Tampilkan Aktor Blackface, Acara TV Jepang Picu Kemarahan

Jum'at, 05 Januari 2018 - 02:20 WIB
Tampilkan Aktor Blackface,...
Tampilkan Aktor Blackface, Acara TV Jepang Picu Kemarahan
A A A
TOKYO - Sebuah program TV Jepang telah memicu tuduhan rasisme dan ketidakpekaan budaya. Pemicunya adalah kemunculan seorang komedian melukis wajahnya untuk meniru Eddie Murphy.

Program acara Malam Tahun Baru itu menampilkan komedi selebriti Hamada yang tampil dalam drama komedi Beverly Hills dengan menghitamkan wajahnya. Menggunakan make up untuk mengejek orang kulit hitam - sebuah praktik yang dikenal sebagai blackface - dipandang oleh banyak orang sebagai tindakan yang sangat ofensif.

Alhasil, sejumlah protes atas program acara televisi tersebut telah berkembang dalam beberapa hari terakhir.

Kritik atas program tersebut dari penulis dan kolumnis kelahiran Amerika Serikat (AS) Baye McNeil - yang berkulit hitam dan telah tinggal di Jepang selama 13 tahun - menarik perhatian jagat Twitter. Ia mengatakan bahwa orang kulit hitam bukanlah bagian pokok atau penopang dari sebuah komedi.

"Butuh aktor kulit hitam, dapatkan aktor kulit hitam yang bisa berbahasa Jepang," sindirnya seperti dikutip dari BBC, Jumat (5/1/2018).

Ia mengatakan dirinya mencintai Jepang dan ingin menarik perhatian orang tentang bagaimana praktik blackface secara luas dianggap rasis. Ia kemudian men-tweet bahwa "skenario mimpi buruknya" adalah bahwa pada saat upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020, Jepang dengan naif mengirim sebuah kelompok Blackface doowop untuk memberi penghargaan kepada atlet kulit hitam.

"Betapa sebuah kegagalan yang akan terjadi! Jadi aku mohon tolong #stopblackfaceJepang sekarang," tegasnya.

Tapi ada perdebatan di Twitter mengenai apakah penonton Jepang mengetahui sejarah rasis pertunjukan minstrel di AS dan Eropa, dan apakah tetap rasis jika pemain dan penonton tidak mengetahui sejarah itu.

Pengguna Twitter lainnya membela pertunjukan tersebut, mengatakan bahwa komedian hanya menginginkan penggambaran Eddie Murphy seakurat mungkin dan memberi penghormatan kepada aktor tersebut.

Namun McNeil mengatakan bahwa orang harus belajar untuk lebih berhati-hati dan peka terhadap masalah ini.

Berbicara dengan media Jepang, ia mengatakan bahwa pertunjukan minstrel pertama dibawa ke negara tersebut dari AS pada abad ke-19. Sepanjang abad ke-20, penyanyi Jepang yang meniru musisi Afrika-Amerika sering menggunakan teknik yang sama.

Pada tahun 2015, Mr McNeil memulai kampanye yang sukses untuk menghentikan kinerja dua band blackface di TV nasional.

"Saya telah banyak mengobrol dengan teman-teman Jepang saya tentang sifat Blackface yang tidak berbahaya di Jepang karena mereka tidak memiliki sejarah atau ikatan historis yang rasial dengan Blackface yang tidak akurat," tulis McNeil di Facebook.

"Saya tidak berpikir itu pasti rasis, saya tidak, setidaknya tidak sengaja, tapi pasti bermasalah, terlepas dari apakah orang yang melakukannya memiliki motif rasis atau tidak," sambungnya.

Dengan nada yang sama, kampanye iklan Jepang telah menimbulkan kontroversi di masa lalu karena menggambarkan orang-orang Barat dengan aktor Jepang mengenakan wig pirang dan hidung plastik yang panjang.

Kedua maskapai ANA dan raksasa elektronik Jepang Toshiba harus menarik iklan TV mereka saat penonton tersinggung dengan penggambaran stereotip orang asing secara terang-terangan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0921 seconds (0.1#10.140)