Orang Terkaya Saudi Disiksa di Penjara
A
A
A
RIYADH - Orang terkaya di Arab Saudi, Pangeran Alwaleed bin Talal, dijebloskan ke penjara dan disiksa karena tidak mau mengembalikan uang yang diduga hasil korupsi senilai USD6 miliar (Rp85 triliun).
Alwaleed ditangkap dua bulan lalu sebagai bagian penyidikan skandal korupsi dilakukan komite antikorupsi Arab Saudi yang dipimpin Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman. Dia ditangkap bersama dengan puluhan pangeran dan pejabat pemerintahan yang dinilai korup.
Awalnya Alwaleed ditahan di Hotel Ritz Carlton Riyadh, tapi karena dia enggan mengembalikan dana yang diduga dikorupsinya, maka dia dipindahkan ke penjara Al-Hair. Dia tidak sendirian, tapi bersama dengan 60 tahanan lainnya dipindahkan ke penjara itu.
Pangeran Turki bin Abdullah, anggota House of Saud, juga salah satu pangeran yang dijebloskan kepenjara tersebut. Melansir Al-Araby Al-Jadeed, penjara dengan keamanan supermaksimum itu terletak di selatan Riyadh. Di dalam penjara, Alwaleed dikabarkan disiksa dan dipukuli.
Bahkan, dia pun diposisikan layaknya tahanan dengan model penyiksaan digantung dan kepalanya diturunkan. Saat ditahan di Ritz Carlton, Alwaleed enggan memenuhi tuntutan dari Mohammed bin Salman agar membayar USD6 miliar. Dia juga menolak menyerahkan perusahaan investasinya kepada Pemerintah Saudi.
Padahal Alwaleed memiliki kekayaan senilai USD17 miliar (Rp242 triliun) versi majalah Forbes. Dia juga masih menjabat sebagai chairman dan pemilik perusahaan investasi internasional Kingdom Holding. Namun, Alwaleed kini sedang bernegosiasi mengenai kesepakatan tersebut.
Menurut pejabat senior Arab Saudi, sejauh ini belum ada kesepakatan mengenai pengembalian harta korupsi itu. “Dia (Alwaleed) menawarkan sejumlah tawaran, tetapi itu tidak sesuai. Jaksa agung belum menyetujuinya,” ungkap pejabat yang enggan disebutkan namanya.
Sumber kedua yang dekat dengan Pangeran Alwaleed mengungkapkan kalau Alwaleed menawarkan model donasi kepada Pemerintah Saudi. Pasalnya, dia tidak mengakui kalau dirinya bersalah. “Dia juga ingin memilih aset yang akan diserahkan kepada pemerintah,” ujar sumber yang enggan disebutkan namanya.
Namun, Pemerintah Arab Saudi menolak tawaran yang diajukan Alwaleed. Saham Kingdom Holding langsung naik 9,8% pada Minggu (14/1/2018) menyusun kabar negosiasi tersebut. Nilai kapitalisasi perusahaan naik menjadi USD860 juta. Penangkapan sekitar 200 pangeran dan pejabat tinggi dilakukan sebagai bentuk reformasi ekonomi.
Mohammed bin Salman ditunjuk sebagai Putra Mahkota oleh ayahnya Raja Salman bin Abdulaziz pada 21 Juni tahun lalu dan akan menggantikan ayahnya. Putra Mahkota merupakan posisi penting kedua di Arab Saudi. Sementara itu, hotel mewah Ritz Carlton yang sebelumnya digunakan sebagai lokasi penahanan para pangeran dan pejabat Saudi akan dibuka kembali pada bulan depan.
