Doktrin Baru Nuklir AS Tanda Perlombaan Senjata Nuklir Berlangsung
A
A
A
BERLIN - Doktrin baru nuklir yang telah dirilis pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menuai respons global. Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Sigmar Gabriel menyatakan, doktrin di dokumen Nuclear Posture Review (NPR) Washington itu menandakan perlombaan senjata nuklir sedang berlangsung.
Sebelum Jerman, Rusia dan Iran telah mengecam doktrin yang merekomendasikan agar Pentagon ekspansi kekuatan senjata nuklir AS tersebut. Dokumen NPR itu jelas berlawanan dengan komitmen pemerintah AS sebelum era Presiden Donald Trump untuk mengurangi stok senjata mengerikan tersebut.
Menlu Gabriel menyatakan rencana AS untuk mengembangkan senjata nuklir taktis baru telah mengirimkan sinyal yang salah dan merupakan tantangan serius bagi Eropa.
”Sikap nuklir baru pemerintah AS menunjukkan bahwa spiral perlombaan senjata nuklir baru sudah berlangsung,” kata Gabriel.
“Seperti pada hari-hari Perang Dingin, ini merupakan ancaman serius bagi kita di Eropa,” ujar diplomat Jerman itu, yang dilansir dari Sputnik, Senin (5/2/2018).
Menurutnya, Eropa harus mengambil langkah-langkah baru yang bertujuan untuk mengendalikan senjata dan perlucutannya.
”Alih-alih (kembangkan) sistem persenjataan baru, kita membutuhkan inisiatif perlucutan senjata baru,” ujar Gabriel.
Menlu Jerman itu juga menunjukkan bahwa situasi sehubungan dengan keamanan global dalam beberapa tahun terakhir telah memburuk secara signifikan.
“Hilangnya kepercayaan diri yang tajam di Rusia,” kata dia mencontohkan. “Ada bukti jelas bahwa (Rusia) tidak hanya membangun senjata konvensional, tapi juga senjata nuklir.”
”Tatanan global semakin dipertanyakan,” kata Gabriel, mengingatkan bahwa situasi di negara-negara selatan Uni Eropa sangat tidak stabil. ”Untuk semua tantangan ini, kami harus menemukan jawaban bersama dengan mitra dan sekutu kami.”
Dokumen NPR resmi dirilis pemerintah AS pada hari Jumat. Yang mengejutkan, dokumen itu merekomendasikan agar pesawat jet tempur F-35 memiliki kemampuan untuk menembakkan senjata nuklir.
Sebelum Jerman, Rusia dan Iran telah mengecam doktrin yang merekomendasikan agar Pentagon ekspansi kekuatan senjata nuklir AS tersebut. Dokumen NPR itu jelas berlawanan dengan komitmen pemerintah AS sebelum era Presiden Donald Trump untuk mengurangi stok senjata mengerikan tersebut.
Menlu Gabriel menyatakan rencana AS untuk mengembangkan senjata nuklir taktis baru telah mengirimkan sinyal yang salah dan merupakan tantangan serius bagi Eropa.
”Sikap nuklir baru pemerintah AS menunjukkan bahwa spiral perlombaan senjata nuklir baru sudah berlangsung,” kata Gabriel.
“Seperti pada hari-hari Perang Dingin, ini merupakan ancaman serius bagi kita di Eropa,” ujar diplomat Jerman itu, yang dilansir dari Sputnik, Senin (5/2/2018).
Menurutnya, Eropa harus mengambil langkah-langkah baru yang bertujuan untuk mengendalikan senjata dan perlucutannya.
”Alih-alih (kembangkan) sistem persenjataan baru, kita membutuhkan inisiatif perlucutan senjata baru,” ujar Gabriel.
Menlu Jerman itu juga menunjukkan bahwa situasi sehubungan dengan keamanan global dalam beberapa tahun terakhir telah memburuk secara signifikan.
“Hilangnya kepercayaan diri yang tajam di Rusia,” kata dia mencontohkan. “Ada bukti jelas bahwa (Rusia) tidak hanya membangun senjata konvensional, tapi juga senjata nuklir.”
”Tatanan global semakin dipertanyakan,” kata Gabriel, mengingatkan bahwa situasi di negara-negara selatan Uni Eropa sangat tidak stabil. ”Untuk semua tantangan ini, kami harus menemukan jawaban bersama dengan mitra dan sekutu kami.”
Dokumen NPR resmi dirilis pemerintah AS pada hari Jumat. Yang mengejutkan, dokumen itu merekomendasikan agar pesawat jet tempur F-35 memiliki kemampuan untuk menembakkan senjata nuklir.
(mas)