Syok Lihat Tagihan Listrik Rp614 Juta, Pria India Meninggal
A
A
A
BHAGALPUR - Seorang pria di India syok melihat tagihan listrik yang harus dibayar. Pria tersebut jatuh pingsan karena serangan jantung dan meninggal setelah dibawa ke pusat kesehatan.
Korban bernama Gina Lal Sah, 76. Dia adalah pemilik pabrik gandum di Mirjapur-Nayatola di Distrik Bhagalpur, India.
Lal Sah syok melihat tagihan listrik sebesar 2,9 juta ruppe (Rp614 juta). Insiden ini terjadi pada 7 Maret 2018 yang diawali dengan kedatangan para pegawai perusahaan listrik South Bihar Power Distribution Company Limited (SBPDCL).
Ada sekitar lima hingga enam pegawai perusahaan listrik yang menuntut Lal Sah melunasi tagihan listrik selama tiga bulan sekaligus dengan besaran 2,9 juta ruppe. Korban tak percaya dengan besaran tagihan itu karena pabrik yang dikelolanya berskala kecil.
Korban meminta pembatalan nominal tagihan listrik. Tapi, permintaan korban diabaikan.
Putra korban, Rang Lal Sah, melaporkan para pegawai perusahaan listrik SBPDCL ke kantor polisi Madhusudanpur. ”Ayah saya, yang mengelola pabrik gandum kecil untuk mendukung keluarga kami, mengajukan permohonan pembatalan tagihan,” kata Rang Lal.
Menurutnya, lima hingga enam enam pegawai dari kantor listrik menekan ayahnya karena keberatan membayar tagihan listrik untuk tiga bulan sekaligus. ”Mereka tidak berminat untuk mendengarkan ayah saya tentang aplikasi pembetulan tagihan. Dia dipermalukan, dia pingsan setelah serangan jantung,” ujar Rang Lal.
“Orang-orang tersebut kemudian melarikan diri. Kami bergegas membawanya ke pusat kesehatan utama Nathnagar, di mana dokter menyatakan dia meninggal,” imbuh Rang Lal dengan menahan tangis, seperti dikutip dari Telegraph India, Jumat (9/3/2018).
Jasad korban telah diautopsi. Wartawan kesulitan menghubungi petugas SBPDCL manapun untuk berkomentar mengenai kasus tersebut.
Gina Lal Sah bukan satu-satunya konsumen yang kaget dengan besarnya tagihan listrik dari SBPDCL. Mohammad Lutufur Raham, bendahara masjid Islamiyah Islamnagar di wilayah Vikhanpur, Kota Bhagalpur, juga kaget melihat tagihan listrik sebesar 730.758 ruppe selama tiga bulan terakhir.
”Kami telah membayar tagihan 750 ruppe pada bulan Desember 2017. Tapi saya tidak tahu bagaimana mengapa tagihan tersebut melonjak dalam tiga bulan terakhir,” keluh Raham.
Banyak warga mengeluhkan ketidakberesan SBPDCL, terutama soal pemberian tagihan yang salah.
Sumber dari SBPDCL mengatakan perusahaan listrik swasta tersebut telah menugaskan para pegawainya untuk mengumpulkan catatan meteran konsumen.
”Kami telah menerima keluhan terhadap pembacaan meteran yang salah, tapi masalahnya diperparah karena pembetulan tagihan hanya mungkin dilakukan oleh petugas Distrik Patna, tidak ada petugas di sini yang berhak melakukan perubahan tersebut,” kata sumber tersebut.
Tetapi insinyur SBPDCL, SP Singh mengklaim bahwa tagihan yang diberikan kepada konsumen akurat.
Korban bernama Gina Lal Sah, 76. Dia adalah pemilik pabrik gandum di Mirjapur-Nayatola di Distrik Bhagalpur, India.
Lal Sah syok melihat tagihan listrik sebesar 2,9 juta ruppe (Rp614 juta). Insiden ini terjadi pada 7 Maret 2018 yang diawali dengan kedatangan para pegawai perusahaan listrik South Bihar Power Distribution Company Limited (SBPDCL).
Ada sekitar lima hingga enam pegawai perusahaan listrik yang menuntut Lal Sah melunasi tagihan listrik selama tiga bulan sekaligus dengan besaran 2,9 juta ruppe. Korban tak percaya dengan besaran tagihan itu karena pabrik yang dikelolanya berskala kecil.
Korban meminta pembatalan nominal tagihan listrik. Tapi, permintaan korban diabaikan.
Putra korban, Rang Lal Sah, melaporkan para pegawai perusahaan listrik SBPDCL ke kantor polisi Madhusudanpur. ”Ayah saya, yang mengelola pabrik gandum kecil untuk mendukung keluarga kami, mengajukan permohonan pembatalan tagihan,” kata Rang Lal.
Menurutnya, lima hingga enam enam pegawai dari kantor listrik menekan ayahnya karena keberatan membayar tagihan listrik untuk tiga bulan sekaligus. ”Mereka tidak berminat untuk mendengarkan ayah saya tentang aplikasi pembetulan tagihan. Dia dipermalukan, dia pingsan setelah serangan jantung,” ujar Rang Lal.
“Orang-orang tersebut kemudian melarikan diri. Kami bergegas membawanya ke pusat kesehatan utama Nathnagar, di mana dokter menyatakan dia meninggal,” imbuh Rang Lal dengan menahan tangis, seperti dikutip dari Telegraph India, Jumat (9/3/2018).
Jasad korban telah diautopsi. Wartawan kesulitan menghubungi petugas SBPDCL manapun untuk berkomentar mengenai kasus tersebut.
Gina Lal Sah bukan satu-satunya konsumen yang kaget dengan besarnya tagihan listrik dari SBPDCL. Mohammad Lutufur Raham, bendahara masjid Islamiyah Islamnagar di wilayah Vikhanpur, Kota Bhagalpur, juga kaget melihat tagihan listrik sebesar 730.758 ruppe selama tiga bulan terakhir.
”Kami telah membayar tagihan 750 ruppe pada bulan Desember 2017. Tapi saya tidak tahu bagaimana mengapa tagihan tersebut melonjak dalam tiga bulan terakhir,” keluh Raham.
Banyak warga mengeluhkan ketidakberesan SBPDCL, terutama soal pemberian tagihan yang salah.
Sumber dari SBPDCL mengatakan perusahaan listrik swasta tersebut telah menugaskan para pegawainya untuk mengumpulkan catatan meteran konsumen.
”Kami telah menerima keluhan terhadap pembacaan meteran yang salah, tapi masalahnya diperparah karena pembetulan tagihan hanya mungkin dilakukan oleh petugas Distrik Patna, tidak ada petugas di sini yang berhak melakukan perubahan tersebut,” kata sumber tersebut.
Tetapi insinyur SBPDCL, SP Singh mengklaim bahwa tagihan yang diberikan kepada konsumen akurat.
(mas)