Di AS, MBS Lobi Politik dan Ekonomi

Rabu, 21 Maret 2018 - 09:17 WIB
Di AS, MBS Lobi Politik dan Ekonomi
Di AS, MBS Lobi Politik dan Ekonomi
A A A
WASHINGTON - Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman menggelar kunjungan ke Amerika Serikat (AS) untuk melakukan lobi politik dan ekonomi. Dia ingin memperkuat dukungan AS kepada Saudi di tengah konflik geopolitik di Timur Tengah yang terus memanas.

Pangeran Mohammed bertemu dengan para pemimpin politik dan bisnis dalam lawatan ke Washington, New York, Boson, Los Angeles, San Francisco, dan Houston. Itu menjadi lawatan pertama Mohammed di AS sejak dia dilantik sebagai putra mahkota. Kunjungan ke AS juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Saudi telah melakukan reformasi dan modernisasi.

Dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump, Pangeran Mohammed meminta penegasan Washington tentang perjanjian nuklir Iran 2015 silam. Selain itu, Saudi juga ingin mendapatkan dukungan AS dalam blokade terhadap Qatar.

AS memanfaatkan kunjungan putra mahkota Saudi untuk menekan kesepakatan perdagangan senjata dan peralatan tempur senilai USD35 miliar (Rp500 triliun). “Kesepakatan itu akan menyediakan 120.000 pekerjaan bagi rakyat AS,” ungkap salah satu pejabat AS dilansir Reuters.

Para eksekutif perusahaan pertahanan AS, termasuk Lockheed Martin dan Boeing, juga hadir dalam pertemuan dengan Pangeran Mohammed. Mohammed juga berencana bertemu dengan para eksekutif perusahaan minyak dan gas di Houston. Saudi akan menandatangani beberapa kesepakatan dengan perusahaan minyak.

Nanti Pangeran Mohammed juga akan bertemu dengan para petinggi Apple dan Google. Dia ingin menarik investasi perusahaan AS ke Saudi. Dalam kunjungan itu, beberapa eksekutif perusahaan asal Saudi juga diajak bersama Pangeran Mohammed. Dia juga akan menggelar pertemuan dengan Sekjen PBB Antonio Guterres untuk mendapatkan dukungan politik.

Dalam pandangan Nader Hashemi, Direktur Center for Middle East Studies, tujuan utama kunjungan Pangeran Mohammad adalah merehabilitasi citra Saudi di publik S. "Saudi mengetahui kalau mereka memiliki masalah dalam hal pencitraan," kata Hashemi kepada Al Jazeera.

Publik AS masih melihat Saudi sebagai negara konservatif. Untuk menangkal itu, Mohammed berusaha memberikan angin segar dan menunjukkan dirinya sebagai penggagas reformasi di Saudi. "Saudi telah menghabiskan banyak uang untuk menghadirkan putra mahkota Saudi sebagai pemimpin politik dengan bentuk yang berbeda," kata Hashemi.

Dalam kunjungan ke Bursa Saham New York, para investor akan mengawasi detail aksi Mohammed yang berencana meminta Saudi Aramco untuk melaksanakan penawaran publik sebanyak 5%. Rencana itu akan dilaksanakan di bursa saham di New York dan London.

Dalam memperkuat Visi 2030, Pangeran Mohammed juga akan memperkuat hubungan industri dan perdagangan dengan AS. "Saya pikir Mohammed akan menyampaikan Visi 2030 kepada para pengusaha AS," kata William Hartung, direktur Center for International Policy.

Kemudian dalam pandangan Imad Harb, Direktur Arab Center Washington, mengungkapkan Mohammed ingin membuat yakin kalau Saudi masih menjadi aliansi utama pemerintahan Trump. Selama ini, Mohammed, kata Harb, telah mendapatkan dukungan dari Trump dan Jared Kushner, penasihat senior di Gedung Putih.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir menuding kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia lainnya sebagai perjanjian yang catat. “Kita berpandangan kalau kesepakatan nuklir itu sebagai perjanjian yang cacat,” ujarnya.

Pernyataan Jubeir itu disampaikan sebelum pertemuan Pangeran Mohammed dengan Trump. Jubeir mengungkapkan Teheran selalu membuat destabilisasi di kawasan. “Kita menyerukan kebijakan keras terhadap Iran selama bertahun-tahun,” ungkapnya. (Andika Hendra)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5253 seconds (0.1#10.140)