Filipina Bangun Pangkalan Marinir di Pulau Dekat Taiwan
A
A
A
MANILA - Filipina akan mulai membangun pangkalan marinir bulan depan di pulau paling utara yang tidak berpenghuni, dekat Taiwan, untuk memperkuat pertahanan dan mencegah penangkapan ikan ilegal. Pembangunan pangkalan itu dimulai bulan depan.
Dua kapal penjaga pantai dari kedua pihak telah berkonflik di wilayah perairan kaya ikan yang masuk dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) keduanya. Filipina dan Taiwan juga hampir memutus hubungan diplomatik pada 2013, setelah kapal Filipina menembak ke arah kapal nelayan Taiwan hingga menewaskan satu nelayan.
"Kita perlu hadir di sana," kata Letnan Kolonel Isagani Nato, juru bicara Komando Utara Luzon, Filipina. Dia menambahkan, pekerjaan pembangunan di Pulau Mavulis akan dimulai bulan depan. "Ini masih belum dihuni, itulah mengapa kita akan membangun fasilitas untuk menjaga wilayah maritim kita dan melawan penangkapan ikan liar selama musim penangkapan," ujar Nato, dikutip Reuters.
Nato menjelaskan, unit marinir kecil akan bertugas di pulau yang disebut Y'Ami, sekitar 80 km dari Taiwan, untuk meningkatkan kehadiran militer dan memperbaiki pengumpulan informasi. Dia tidak menjelaskan besarnya unit tersebut, tapi menambahkan struktur di pulau itu akan memiliki penampungan untuk nelayan.
Pangkalan itu akan membantu mengawasi kapal-kapal yang melintas melalui Balintang Channel, rute perdagangan internasional di utara Filipina yang digunakan kapal-kapal melintasi perairan Laut China Selatan ke Samudra Pasifik. Taiwan dan Filipina juga me miliki klaim di Laut China Selatan, bersama Brunei, China, Malaysia, dan Vietnam.
Lebih dari 20 tahun lalu, pejabat pertahanan Filipina menjelaskan bahwa Taiwan telah mengusulkan untuk menyewa pulau tidak berpenghuni itu sebagai pangkalan militernya, berjanji menyumbang sebagai imbalan atas kesepakatan itu. Kesepakatan itu tidak jadi dilakukan karena Manila mengakui kebijakan satu China. Meski demikian, Filipina memiliki kedutaan besar di Taipei, tempat ribuan warga Filipina bekerja.
Dua kapal penjaga pantai dari kedua pihak telah berkonflik di wilayah perairan kaya ikan yang masuk dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) keduanya. Filipina dan Taiwan juga hampir memutus hubungan diplomatik pada 2013, setelah kapal Filipina menembak ke arah kapal nelayan Taiwan hingga menewaskan satu nelayan.
"Kita perlu hadir di sana," kata Letnan Kolonel Isagani Nato, juru bicara Komando Utara Luzon, Filipina. Dia menambahkan, pekerjaan pembangunan di Pulau Mavulis akan dimulai bulan depan. "Ini masih belum dihuni, itulah mengapa kita akan membangun fasilitas untuk menjaga wilayah maritim kita dan melawan penangkapan ikan liar selama musim penangkapan," ujar Nato, dikutip Reuters.
Nato menjelaskan, unit marinir kecil akan bertugas di pulau yang disebut Y'Ami, sekitar 80 km dari Taiwan, untuk meningkatkan kehadiran militer dan memperbaiki pengumpulan informasi. Dia tidak menjelaskan besarnya unit tersebut, tapi menambahkan struktur di pulau itu akan memiliki penampungan untuk nelayan.
Pangkalan itu akan membantu mengawasi kapal-kapal yang melintas melalui Balintang Channel, rute perdagangan internasional di utara Filipina yang digunakan kapal-kapal melintasi perairan Laut China Selatan ke Samudra Pasifik. Taiwan dan Filipina juga me miliki klaim di Laut China Selatan, bersama Brunei, China, Malaysia, dan Vietnam.
Lebih dari 20 tahun lalu, pejabat pertahanan Filipina menjelaskan bahwa Taiwan telah mengusulkan untuk menyewa pulau tidak berpenghuni itu sebagai pangkalan militernya, berjanji menyumbang sebagai imbalan atas kesepakatan itu. Kesepakatan itu tidak jadi dilakukan karena Manila mengakui kebijakan satu China. Meski demikian, Filipina memiliki kedutaan besar di Taipei, tempat ribuan warga Filipina bekerja.
(amm)