti mereka tidak akan berhenti berperang melawan tentara Suriah.
Ghouta Timur berhasil dikalahkan dan dikuasai tentara Suriah setelah bombardir selama beberapa bulan. Pesawat tempur Rusia dan Suriah mengerahkan pesawat tempur dan helikopter untuk menjatuhkan bom ke Ghouta. “Lebih dari 1.600 orang tewas,” demikian keterangan Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR). Kelompok HAM menuding Suriah menggunakan gas klorin dan bahan kimia untuk membunuh warga sipil. Namun, Assad dan Rusia membantah hal tersebut. Kini militer Suriah fokus menguasai Idlib. Intensitas pertempuran di sana meningkat dalam beberapa hari terakhir.
Di kota itu terdapat beberapa kelompok gerilyawan. Pada Sabtu (24/3), ledakan di kantor pusat al-Qaeda dan mengakibatkan tujuh orang tewas. SOHR mengungkapkan proses negosiasi dengan kelompok yang menguasai Douma, Jaish al-Islam, untuk membebaskan tahanan juga masih dilakukan. Rusia tetap akan menjamin warga sipil dan pemberontak di wilayah yang dikuasai Assad tidak akan dihukum.
Namun, banyak kelompok gerilyawan tidak percaya dengan jaminan Moskow ter-sebut. “Kita tidak percaya dengan jaminan Rusia,” ungkap Wael Alwan, juru bicara kelompok Failaq al-Rahman yang menguasai Zamalka, Arbin, Ein Terma, dan Jobar, dilansir Reuters.
Sementara dari Afrin, militer Turki dan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) menguasai penuh wilayah Afrin kemarin setelah pertempuran selama delapan pekan. Mereka berhasil mengusir gerilyawan YPG Kurdi yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki. Namun, beberapa sumber militer Turki masih memburu para gerilyawan Kurdi yang berada di pedesaan dan perbukitan.
“Kita menguasai Afrin. Kita masih meyakinkan warga lokal untuk kembali ke rumah,” ujar sumber militer tersebut. Di Afrin, banyak orang mengantre untuk mendapatkan makanan yang didistribusikan Bulan Sabit Turki. Sedangkan tentara Turki tetap menjaga keamanan dan beberapa kendaraan tempur melakukan patroli keamanan.
“Kita ingin kehidupan yang normal dalam jangka pendek,” ungkap Presiden Bulan Sabit Turki Kerem Kinik. “Mobil dapur kita di sini, kita juga memiliki beberapa petugas masa di pedesaan,” katanya. (Andika Hendra)
(nfl)