PM Israel: Beberapa Negara Ingin Pindahkan Kedutaan ke Yerusalem
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, beberapa negara mengikuti jejak Amerika Serikat (AS) dengan mempertimbangkan keinginannya untuk memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Dia mengklaim, beberapa negara itu sudah melakukan kontak dengan Israel. Pernyataan Netantayahu ini disampaikan dalam wawancaranya dengan CNN yang disiarkan semalam.
”Kami sekarang berbicara dengan beberapa negara yang serius mempertimbangkan untuk mengatakan hal yang persis sama seperti AS dan memindahkan kedutaan mereka ke Yerusalem,” katanya, yang dilansir Sabtu (23/12/2017).
Ditanya negara mana saja yang ingin mengikuti jejak AS, Netanyahu menolak menyebutkannya. ”Saya bisa memberi tahu Anda, tapi saya tidak akan melakukannya karena saya ingin berhasil, dan saya pikir kemungkinan besar akan terjadi,” ujarnya.
Netanyahu berpendapat, pengumuman Presiden AS Donald Trump pada 6 Desember 2017 yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel merupakan kebenaran. ”Saya pikir apa yang dilakukannya akhirnya mengakui kebenaran historis,” katanya.
”Yerusalem telah menjadi Ibu Kota Israel selama 3.000 tahun sejak zaman King Daviv (Raja Daud).Sudah menjadi ibu kota negara Israel selama 70 tahun, dan sudah saatnya Amerika Serikat mengatakannya, dan saya senang mereka mengatakan; 'Inilah ibu kota dan kami mengenalinya', dan saya pikir itu akan diikuti oleh negara lain,” papar PM Israel tersebut.
Pada hari Jumat Ketua Parlemen Rumania, Liviu Dragnea, mengatakan bahwa negara Eropa harus mempertimbangkan dengan serius untuk memindahkan kedutaannya di Israel ke Yerusalem.
Presiden Republik Ceko Milos Zeman mengatakan negaranya harus memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem, namun Perdana Menteri Andrej Babis mengatakan bahwa dia tidak memiliki rencana untuk melakukannya segera.
Netanyahu mengklaim masa depan Yerusalem akan menjadi kota damai.”Kota tersebut harus menjadi kota yang bersatu, aman dan nyaman,” ucapnya.”Di Timur Tengah, hanya kami satu-satunya yang menjamin (Yerusalem) dengan kebebasan beribadah untuk orang Yahudi, Kristen dan Muslim secara sama.”
Pernyataan Netanyahu itu mengabaikan fakta bahwa mayoritas negara anggota PBB menolak pengakuan sepihak Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Dalam voting di Majelis Umum PBB, sebanyak 128 negara mendukung resolusi penolakan pengakuan status Yerusalem tersebut atau menentang AS. Sembilan negara menolak resolusi atau pro-AS dan Israel. Sedangkan 35 negara abstain.
Dia mengklaim, beberapa negara itu sudah melakukan kontak dengan Israel. Pernyataan Netantayahu ini disampaikan dalam wawancaranya dengan CNN yang disiarkan semalam.
”Kami sekarang berbicara dengan beberapa negara yang serius mempertimbangkan untuk mengatakan hal yang persis sama seperti AS dan memindahkan kedutaan mereka ke Yerusalem,” katanya, yang dilansir Sabtu (23/12/2017).
Ditanya negara mana saja yang ingin mengikuti jejak AS, Netanyahu menolak menyebutkannya. ”Saya bisa memberi tahu Anda, tapi saya tidak akan melakukannya karena saya ingin berhasil, dan saya pikir kemungkinan besar akan terjadi,” ujarnya.
Netanyahu berpendapat, pengumuman Presiden AS Donald Trump pada 6 Desember 2017 yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel merupakan kebenaran. ”Saya pikir apa yang dilakukannya akhirnya mengakui kebenaran historis,” katanya.
”Yerusalem telah menjadi Ibu Kota Israel selama 3.000 tahun sejak zaman King Daviv (Raja Daud).Sudah menjadi ibu kota negara Israel selama 70 tahun, dan sudah saatnya Amerika Serikat mengatakannya, dan saya senang mereka mengatakan; 'Inilah ibu kota dan kami mengenalinya', dan saya pikir itu akan diikuti oleh negara lain,” papar PM Israel tersebut.
Pada hari Jumat Ketua Parlemen Rumania, Liviu Dragnea, mengatakan bahwa negara Eropa harus mempertimbangkan dengan serius untuk memindahkan kedutaannya di Israel ke Yerusalem.
Presiden Republik Ceko Milos Zeman mengatakan negaranya harus memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem, namun Perdana Menteri Andrej Babis mengatakan bahwa dia tidak memiliki rencana untuk melakukannya segera.
Netanyahu mengklaim masa depan Yerusalem akan menjadi kota damai.”Kota tersebut harus menjadi kota yang bersatu, aman dan nyaman,” ucapnya.”Di Timur Tengah, hanya kami satu-satunya yang menjamin (Yerusalem) dengan kebebasan beribadah untuk orang Yahudi, Kristen dan Muslim secara sama.”
Pernyataan Netanyahu itu mengabaikan fakta bahwa mayoritas negara anggota PBB menolak pengakuan sepihak Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Dalam voting di Majelis Umum PBB, sebanyak 128 negara mendukung resolusi penolakan pengakuan status Yerusalem tersebut atau menentang AS. Sembilan negara menolak resolusi atau pro-AS dan Israel. Sedangkan 35 negara abstain.
(mas)