Cuaca Dingin, Bos Restoran Ini Beri Selimut ke Orang-orang Jalanan
A
A
A
SINGAPURA - Cuaca dingin melanda sejumlah negara, termasuk Singapura. Tak sedikit orang-orang di negara itu menghabiskan malam dengan tidur di jalanan tanpa selimut.
Ketika melihat seorang pria tua di Chinatown menggigil saat mencoba tidur, Francis Ng, seorang pemilik restoran di Singapura tersentuh hatinya.
Bos restoran itu kemudian memberikan selimut. Aksi simpati diam-diam itu tak hanya sekali. Dia sejak Kamis, 4 Januari 2018, telah membagi-bagikan selimur kepada orang-orang yang tidur di jalanan, terutama di kawasan Tiong Bahru, Redhill dan Toa Payoh.
Hingga kini sudah lebih dari 100 selimut dibagikan gratis oleh bos baik hati itu. Selimut yang dia bagi-bagian harganya 10 dolar Singapura per potongnya.
Pada Sabtu (13/1/2018) dini hari, The Straits Times mengikuti Ng, 44, dalam misi solonya untuk berbuat baik. Dalam waktu sekitar satu jam, dia mengantarkan sembilan potong selimut kepada para pria tua di Chinatown.
Beberapa orang yang menerima selimut gratis itu bersandar bangku dan kursi sambil menggelar karton di tanah. Cara itu untuk menghangatkan tubuh di tengah cuaca dingin yang melanda Singapura dalam beberapa hari terakhir.
Menurut Badan Lingkungan Nasional, suhu terendah di Singapura tercatat 21,4 derajat Celsius di Kawasan Jurong West pada hari Jumat.
Suhu minimum harian di lokasi lain berkisar antara 21,7 derajat Celsius hingga 23,1 derajat Celsius.
Ng, yang memiliki restoran House of Seafood di Punggol, mengatakan; ”Beberapa di antaranya tetap di sini, mereka tahu bagaimana cara berjalan dan tidur larut malam untuk menghindari petugas polisi dan pekerja sosial.”
Beberapa terbangun sebentar untuk mengenali sosok Ng. Sesekali bos restoran ini mengobrol dengan mereka sebelum akhirnya tertidur.
Chua Yong Sia, 61, seorang tukang kayu di Chinatown mengaku telah tidur di jalanan antara tiga hingga empat tahun terakhir. Dia mengatakan, ada sekitar 10 sampai 20 orang tidur di di jalanan di kawasan itu setiap harinya.
”Jika tidak untuk selimut ini, saya akan sangat kedinginan,” katanya, mengacu pada bantuan Ng. Dia menggunakan tasnya sebagai bantal.
Ng berujar; "Saya hanya berharap dengan melakukan ini saya bisa membuat perbedaan dengan cara saya sendiri di jalan kecil.”
Ketika melihat seorang pria tua di Chinatown menggigil saat mencoba tidur, Francis Ng, seorang pemilik restoran di Singapura tersentuh hatinya.
Bos restoran itu kemudian memberikan selimut. Aksi simpati diam-diam itu tak hanya sekali. Dia sejak Kamis, 4 Januari 2018, telah membagi-bagikan selimur kepada orang-orang yang tidur di jalanan, terutama di kawasan Tiong Bahru, Redhill dan Toa Payoh.
Hingga kini sudah lebih dari 100 selimut dibagikan gratis oleh bos baik hati itu. Selimut yang dia bagi-bagian harganya 10 dolar Singapura per potongnya.
Pada Sabtu (13/1/2018) dini hari, The Straits Times mengikuti Ng, 44, dalam misi solonya untuk berbuat baik. Dalam waktu sekitar satu jam, dia mengantarkan sembilan potong selimut kepada para pria tua di Chinatown.
Beberapa orang yang menerima selimut gratis itu bersandar bangku dan kursi sambil menggelar karton di tanah. Cara itu untuk menghangatkan tubuh di tengah cuaca dingin yang melanda Singapura dalam beberapa hari terakhir.
Menurut Badan Lingkungan Nasional, suhu terendah di Singapura tercatat 21,4 derajat Celsius di Kawasan Jurong West pada hari Jumat.
Suhu minimum harian di lokasi lain berkisar antara 21,7 derajat Celsius hingga 23,1 derajat Celsius.
Ng, yang memiliki restoran House of Seafood di Punggol, mengatakan; ”Beberapa di antaranya tetap di sini, mereka tahu bagaimana cara berjalan dan tidur larut malam untuk menghindari petugas polisi dan pekerja sosial.”
Beberapa terbangun sebentar untuk mengenali sosok Ng. Sesekali bos restoran ini mengobrol dengan mereka sebelum akhirnya tertidur.
Chua Yong Sia, 61, seorang tukang kayu di Chinatown mengaku telah tidur di jalanan antara tiga hingga empat tahun terakhir. Dia mengatakan, ada sekitar 10 sampai 20 orang tidur di di jalanan di kawasan itu setiap harinya.
”Jika tidak untuk selimut ini, saya akan sangat kedinginan,” katanya, mengacu pada bantuan Ng. Dia menggunakan tasnya sebagai bantal.
Ng berujar; "Saya hanya berharap dengan melakukan ini saya bisa membuat perbedaan dengan cara saya sendiri di jalan kecil.”
(mas)