Sejak November lalu, hotel itu ditutup untuk umum. Menurut seorang petugas yang menerima pemesanan kamar di Ritz Carlton, hotel akan mulai menerima tamu pada 14 Februari mendatang dengan harga kamar paling murah USD650. Sumber pemerintahan Arab Saudi mengungkapkan otoritas Arab Saudi telah menyelesaikan sebagian penyidikan korupsi sehingga mengizinkan Ritz Carlton untuk beroperasi normal. “
Hotel akan beroperasi normal sesuai dengan arahan otoritas lokal,” ungkap juru bicara grup Marriott. Otoritas Arab Saudi memperkirakan sebagian tersangka koruptor telah menyepakati pembayaran denda. Riyadh berharap bisa mengumpulkan pengembalian uang korupsi itu senilai USD100 miliar (Rp1.428 miliar).
Hanya sedikit tersangka yang diproses hukum lebih lanjut. Perusahaan konstruksi raksasa Saudi Binladin Group juga menyepakati penyerahan saham kepada pemerintah. Chairman Binladin Group Bakr Bin Laden dan beberapa anggota keluarganya ditahan dalam pemeriksaan skandal korupsi.
Binladin memiliki 100.000 karyawan dan menjadi perusahaan konstruksi terbesar di Arab Saudi. Pada akhir November lalu, Pangeran Saudi Miteb bin Abdullah dibebaskan setelah membayar lebih dari USD1 miliar kepada pemerintah. Kemudian banyak juga pejabat dan pangeran memilih menyerahkan harganya ke pemerintah sebagai imbalan untuk bebas.
Sebelumnya jaksa penuntut Arab Saudi, Saud al-Muajab mengungkapkan, akan melakukan upaya ekstradisi terhadap tersangka yang tinggal di luar negeri. “Bukti sedang dikumpulkan terhadap tersangka dan akan meminta pemerintahan asing menyerahkan mereka ke Saudi,” kata Saud dilansir majalah Arrajol.
Namun, belum jelas berapa banyak orang yang menjadi target dan negara mana saja yang akan diminta untuk bekerja sama. Sementara itu, Pangeran Mohammed ingin membuktikan kalau pemberantasan korupsi yang dijalankannya berhasil dan sukses menarik kembali uang yang telah di korupsi untuk masuk ke kas negara.
Proses itu dilakukan tanpa berbelit-belit dan harus melalui pembuktian hukum di pengadilan. Model pemberantas an korupsi itu menuai pujian di dalam negeri dan luar negeri. (Andika Hendra)
Alwaleed ditangkap dua bulan lalu sebagai bagian penyidikan skandal korupsi dilakukan komite antikorupsi Arab Saudi yang dipimpin Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman. Dia ditangkap bersama dengan puluhan pangeran dan pejabat pemerintahan yang dinilai korup.
Awalnya Alwaleed ditahan di Hotel Ritz Carlton Riyadh, tapi karena dia enggan mengembalikan dana yang diduga dikorupsinya, maka dia dipindahkan ke penjara Al-Hair. Dia tidak sendirian, tapi bersama dengan 60 tahanan lainnya dipindahkan ke penjara itu.
Pangeran Turki bin Abdullah, anggota House of Saud, juga salah satu pangeran yang dijebloskan kepenjara tersebut. Melansir Al-Araby Al-Jadeed, penjara dengan keamanan supermaksimum itu terletak di selatan Riyadh. Di dalam penjara, Alwaleed dikabarkan disiksa dan dipukuli.
Bahkan, dia pun diposisikan layaknya tahanan dengan model penyiksaan digantung dan kepalanya diturunkan. Saat ditahan di Ritz Carlton, Alwaleed enggan memenuhi tuntutan dari Mohammed bin Salman agar membayar USD6 miliar. Dia juga menolak menyerahkan perusahaan investasinya kepada Pemerintah Saudi.
Padahal Alwaleed memiliki kekayaan senilai USD17 miliar (Rp242 triliun) versi majalah Forbes. Dia juga masih menjabat sebagai chairman dan pemilik perusahaan investasi internasional Kingdom Holding. Namun, Alwaleed kini sedang bernegosiasi mengenai kesepakatan tersebut.
