Muslim dan Kristen Malaysia Bergabung Tolak Yerusalem Ibu Kota Israel
A
A
A
PUTRA JAYA - Kelompok Kristen di Malaysia bergabung dalam demonstrasi bersama kelompok Muslim untuk menolak pengakuan sepihak Amerika Serikat (AS) atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Mereka bergabung dalam demo “Solidaritas untuk Menyelamatkan Yerusalem”, Jumat (22/12/2017).
”Kami berada di sini karena kami merasa bahwa keputusan Presiden (Donald) Trump yang mengumumkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel hanyalah sebuah keputusan politik,” kata Presiden Association of NextGen Christians of Malaysia (Ancom), Joshua Hong, di Masjid Putra.
Hong mengatakan bahwa keputusan Trump tak hanya menyakiti kaum Muslim, tapi juga menyakiti komunitas gereja Kristen di Palestina.
”Bagi kami sebagai orang Kristen, Yerusalem adalah kota yang damai dan setelah pengumuman itu, kami merasa tidak ada lagi kedamaian,” ujar Hong.
”Saya pikir itu tidak benar dan tidak adil. Kami percaya bahwa kita harus terus mengejar solusi perdamaian yang berkelanjutan untuk Palestina dan Israel, dan bukan hanya satu negara yang menyatakannya seperti itu,” ujarnya mengacu pada pengakuan sepihak AS atas Yerusalem.
Menurut Hong, sekitar 50 anggota Ancom datang untuk menunjukkan dukungannya terhadap rakyat Palestina. Demo di Malaysia itu juga dihadiri Perdana Menteri (PM) Najib Razak.
Demonstrasi itu digelar setelah voting di Majelis Umum PBB menunjukkan 128 negara mendukung resolusi pembatalan pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Dalam voting itu, hanya sembilan negara termasuk AS sendiri yang menentang resolusi.
Sebanyak 35 negara lainnya memilih abstain. Menjelang voting, Presiden Trump mengancam akan memotong bantuan keuangan kepada negara-negara yang mendukung resolusi tersebut.
”Kami berada di sini karena kami merasa bahwa keputusan Presiden (Donald) Trump yang mengumumkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel hanyalah sebuah keputusan politik,” kata Presiden Association of NextGen Christians of Malaysia (Ancom), Joshua Hong, di Masjid Putra.
Hong mengatakan bahwa keputusan Trump tak hanya menyakiti kaum Muslim, tapi juga menyakiti komunitas gereja Kristen di Palestina.
”Bagi kami sebagai orang Kristen, Yerusalem adalah kota yang damai dan setelah pengumuman itu, kami merasa tidak ada lagi kedamaian,” ujar Hong.
”Saya pikir itu tidak benar dan tidak adil. Kami percaya bahwa kita harus terus mengejar solusi perdamaian yang berkelanjutan untuk Palestina dan Israel, dan bukan hanya satu negara yang menyatakannya seperti itu,” ujarnya mengacu pada pengakuan sepihak AS atas Yerusalem.
Menurut Hong, sekitar 50 anggota Ancom datang untuk menunjukkan dukungannya terhadap rakyat Palestina. Demo di Malaysia itu juga dihadiri Perdana Menteri (PM) Najib Razak.
Demonstrasi itu digelar setelah voting di Majelis Umum PBB menunjukkan 128 negara mendukung resolusi pembatalan pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Dalam voting itu, hanya sembilan negara termasuk AS sendiri yang menentang resolusi.
Sebanyak 35 negara lainnya memilih abstain. Menjelang voting, Presiden Trump mengancam akan memotong bantuan keuangan kepada negara-negara yang mendukung resolusi tersebut.
(mas)