AS Berencana Kembali Bombardir Basis Pemerintah Suriah
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menyatakan, mereka mungkin saja akan melakukan serangan terbaru terhadap pemerintah Suriah. Hal itu disampaikan oleh Direktur Intelijen Nasional AS (DNI), Daniel Coats.
Coats, yang berbicara di depan Senat AS mengatakan, pemerintah AS saat ini sedang mempertimbangkan serangan baru terhadap Pemerintah Suriah dalam menanggapi laporan penggunaan senjata kimia yang dilakukan oleh Damaskus.
"Seperti yang Anda lihat, tanggapan Presiden Donald Trump terhadap serangan tahun lalu, ini adalah sesuatu yang sedang dalam diskusi serius saat ini. Tapi sekali lagi, sesuatu yang perlu dibahas dalam sesi rahasia," ucap Coats, merujuk pada meluncurkan 59 rudal Tomahawk terhadap sebuah pangkalan militer di Shairat, Suriah, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (7/3).
Pekan lalu, Trump telah membahas kemungkinan "tindakan militer baru" terhadap pemerintah Suriah, sebagai hukuman atas penggunaan senjata kimia yang diduga dilakukan Damaskus di Ghouta Timur.
Diskusi tersebut muncul tak lama setelah organisasi White Helmets yang terkenal melaporkan bahwa tiga warga sipil telah terbunuh dan puluhan lainnya terluka dalam serangan gas klorin di Ghouta Timur.
Coats, yang berbicara di depan Senat AS mengatakan, pemerintah AS saat ini sedang mempertimbangkan serangan baru terhadap Pemerintah Suriah dalam menanggapi laporan penggunaan senjata kimia yang dilakukan oleh Damaskus.
"Seperti yang Anda lihat, tanggapan Presiden Donald Trump terhadap serangan tahun lalu, ini adalah sesuatu yang sedang dalam diskusi serius saat ini. Tapi sekali lagi, sesuatu yang perlu dibahas dalam sesi rahasia," ucap Coats, merujuk pada meluncurkan 59 rudal Tomahawk terhadap sebuah pangkalan militer di Shairat, Suriah, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (7/3).
Pekan lalu, Trump telah membahas kemungkinan "tindakan militer baru" terhadap pemerintah Suriah, sebagai hukuman atas penggunaan senjata kimia yang diduga dilakukan Damaskus di Ghouta Timur.
Diskusi tersebut muncul tak lama setelah organisasi White Helmets yang terkenal melaporkan bahwa tiga warga sipil telah terbunuh dan puluhan lainnya terluka dalam serangan gas klorin di Ghouta Timur.
(esn)