Ledakan Dahsyat Hantam Perbatasan Israel-Gaza, 4 Tentara Luka
A
A
A
YERUSALEM - Sedikitnya empat tentara Israel terluka, dua diantaranya mengalami luka serius, akibat sebuah ledakan di sepanjang perbatasan Israel dengan Gaza. Demikian pernyataan militer Israel.
Militer Israel mengatakan para korban telah dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis. Sebagai balasan, salah satu tank Israel menyerang sebuah pos pengamatan di Jalur Gaza selatan. Pejabat Palestina mengatakan target serangan Israel masuk dalam wilayah kelompok Jihad Islam dan tidak ada korban di pihak Palestina seperti dikutip dari laman Time, Minggu (18/2/2018).
Israel biasanya menyerang kelompok Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Gaza, atas semua serangan yang berasal dari wilayah itu terlepas dari siapa yang melakukannya.
Dalam situasi pasca perang 2014 yang terjadi di sepanjang perbatasan yang bergejolak, Israel umumnya melakukan pembalasan terbatas terhadap provokasi militan di Gaza. Daerah perbatasan pada umumnya sepi sejak perang, namun telah mengalami peningkatan kekerasan sejak pengumuman Presiden Donald Trump pada bulan Desember yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Namun, setiap korban Israel bisa memicu respons Israel yang lebih keras. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut insiden tersebut "parah" dan berjanji untuk meresponsnya dengan tepat.
Kemudian, pejabat Gaza melaporkan serangkaian serangan udara Israel terhadap lokasi pelatihan militan yang kosong. Tidak ada korban yang dilaporkan.
Insiden Sabtu terjadi di tengah meningkatnya peringatan akan bencana kemanusiaan di Gaza dapat meluas ke dalam kekerasan.
Gaza, sebidang tanah kecil yang terjepit antara Israel dan Mesir, kondisinya terus terlihat memburuk. Hamas memenangkan pemilihan legislatif pada tahun 2006 dan secara paksa merebut wilayah tersebut pada tahun berikutnya dari Otoritas Palestina yang didukung secara internasional. Israel dan Mesir memberlakukan blokade untuk melemahkan Hamas. Israel dan Hamas pun telah bertempur dalam tiga perang. Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang berharap bisa mendapatkan kembali kontrol, telah meningkatkan tekanan pada Hamas dengan memotong gaji pegawai negeri sipil dan membatasi pengiriman listrik.
Israel, bagaimanapun, telah mulai melunakkan "garisnya" akhir-akhir ini, meminta bantuan internasional, dan mungkin cenderung tidak bergerak keras secara militer, bahkan jika ditargetkan oleh tembakan roket dan serangan perbatasan.
Militer Israel mengatakan para korban telah dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis. Sebagai balasan, salah satu tank Israel menyerang sebuah pos pengamatan di Jalur Gaza selatan. Pejabat Palestina mengatakan target serangan Israel masuk dalam wilayah kelompok Jihad Islam dan tidak ada korban di pihak Palestina seperti dikutip dari laman Time, Minggu (18/2/2018).
Israel biasanya menyerang kelompok Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Gaza, atas semua serangan yang berasal dari wilayah itu terlepas dari siapa yang melakukannya.
Dalam situasi pasca perang 2014 yang terjadi di sepanjang perbatasan yang bergejolak, Israel umumnya melakukan pembalasan terbatas terhadap provokasi militan di Gaza. Daerah perbatasan pada umumnya sepi sejak perang, namun telah mengalami peningkatan kekerasan sejak pengumuman Presiden Donald Trump pada bulan Desember yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Namun, setiap korban Israel bisa memicu respons Israel yang lebih keras. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut insiden tersebut "parah" dan berjanji untuk meresponsnya dengan tepat.
Kemudian, pejabat Gaza melaporkan serangkaian serangan udara Israel terhadap lokasi pelatihan militan yang kosong. Tidak ada korban yang dilaporkan.
Insiden Sabtu terjadi di tengah meningkatnya peringatan akan bencana kemanusiaan di Gaza dapat meluas ke dalam kekerasan.
Gaza, sebidang tanah kecil yang terjepit antara Israel dan Mesir, kondisinya terus terlihat memburuk. Hamas memenangkan pemilihan legislatif pada tahun 2006 dan secara paksa merebut wilayah tersebut pada tahun berikutnya dari Otoritas Palestina yang didukung secara internasional. Israel dan Mesir memberlakukan blokade untuk melemahkan Hamas. Israel dan Hamas pun telah bertempur dalam tiga perang. Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang berharap bisa mendapatkan kembali kontrol, telah meningkatkan tekanan pada Hamas dengan memotong gaji pegawai negeri sipil dan membatasi pengiriman listrik.
Israel, bagaimanapun, telah mulai melunakkan "garisnya" akhir-akhir ini, meminta bantuan internasional, dan mungkin cenderung tidak bergerak keras secara militer, bahkan jika ditargetkan oleh tembakan roket dan serangan perbatasan.
(ian)