Menurut pejabat senior Arab Saudi, sejauh ini belum ada kesepakatan mengenai pengembalian harta korupsi itu. “Dia (Alwaleed) menawarkan sejumlah tawaran, tetapi itu tidak sesuai. Jaksa agung belum menyetujuinya,” ungkap pejabat yang enggan disebutkan namanya.
Sumber kedua yang dekat dengan Pangeran Alwaleed mengungkapkan kalau Alwaleed menawarkan model donasi kepada Pemerintah Saudi. Pasalnya, dia tidak mengakui kalau dirinya bersalah. “Dia juga ingin memilih aset yang akan diserahkan kepada pemerintah,” ujar sumber yang enggan disebutkan namanya.
Namun, Pemerintah Arab Saudi menolak tawaran yang diajukan Alwaleed. Saham Kingdom Holding langsung naik 9,8% pada Minggu (14/1/2018) menyusun kabar negosiasi tersebut. Nilai kapitalisasi perusahaan naik menjadi USD860 juta. Penangkapan sekitar 200 pangeran dan pejabat tinggi dilakukan sebagai bentuk reformasi ekonomi.
Mohammed bin Salman ditunjuk sebagai Putra Mahkota oleh ayahnya Raja Salman bin Abdulaziz pada 21 Juni tahun lalu dan akan menggantikan ayahnya. Putra Mahkota merupakan posisi penting kedua di Arab Saudi. Sementara itu, hotel mewah Ritz Carlton yang sebelumnya digunakan sebagai lokasi penahanan para pangeran dan pejabat Saudi akan dibuka kembali pada bulan depan.
Sejak November lalu, hotel itu ditutup untuk umum. Menurut seorang petugas yang menerima pemesanan kamar di Ritz Carlton, hotel akan mulai menerima tamu pada 14 Februari mendatang dengan harga kamar paling murah USD650. Sumber pemerintahan Arab Saudi mengungkapkan otoritas Arab Saudi telah menyelesaikan sebagian penyidikan korupsi sehingga mengizinkan Ritz Carlton untuk beroperasi normal. “
Hotel akan beroperasi normal sesuai dengan arahan otoritas lokal,” ungkap juru bicara grup Marriott. Otoritas Arab Saudi memperkirakan sebagian tersangka koruptor telah menyepakati pembayaran denda. Riyadh berharap bisa mengumpulkan pengembalian uang korupsi itu senilai USD100 miliar (Rp1.428 miliar).
Hanya sedikit tersangka yang diproses hukum lebih lanjut. Perusahaan konstruksi raksasa Saudi Binladin Group juga menyepakati penyerahan saham kepada pemerintah. Chairman Binladin Group Bakr Bin Laden dan beberapa anggota keluarganya ditahan dalam pemeriksaan skandal korupsi.
Binladin memiliki 100.000 karyawan dan menjadi perusahaan konstruksi terbesar di Arab Saudi. Pada akhir November lalu, Pangeran Saudi Miteb bin Abdullah dibebaskan setelah membayar lebih dari USD1 miliar kepada pemerintah. Kemudian banyak juga pejabat dan pangeran memilih menyerahkan harganya ke pemerintah sebagai imbalan untuk bebas.
Sebelumnya jaksa penuntut Arab Saudi, Saud al-Muajab mengungkapkan, akan melakukan upaya ekstradisi terhadap tersangka yang tinggal di luar negeri. “Bukti sedang dikumpulkan terhadap tersangka dan akan meminta pemerintahan asing menyerahkan mereka ke Saudi,” kata Saud dilansir majalah Arrajol.
Namun, belum jelas berapa banyak orang yang menjadi target dan negara mana saja yang akan diminta untuk bekerja sama. Sementara itu, Pangeran Mohammed ingin membuktikan kalau pemberantasan korupsi yang dijalankannya berhasil dan sukses menarik kembali uang yang telah di korupsi untuk masuk ke kas negara.
Proses itu dilakukan tanpa berbelit-belit dan harus melalui pembuktian hukum di pengadilan. Model pemberantas an korupsi itu menuai pujian di dalam negeri dan luar negeri. (Andika Hendra)
(nfl)