Pakar Korut: Perang Nuklir Intai Semenanjung Korea seperti Bom Waktu
A
A
A
PYONGYANG - Seorang peneliti dari Institut Ilmu Sosial Korea Utara (Korut) memperingatkan bahwa perang nuklir terus mengintai Semenanjung Korea seperti bom waktu karena kehadiran militer Amerika Serikat di Korea Selatan.
Pakar Pyongyang bernama Choe Song-ho menuliskan peringatannya itu dalam artikel di surat kabar Korut, Rodong Sinmun. Menurutnya, perundingan antar-Korea saat ini belum menurunkan ancaman perang nuklir di Semenanjung Korea.
AS, ujar dia, memainkan peran utama dalam meningkatkan potensi perang nuklir melalui kebijakan permusuhannya yang terus berlanjut terhadap Korea Utara.
”Apa yang (AS) inginkan sepanjang waktu bukanlah perdamaian dan stabilitas Semenanjung Korea, tapi ketidakstabilan situasi dan ketegangan militer yang menjengkelkan,” tulis Choe Song-ho. ”Situasi Semenanjung Korea masih parah meski arus dialog dan perdamaian seolah-olah mengalir.”
Peneliti itu juga mengkritik pembahasan krisis Korea Utara di Vancouver yang difasilitasi AS dan Kanada pada 16 Januari lalu. Pertemuan sekitar 20 negara itu dia nilai untuk menggembungkan oposisi terhadap rezim Korut yang dipimpin Kim Jong-un.
Bagi Choe, selama AS mempertahankan kehadiran militer di Korea Selatan, tidak ada kemungkinan Korea Utara bersedia melakukan perundingan denuklirisasi. “Sampai AS beranjak ke sebuah pusaran gelap perang nuklir yang mengintai seperti bom waktu (di Semenanjung Korea),” lanjut Choe, yang dilansir Sabtu (27/1/2018).
Komentar Choe muncul pada hari yang sama saat Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myoung-gyon mengindikasikan bahwa Pyongyang berencana mengadakan parade militer untuk memperingati ulang tahun Tentara Rakyat Korea (KPA) pada 8 Februari.
”Ada kemungkinan tinggi bahwa Korut bisa mengadakan parade militer yang mengintimidasi dengan memobilisasi jumlah personel militer yang cukup besar dan hampir semua senjatanya,” kata Cho kepada sebuah forum di Seoul.
”Korea Utara tampaknya sedang mempersiapkan acara besar-besaran di lapangan karena rezim tersebut menandai ulang tahun ke-70 pendiriannya dan pemimpinnya Kim Jong-un tampaknya ingin menunjukkan kekuatan absolutnya.”
Olimpiade Musim Dingin di Korsel dijadwalkan dimulai 9 Februari. Artinya, jika parade militer Korut digelar 8 Februari maka akan menjadi “sambutan” yang menegangkan untuk acara olahraga dunia tersebut.
Pakar Pyongyang bernama Choe Song-ho menuliskan peringatannya itu dalam artikel di surat kabar Korut, Rodong Sinmun. Menurutnya, perundingan antar-Korea saat ini belum menurunkan ancaman perang nuklir di Semenanjung Korea.
AS, ujar dia, memainkan peran utama dalam meningkatkan potensi perang nuklir melalui kebijakan permusuhannya yang terus berlanjut terhadap Korea Utara.
”Apa yang (AS) inginkan sepanjang waktu bukanlah perdamaian dan stabilitas Semenanjung Korea, tapi ketidakstabilan situasi dan ketegangan militer yang menjengkelkan,” tulis Choe Song-ho. ”Situasi Semenanjung Korea masih parah meski arus dialog dan perdamaian seolah-olah mengalir.”
Peneliti itu juga mengkritik pembahasan krisis Korea Utara di Vancouver yang difasilitasi AS dan Kanada pada 16 Januari lalu. Pertemuan sekitar 20 negara itu dia nilai untuk menggembungkan oposisi terhadap rezim Korut yang dipimpin Kim Jong-un.
Bagi Choe, selama AS mempertahankan kehadiran militer di Korea Selatan, tidak ada kemungkinan Korea Utara bersedia melakukan perundingan denuklirisasi. “Sampai AS beranjak ke sebuah pusaran gelap perang nuklir yang mengintai seperti bom waktu (di Semenanjung Korea),” lanjut Choe, yang dilansir Sabtu (27/1/2018).
Komentar Choe muncul pada hari yang sama saat Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myoung-gyon mengindikasikan bahwa Pyongyang berencana mengadakan parade militer untuk memperingati ulang tahun Tentara Rakyat Korea (KPA) pada 8 Februari.
”Ada kemungkinan tinggi bahwa Korut bisa mengadakan parade militer yang mengintimidasi dengan memobilisasi jumlah personel militer yang cukup besar dan hampir semua senjatanya,” kata Cho kepada sebuah forum di Seoul.
”Korea Utara tampaknya sedang mempersiapkan acara besar-besaran di lapangan karena rezim tersebut menandai ulang tahun ke-70 pendiriannya dan pemimpinnya Kim Jong-un tampaknya ingin menunjukkan kekuatan absolutnya.”
Olimpiade Musim Dingin di Korsel dijadwalkan dimulai 9 Februari. Artinya, jika parade militer Korut digelar 8 Februari maka akan menjadi “sambutan” yang menegangkan untuk acara olahraga dunia tersebut.
(mas)