Kali Pertama Dalam 4 Tahun, Warga Mosul Rayakan Natal
A
A
A
MOSUL - Berhasil disingkirkannya ISIS dari kota Mosul, Irak, membawa kebahagiaan bagi umat Kristiani di kota itu. Kini, warga Kristen Mosul bisa merayakan Natal, hal yang tidak bisa mereka lakukan dalam kurun 4 tahun terakhir ketika ISIS masih menguasai kota itu.
Pada Minggu (24/12), nanyian dan puja puji berkumandang dari gereja Saint Paul. Ini adalah satu-satunya gereja yang masih bisa digunakan di Mosul. Bisa kembali digunakannya gereja ini tak lepas dari upaya para relawan membersihkan gereja dari puing-puing kehancuran.
Nampak sejumlah hiasan Natal sederhana menghiasi bagian dalam gereja. Sementara di luar gereja, sejumlah polisi Irak lengkap dengan kendaraan lapis baja disiagakan demi mengamankan jalannya misa. Seorang pemimpin umat Kristen dari Gereja Katolik Chaldean, Louis Raphael Sako meminta jemaat berdoa untuk "perdamaian dan stabilitas di Mosul, Irak dan dunia".
"Dengan misa ini, kami mengirim pesan damai dan cinta, karena Kristus adalah utusan perdamaian," kata Sako, seperti dikutip dari kantor berita AFP. Pernyataan Sako ini didukung oleh warga Kristen lainnya yang hadir dalam misa tersebut.
"Ini adalah pertanda bahwa kehidupan kembali ke Mosul," kata Hossam Abud (48), seorang warga Kristen Mosul yang baru saja kembali dari pengasingan di Kurdistan. Seperti puluhan ribu orang Kristen lainnya, Abud melarikan diri dari Mosul pada tahun 2014 saat ISIS merebut wilayah Utara kota Mosul dan mengepung Provinsi Nineveh.
Warga Kristen lainnya, Farqad Malko, mengatakan bahwa misa tersebut adalah sebuah pesan kepada ISIS. "Dengan perayaan ini, kami katakan kepada mereka bahwa penduduk Mosul adalah semua saudara, apapun agama atau etnis mereka, dan terlepas dari semua kerusakan dan penderitaan," katanya.
Pada malam Natal di gereja Saint Paul, umat Islam berdiri bersama warga Kristen dan pejabat lokal di tengah hiasan lilin dan pohon Natal. Sementara di luar, potret seorang Kristen yang terbunuh selama masa ISIS berkuasa, sengaja ditampilkan sebagai pengingat akan masa lalu kota yang suram saat berkuasanya ISIS.
Pada Minggu (24/12), nanyian dan puja puji berkumandang dari gereja Saint Paul. Ini adalah satu-satunya gereja yang masih bisa digunakan di Mosul. Bisa kembali digunakannya gereja ini tak lepas dari upaya para relawan membersihkan gereja dari puing-puing kehancuran.
Nampak sejumlah hiasan Natal sederhana menghiasi bagian dalam gereja. Sementara di luar gereja, sejumlah polisi Irak lengkap dengan kendaraan lapis baja disiagakan demi mengamankan jalannya misa. Seorang pemimpin umat Kristen dari Gereja Katolik Chaldean, Louis Raphael Sako meminta jemaat berdoa untuk "perdamaian dan stabilitas di Mosul, Irak dan dunia".
"Dengan misa ini, kami mengirim pesan damai dan cinta, karena Kristus adalah utusan perdamaian," kata Sako, seperti dikutip dari kantor berita AFP. Pernyataan Sako ini didukung oleh warga Kristen lainnya yang hadir dalam misa tersebut.
"Ini adalah pertanda bahwa kehidupan kembali ke Mosul," kata Hossam Abud (48), seorang warga Kristen Mosul yang baru saja kembali dari pengasingan di Kurdistan. Seperti puluhan ribu orang Kristen lainnya, Abud melarikan diri dari Mosul pada tahun 2014 saat ISIS merebut wilayah Utara kota Mosul dan mengepung Provinsi Nineveh.
Warga Kristen lainnya, Farqad Malko, mengatakan bahwa misa tersebut adalah sebuah pesan kepada ISIS. "Dengan perayaan ini, kami katakan kepada mereka bahwa penduduk Mosul adalah semua saudara, apapun agama atau etnis mereka, dan terlepas dari semua kerusakan dan penderitaan," katanya.
Pada malam Natal di gereja Saint Paul, umat Islam berdiri bersama warga Kristen dan pejabat lokal di tengah hiasan lilin dan pohon Natal. Sementara di luar, potret seorang Kristen yang terbunuh selama masa ISIS berkuasa, sengaja ditampilkan sebagai pengingat akan masa lalu kota yang suram saat berkuasanya ISIS.
(esn)