Trump-Netanyahu Sepakat Bersatu Hadapi Iran
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sepakat untuk membuat front persatuan guna menghadapai Iran. Kesepakatan itu terjadi saat keduanya bertemu di Gedung Putih.
Kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia yang ditandatangani pada 2015 dan kekhawatiran mengenai pengaruh Iran di Suriah merupakan agenda utama pertemuan keduanya.
Kedua pemimpin tersebut telah lama mencerca kesepakatan tersebut. Keduanya beralasan durasi yang terbatas dan fakta bahwa hal itu tidak mencakup program rudal balistik Iran atau dukungannya untuk militan anti Israel di wilayah tersebut. Seperti diketahui, Trump telah memberikan tekanan untuk mengubah kesepakatan tersebut atau membatalkannya.
"Jika saya harus mengatakan apa tantangan terbesar kami di Timur Tengah untuk kedua negara kita, kepada tetangga Arab kita, ini dikemas dalam satu kata: Iran," kata Netanyahu.
"Iran harus dihentikan. Itu adalah tantangan bersama kita," imbuhnya seperti disitir dari Reuters, Selasa (6/3/2018).
Trump telah mengancam untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut kecuali jika sekutu Eropanya membantu memperbaikinya dengan kesepakatan tindak lanjut.
Netanyahu mengatakan kepada wartawan Israel setelah pertemuan bahwa Iran telah menjadi fokus pembicaraan yang besar, yang menurutnya berjalan sejam lebih lama dari yang dijadwalkan.
Kedua pemimpin tersebut juga menyentuh permasalahan Suriah, Irak, Lebanon dan Palestina, meskipun setengah waktu, jika tidak lebih, fokus pada Iran.
Israel telah menuduh Teheran tengah menempatkan kehadiran militer permanen di Suriah, di mana pasukan yang didukung Iran mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam sebuah perang sipil.
Netanyahu juga memperingatkan bahwa Israel dapat bertindak terhadap Teheran setelah sebuah pesawat tak berawak Iran terbang ke wilayah negara Zionis itu bulan lalu. Insiden itu disusul dengan jatuhnya pesawat tempur Israel saat mengebom pertahanan udara Suriah.
Netanyahu juga telah menuduh Iran berencana membangun pabrik peluru kendali presisi di Lebanon, di tengah ketegangan di sepanjang perbatasan tersebut.
Kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia yang ditandatangani pada 2015 dan kekhawatiran mengenai pengaruh Iran di Suriah merupakan agenda utama pertemuan keduanya.
Kedua pemimpin tersebut telah lama mencerca kesepakatan tersebut. Keduanya beralasan durasi yang terbatas dan fakta bahwa hal itu tidak mencakup program rudal balistik Iran atau dukungannya untuk militan anti Israel di wilayah tersebut. Seperti diketahui, Trump telah memberikan tekanan untuk mengubah kesepakatan tersebut atau membatalkannya.
"Jika saya harus mengatakan apa tantangan terbesar kami di Timur Tengah untuk kedua negara kita, kepada tetangga Arab kita, ini dikemas dalam satu kata: Iran," kata Netanyahu.
"Iran harus dihentikan. Itu adalah tantangan bersama kita," imbuhnya seperti disitir dari Reuters, Selasa (6/3/2018).
Trump telah mengancam untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut kecuali jika sekutu Eropanya membantu memperbaikinya dengan kesepakatan tindak lanjut.
Netanyahu mengatakan kepada wartawan Israel setelah pertemuan bahwa Iran telah menjadi fokus pembicaraan yang besar, yang menurutnya berjalan sejam lebih lama dari yang dijadwalkan.
Kedua pemimpin tersebut juga menyentuh permasalahan Suriah, Irak, Lebanon dan Palestina, meskipun setengah waktu, jika tidak lebih, fokus pada Iran.
Israel telah menuduh Teheran tengah menempatkan kehadiran militer permanen di Suriah, di mana pasukan yang didukung Iran mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam sebuah perang sipil.
Netanyahu juga memperingatkan bahwa Israel dapat bertindak terhadap Teheran setelah sebuah pesawat tak berawak Iran terbang ke wilayah negara Zionis itu bulan lalu. Insiden itu disusul dengan jatuhnya pesawat tempur Israel saat mengebom pertahanan udara Suriah.
Netanyahu juga telah menuduh Iran berencana membangun pabrik peluru kendali presisi di Lebanon, di tengah ketegangan di sepanjang perbatasan tersebut.
(ian)