Pasukan Komando Pasifik AS Siap Berperang dengan China
A
A
A
WASHINGTON - Komandan Komando Pasifik Amerika Serikat (PACOM), Laksamana Harry Harry menegaskan kebijakan garis kerasnya untuk mencegah pengaruh China berkembang di kawasan Asia Pasifik. Hal itu diungkapkannya saat berbicara kepada Senat.
Dalam kesempatan itu Harris memuji sekutu regional non NATO AS, Australia, karena perannya sebagai pusat militer PACOM di Samudera Pasifik.
"Australia adalah salah satu kunci tatanan internasional berbasis peraturan," tegasnya, menandakan bahwa negara tersebut akan memainkan bagian yang semakin meningkat dalam doktrin baru AS.
"Peningkatan, kemajuan, dan modernisasi militer China terus berlanjut merupakan elemen inti dari strategi mereka untuk menggantikan AS sebagai pilihan mitra keamanan untuk negara-negara di Indo-Pasifik, namun China juga memiliki ambisi global yang jelas," lanjut Harris.
"Pada akhirnya, kemampuan untuk berperang penting atau Anda menjadi macan kertas. Kami akan bekerja sama di mana kita bisa, tapi tetap siap untuk menghadapi di mana kita harus melakukannya," tegasnya.
"Saya sendiri berharap jangan sampai bertentangan dengan China, tapi kita semua harus siap untuk itu jika harus sampai pada hal itu," tukas calon Duta Besar AS untuk Australia itu seperti disitir dari RT, Sabtu (17/2/2018)
Namun, retorika Harris mungkin tidak begitu diterima dengan baik, karena kepentingan Canberra tetap berhubungan secara intrinsik dengan orang Tionghoa.
"Kami memiliki sekutu yang kukuh dan kuat di Washington, seorang teman baik di Washington, dan kami memiliki teman yang sangat baik di Beijing," ucap Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dalam sebuah konferensi pers bersama dengan rekannya dari China pada bulan Maret tahun lalu.
"Gagasan bahwa Australia harus memilih antara China dan Amerika Serikat tidak benar," tambahnya.
Sikap Harris datang pada saat hubungan antara AS dan China hampir tidak bisa disebut baik. Setelah Beijing menepis keputusan Pengadilan Permanen Arbitrase pada 12 Juli 2016, AS lantas mengumbar kampanye kebebasan navigasi di Laut China Selatan (LCS).
Mendukung kedaulatan Filipina atas perairan teritorial di LCS dan kebijakan China yang mulai membangun infrastruktur militer di Kepulauan Spratly dan Paracel menjadi dasar AS untuk melakukan kampanye tersebut.
China telah memprotes kehadiran AS di LCS. Ketegangan meningkat di antara kedua negara setelah Angkatan Laut AS mengirimkan USS Dewey melewati Mischief Reef pada Mei lalu dan USS Stethem melewati Kepulauan Triton Juli lalu. USS McCain juga memasuki perairan teritorial China pada Agustus lalu untuk menantang Beijing dalam misi 'kebebasan navigasi' lainnya.
Dalam kesempatan itu Harris memuji sekutu regional non NATO AS, Australia, karena perannya sebagai pusat militer PACOM di Samudera Pasifik.
"Australia adalah salah satu kunci tatanan internasional berbasis peraturan," tegasnya, menandakan bahwa negara tersebut akan memainkan bagian yang semakin meningkat dalam doktrin baru AS.
"Peningkatan, kemajuan, dan modernisasi militer China terus berlanjut merupakan elemen inti dari strategi mereka untuk menggantikan AS sebagai pilihan mitra keamanan untuk negara-negara di Indo-Pasifik, namun China juga memiliki ambisi global yang jelas," lanjut Harris.
"Pada akhirnya, kemampuan untuk berperang penting atau Anda menjadi macan kertas. Kami akan bekerja sama di mana kita bisa, tapi tetap siap untuk menghadapi di mana kita harus melakukannya," tegasnya.
"Saya sendiri berharap jangan sampai bertentangan dengan China, tapi kita semua harus siap untuk itu jika harus sampai pada hal itu," tukas calon Duta Besar AS untuk Australia itu seperti disitir dari RT, Sabtu (17/2/2018)
Namun, retorika Harris mungkin tidak begitu diterima dengan baik, karena kepentingan Canberra tetap berhubungan secara intrinsik dengan orang Tionghoa.
"Kami memiliki sekutu yang kukuh dan kuat di Washington, seorang teman baik di Washington, dan kami memiliki teman yang sangat baik di Beijing," ucap Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dalam sebuah konferensi pers bersama dengan rekannya dari China pada bulan Maret tahun lalu.
"Gagasan bahwa Australia harus memilih antara China dan Amerika Serikat tidak benar," tambahnya.
Sikap Harris datang pada saat hubungan antara AS dan China hampir tidak bisa disebut baik. Setelah Beijing menepis keputusan Pengadilan Permanen Arbitrase pada 12 Juli 2016, AS lantas mengumbar kampanye kebebasan navigasi di Laut China Selatan (LCS).
Mendukung kedaulatan Filipina atas perairan teritorial di LCS dan kebijakan China yang mulai membangun infrastruktur militer di Kepulauan Spratly dan Paracel menjadi dasar AS untuk melakukan kampanye tersebut.
China telah memprotes kehadiran AS di LCS. Ketegangan meningkat di antara kedua negara setelah Angkatan Laut AS mengirimkan USS Dewey melewati Mischief Reef pada Mei lalu dan USS Stethem melewati Kepulauan Triton Juli lalu. USS McCain juga memasuki perairan teritorial China pada Agustus lalu untuk menantang Beijing dalam misi 'kebebasan navigasi' lainnya.
(ian)