Rusia Usir 23 Diplomat London, Menlu Inggris Murka
A
A
A
LONDON - Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson mengaku marah dengan keputusan Rusia yang mengusir 23 diplomat Inggris. Pengusiran tersebut merupakan respon Rusia atas tindakan serupa yang sebelumnya dilakukan oleh Inggris.
Johnson menuturkan, apa yang dilakukan oleh Moskow hanya akan merugikan diri mereka, khususnya merugikan warga Rusia yang berada di Inggris. Mantan Walikota London itu menyebut, pihaknya bisa saja mengusir semua warga Rusia yang berada di Inggris sebagai responn atas keputusan tersebut.
"Kemarin Kremlin mengatakan akan menutup British Council dan Konsulat kita di St Petersburg. Langkah sia-sia ini hanya akan menghukum orang-orang Rusia biasa dengan mencabut kesempatan mereka untuk belajar bahasa Inggris dan mengajukan visa Inggris," kata Johnson.
"Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat mendukung versi London tentang serangan Salisbury, sementara Rusia berdiri sendiri dan terisolasi," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (18/3).
Sebelumnya, Perdana Menteri Theresa May menyatakan Inggris telah menyiapkan langkah lanjutan terhadap keputusan Rusia itu. Namun, May tidak menjelaskan respon seperti apa yang akan diberikan oleh Inggris.
"Mengingat perilaku Rusia sebelumnya, kami mengantisipasi tanggapan semacam ini dan kami akan mempertimbangkan langkah selanjutnya dalam beberapa hari mendatang, di samping sekutu dan mitra kami," ucap May.
"Tapi, tanggapan Rusia tidak mengubah fakta-fakta dari kasus tersebut - percobaan pembunuhan dua orang di tanah Inggris, yang mana tidak ada kesimpulan alternatif selain bahwa Negara Rusia bersalah. Rusia adalah negara yang melanggar hukum internasional dan Konvensi Senjata Kimia," tegasnya.
Hubungan antara Moskow dan London memburuk pada awal Maret setelah pembelot Rusia, Sergei Skripal dan putrinya ditemukan tidak sadar di sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury. London menyebut kedua telah terkena racun syaraf dan menuding Moskow dibalik hal ini. Tudingan itu dibantah keras oleh Rusia.
Johnson menuturkan, apa yang dilakukan oleh Moskow hanya akan merugikan diri mereka, khususnya merugikan warga Rusia yang berada di Inggris. Mantan Walikota London itu menyebut, pihaknya bisa saja mengusir semua warga Rusia yang berada di Inggris sebagai responn atas keputusan tersebut.
"Kemarin Kremlin mengatakan akan menutup British Council dan Konsulat kita di St Petersburg. Langkah sia-sia ini hanya akan menghukum orang-orang Rusia biasa dengan mencabut kesempatan mereka untuk belajar bahasa Inggris dan mengajukan visa Inggris," kata Johnson.
"Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat mendukung versi London tentang serangan Salisbury, sementara Rusia berdiri sendiri dan terisolasi," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (18/3).
Sebelumnya, Perdana Menteri Theresa May menyatakan Inggris telah menyiapkan langkah lanjutan terhadap keputusan Rusia itu. Namun, May tidak menjelaskan respon seperti apa yang akan diberikan oleh Inggris.
"Mengingat perilaku Rusia sebelumnya, kami mengantisipasi tanggapan semacam ini dan kami akan mempertimbangkan langkah selanjutnya dalam beberapa hari mendatang, di samping sekutu dan mitra kami," ucap May.
"Tapi, tanggapan Rusia tidak mengubah fakta-fakta dari kasus tersebut - percobaan pembunuhan dua orang di tanah Inggris, yang mana tidak ada kesimpulan alternatif selain bahwa Negara Rusia bersalah. Rusia adalah negara yang melanggar hukum internasional dan Konvensi Senjata Kimia," tegasnya.
Hubungan antara Moskow dan London memburuk pada awal Maret setelah pembelot Rusia, Sergei Skripal dan putrinya ditemukan tidak sadar di sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury. London menyebut kedua telah terkena racun syaraf dan menuding Moskow dibalik hal ini. Tudingan itu dibantah keras oleh Rusia.
(esn)