Umat Islam Sri Lanka Diserang, Polisi Cari Tahu Donatur Kekerasan
A
A
A
COLOMBO - Kepolisian Sri Lanka mengaku sedang menyelidiki 10 tersangka pemimpin serangan terhadap komunitas Muslim yang dilakukan oleh massa Buddha Sinhala. Penyelidikan untuk mencari tahu siapa donatur yang mempromosikan kekerasan antarumat beragama di negara tersebut.
Amith Jeewan Weerasinghe—pemimpin kelompok penyerang—dan sembilan tersangka lainnya ditahan pada hari Kamis atas tuduhan melakukan serangan terhadap masjid dan properti milik warga Muslim di Distrik Kandy.
Sedikitnya dua orang tewas dalam kekerasan yang dimulai pada hari Minggu.
”Kami sedang menyelidiki siapa yang mendanai mereka, rencana masa depan mereka, dan apakah mereka memiliki kepemimpinan politik lokal serta apakah ada keterlibatan asing di balik ini,” kata juru bicara polisi Ruwan Gunasekara kepada wartawan di Colombo.
Dia mengatakan, ke-10 tersangka akan ditahan selama 14 hari dan dibawa ke Colombo untuk diinterogasi. Menurutnya, tiga tersangka di antaranya berasal dari Kandy dan tujuh lainnya dari luar wilayah tersebut.
Dalam 24 jam hingga pukul 06.00 pagi pada hari Jumat, enam properti milik warga Muslim di Kandy, Sri Lanka, dirusak massa Buddha Sinhala. Sejauh ini, 65 orang telah ditangkap.
Laporan Reuters pada Jumat (10/3/2018) menyebutkan, sebuah rumah di pinggiran Kota Kandy telah ludes dibakar massa setelah pemilik dan anggota keluarganya pergi karena takut diserang.
Juru bicara Kabinet Dayasiri Jayasekara mengatakan, polisi di beberapa tempat telah gagal melakukan perintah untuk mengekang kekerasan.
Di Sri Lanka, populasi Muslim mencapai 9 persen dari total penduduk 21 juta orang. Mereka kebanyakan tinggal di wilayah timur dan tengah. Sedangkan populasi Buddha Sinhala mencapai sekitar 70 persen dari total jumlah penduduk. Sisanya adalah etnis Tamil, yang kebanyakan warga Hindu.
Beberapa kelompok nasionalis Buddha telah memprotes kehadiran pencari suaka Muslim Rohingya asal Myanmar.
Namun, di beberapa daerah, warga Buddha Sinhala telah membantu umat Islam untuk melindungi masjid.
Pada hari Jumay, ratusan warga komunitas Buddha Sinhala termasuk biksu mengadakan demonstrasi menentang kekerasan di Colombo. Ketika demo berlangsung, banyak warga Muslim pemilik toko menutup pintu dan bergabung dalam protes.
Polisi Sri Lanka telah memberlakukan jam malam di Kandy yang dimulai dari pukul 20.00 pada hari Jumat hingga pukul 05.00 pagi pada hari Sabtu.
Namun, pengunjung asing yang bertujuan untuk berwisata, diizinkan masuk jam malam jika mereka memiliki paspor.
Amith Jeewan Weerasinghe—pemimpin kelompok penyerang—dan sembilan tersangka lainnya ditahan pada hari Kamis atas tuduhan melakukan serangan terhadap masjid dan properti milik warga Muslim di Distrik Kandy.
Sedikitnya dua orang tewas dalam kekerasan yang dimulai pada hari Minggu.
”Kami sedang menyelidiki siapa yang mendanai mereka, rencana masa depan mereka, dan apakah mereka memiliki kepemimpinan politik lokal serta apakah ada keterlibatan asing di balik ini,” kata juru bicara polisi Ruwan Gunasekara kepada wartawan di Colombo.
Dia mengatakan, ke-10 tersangka akan ditahan selama 14 hari dan dibawa ke Colombo untuk diinterogasi. Menurutnya, tiga tersangka di antaranya berasal dari Kandy dan tujuh lainnya dari luar wilayah tersebut.
Dalam 24 jam hingga pukul 06.00 pagi pada hari Jumat, enam properti milik warga Muslim di Kandy, Sri Lanka, dirusak massa Buddha Sinhala. Sejauh ini, 65 orang telah ditangkap.
Laporan Reuters pada Jumat (10/3/2018) menyebutkan, sebuah rumah di pinggiran Kota Kandy telah ludes dibakar massa setelah pemilik dan anggota keluarganya pergi karena takut diserang.
Juru bicara Kabinet Dayasiri Jayasekara mengatakan, polisi di beberapa tempat telah gagal melakukan perintah untuk mengekang kekerasan.
Di Sri Lanka, populasi Muslim mencapai 9 persen dari total penduduk 21 juta orang. Mereka kebanyakan tinggal di wilayah timur dan tengah. Sedangkan populasi Buddha Sinhala mencapai sekitar 70 persen dari total jumlah penduduk. Sisanya adalah etnis Tamil, yang kebanyakan warga Hindu.
Beberapa kelompok nasionalis Buddha telah memprotes kehadiran pencari suaka Muslim Rohingya asal Myanmar.
Namun, di beberapa daerah, warga Buddha Sinhala telah membantu umat Islam untuk melindungi masjid.
Pada hari Jumay, ratusan warga komunitas Buddha Sinhala termasuk biksu mengadakan demonstrasi menentang kekerasan di Colombo. Ketika demo berlangsung, banyak warga Muslim pemilik toko menutup pintu dan bergabung dalam protes.
Polisi Sri Lanka telah memberlakukan jam malam di Kandy yang dimulai dari pukul 20.00 pada hari Jumat hingga pukul 05.00 pagi pada hari Sabtu.
Namun, pengunjung asing yang bertujuan untuk berwisata, diizinkan masuk jam malam jika mereka memiliki paspor.
(mas)