Kelompok Bersenjata Serbu Klub Malam di Brazil, 14 Tewas
A
A
A
BRASILIA - Aksi penembakan massal terjadi di barat laut Brazil. Sekelompok orang bersenjata berat menyerbu sebuah pesta di sebuah klub malam lokal menyebabkan belasan orang tewas.
Sedikitnya 15 orang bersenjata tiba di tiga mobil bersenjata berat pada pukul 1.30 Sabtu dini hari. Mereka kemudian melepaskan senjata mereka saat mereka memasuki klub malam Forró do Gago.
Saksi mata mengatakan bahwa penembak tiba di tiga mobil bersenjata berat dan kemudian memberondong klub malam tersebut.
Orang-orang melarikan diri dari klub dan berlindung di rumah-rumah terdekat saat tembakan berlangsung selama setengah jam, para saksi memberi tahu media lokal, O Globo.
Rekaman setelah kejadian menunjukkan bercak darah di tanah di luar klub di daerah Cajazeiras, Fortaleza, sebuah kota pesisir di negara bagian Ceará.
Dikutip dari Independent, Minggu (28/1/2018), 14 orang tewas dalam aksi penembakan di sebuah klub malam . Sementara menurut otoritas keamanan setempat setidaknya enam lainnya, beberapa diantaranya adalah anak-anak, terluka.
Dua belas orang meninggal di tempat kejadian dan dua lainnya dinyatakan meninggal kemudian di rumah sakit. Sedikitnya seorang pria, empat wanita, dan dua remaja dilaporkan termasuk di antara korban tewas.
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dan dua anak perempuan berusia 16 tahun dilaporkan termasuk di antara korban luka-luka yang terluka.
Surat kabar O'Globo mengatakan bahwa penembakan tersebut merupakan yang paling mematikan dalam sejarah kota.
Polisi mengerahkan sebuah helikopter untuk mencari orang-orang bersenjata tersebut namun tidak ada laporan penangkapan. Saksi mata dikatakan tidak mau memberikan informasi kepada pihak berwenang karena takut akan aksi balas dendam.
Polisi meyakini aksi penembakan tersebut terkait dengan persaingan antara kelompok narkoba, namun banyak dari mereka yang tewas dianggap pihak yang tidak bersalah tanpa hubungan dengan kejahatan terorganisir.
Ceará memiliki tingkat kekerasan tertinggi kedua di antara negara bagian Brasil lainnya, menurut surat kabar Estadao, dengan pedagang obat terlarang menjadi pihak yang disalahkan atas meningkatnya aksi pertumpahan darah.
Sedikitnya 15 orang bersenjata tiba di tiga mobil bersenjata berat pada pukul 1.30 Sabtu dini hari. Mereka kemudian melepaskan senjata mereka saat mereka memasuki klub malam Forró do Gago.
Saksi mata mengatakan bahwa penembak tiba di tiga mobil bersenjata berat dan kemudian memberondong klub malam tersebut.
Orang-orang melarikan diri dari klub dan berlindung di rumah-rumah terdekat saat tembakan berlangsung selama setengah jam, para saksi memberi tahu media lokal, O Globo.
Rekaman setelah kejadian menunjukkan bercak darah di tanah di luar klub di daerah Cajazeiras, Fortaleza, sebuah kota pesisir di negara bagian Ceará.
Dikutip dari Independent, Minggu (28/1/2018), 14 orang tewas dalam aksi penembakan di sebuah klub malam . Sementara menurut otoritas keamanan setempat setidaknya enam lainnya, beberapa diantaranya adalah anak-anak, terluka.
Dua belas orang meninggal di tempat kejadian dan dua lainnya dinyatakan meninggal kemudian di rumah sakit. Sedikitnya seorang pria, empat wanita, dan dua remaja dilaporkan termasuk di antara korban tewas.
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dan dua anak perempuan berusia 16 tahun dilaporkan termasuk di antara korban luka-luka yang terluka.
Surat kabar O'Globo mengatakan bahwa penembakan tersebut merupakan yang paling mematikan dalam sejarah kota.
Polisi mengerahkan sebuah helikopter untuk mencari orang-orang bersenjata tersebut namun tidak ada laporan penangkapan. Saksi mata dikatakan tidak mau memberikan informasi kepada pihak berwenang karena takut akan aksi balas dendam.
Polisi meyakini aksi penembakan tersebut terkait dengan persaingan antara kelompok narkoba, namun banyak dari mereka yang tewas dianggap pihak yang tidak bersalah tanpa hubungan dengan kejahatan terorganisir.
Ceará memiliki tingkat kekerasan tertinggi kedua di antara negara bagian Brasil lainnya, menurut surat kabar Estadao, dengan pedagang obat terlarang menjadi pihak yang disalahkan atas meningkatnya aksi pertumpahan darah.
(ian)