Polisi Kanada Sebut Serangan pada Gadis Berjilbab Bohong
A
A
A
TORONTO - Kepolisian Toronto, Kanada, mengatakan serangan dengan gunting yang diduga terjadi pada seorang gadis berjilbab berusia 11 tahun saat pergi ke sekolah tidak terjadi alias bohong. Meski membuat klaim palsu, polisi menjamin gadis itu tidak akan ditindak.
Polisi telah menyelidiki insiden tersebut atas dugaan kejahatan kebencian setelah gadis bernama Khawlah Noman itu mengklaim seorang pria bersenjata gunting menyerang dengan memotong jilbabnya. Menurut klaim gadis tersebut, serangan terjadi saat dia pergi ke sekolah bersama kakaknya pada hari Jumat pagi.
Pada hari Senin, polisi menyimpulkan bahwa tidak ada kejahatan yang terjadi seperti klaim siswi Pauline Johnson Junior Public School tersebut.
”Kami mengumpulkan banyak bukti, kami mempertimbangkan bukti tersebut dan sampai pada kesimpulan bahwa apa yang dijelaskan tidak terjadi,” juru bicara polisi Toronto Mark Pugash kepada Reuters, yang dilansir Selasa (16/1/2018).
Polisi menambahkan, penyelidikan kasus ini telah selesai.
Keluarga Noman tidak bisa dihubungi wartawan untuk dimintai komentar.
Sementara itu, juru bicara Toronto District School Board, Ryan Bird, melalui email lega dengan hasil penyelidikan polisi. ”Kami sangat bersyukur serangan ini tidak terjadi,” tulis dia.
Penyelidikan dilakukan polisi di tengah tekanan yang meningkat pada pemerintah Kanada untuk memerangi sentimen anti-Muslim. Terlebih, klaim serangan pada gadis itu muncul menjelang setahun penembakan fatal di Masjid Quebec yang menewaskan enam orang.
Sebuah survei yang dilakukan tahun lalu oleh Komisi Hak Asasi Manusia Ontario menemukan bahwa lebih banyak laporan di mana kelompok Muslim jadi sasaran serangan ketimbang kelompok lain. Namun, dengan munculnya klaim palsu dari gadis berjilbab itu dikhawatirkan membuat orang apatis terhadap kejahatan kebencian.
”Semua dari kita sangat khawatir dengan dampak dari semua ini,” kata penulis dan advokat hak asasi manusia di Kanada, Amira Elghawaby. Menurutnya, klaim palsu gadis itu dapat membuat orang tidak mau maju jika mereka menjadi sasaran kejahatan kebencian.
Polisi telah menyelidiki insiden tersebut atas dugaan kejahatan kebencian setelah gadis bernama Khawlah Noman itu mengklaim seorang pria bersenjata gunting menyerang dengan memotong jilbabnya. Menurut klaim gadis tersebut, serangan terjadi saat dia pergi ke sekolah bersama kakaknya pada hari Jumat pagi.
Pada hari Senin, polisi menyimpulkan bahwa tidak ada kejahatan yang terjadi seperti klaim siswi Pauline Johnson Junior Public School tersebut.
”Kami mengumpulkan banyak bukti, kami mempertimbangkan bukti tersebut dan sampai pada kesimpulan bahwa apa yang dijelaskan tidak terjadi,” juru bicara polisi Toronto Mark Pugash kepada Reuters, yang dilansir Selasa (16/1/2018).
Polisi menambahkan, penyelidikan kasus ini telah selesai.
Keluarga Noman tidak bisa dihubungi wartawan untuk dimintai komentar.
Sementara itu, juru bicara Toronto District School Board, Ryan Bird, melalui email lega dengan hasil penyelidikan polisi. ”Kami sangat bersyukur serangan ini tidak terjadi,” tulis dia.
Penyelidikan dilakukan polisi di tengah tekanan yang meningkat pada pemerintah Kanada untuk memerangi sentimen anti-Muslim. Terlebih, klaim serangan pada gadis itu muncul menjelang setahun penembakan fatal di Masjid Quebec yang menewaskan enam orang.
Sebuah survei yang dilakukan tahun lalu oleh Komisi Hak Asasi Manusia Ontario menemukan bahwa lebih banyak laporan di mana kelompok Muslim jadi sasaran serangan ketimbang kelompok lain. Namun, dengan munculnya klaim palsu dari gadis berjilbab itu dikhawatirkan membuat orang apatis terhadap kejahatan kebencian.
”Semua dari kita sangat khawatir dengan dampak dari semua ini,” kata penulis dan advokat hak asasi manusia di Kanada, Amira Elghawaby. Menurutnya, klaim palsu gadis itu dapat membuat orang tidak mau maju jika mereka menjadi sasaran kejahatan kebencian.
(mas)