Tiga Tahun Ditahan ISIS, 3 Bocah Perempuan Yazidi Bersatu Kembali
A
A
A
SHARYA - Tiga bocah perempuan Yazidi yang berpisah selama tiga tahun setelah ditahan kelompok ekstrimis ISIS berhasil berkumpul kembali. Rosa (14), Bushra (12), dan Suhayla (7) dipertemukan kembali pada hari Minggu, setelah diculik oleh militan dalam serangan di Sinjar, jantung Yazidi pada tanggal 3 Agustus 2014.
Rosa mengaku tidak menyangka bisa berkumpul kembali dengan adik-adiknya. Ia mengungkapkan ketika bertanya kepada penculiknya tentang nasib saudara-saudaranya, ia diberitahu bahwa mereka telah dibunuh karena berperilaku tidak pantas.
"Pada saat itu, saya tidak peduli dengan apapun lagi. Bahkan jika saya meninggal. Saya tidak pernah menyangka akan bertemu mereka lagi," katanya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/12/2017).
Irak telah mengumumkan kemenangan terhadap ISIS pada pekan lalu. Mereka melakukan parade di jalan-jalan di Baghdad dalam perayaan setelah tiga tahun perang berdarah.
Namun kerusakan yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis itu tidak mudah diatasi: mereka membuat orang-orang Irak terlantar, memperlihatkan garis-garis patahan pada kain sosial yang sudah rapuh dan merobek keluarga.
Bagi Rosa dan keluarganya, meski sangat gembira saat bersatu kembali, pengalaman selama tiga tahun terakhir tidak akan mudah terhapus.
Gerilyawan ISIS menembak, memenggal kepala, membakar hidup-hidup atau menculik lebih dari 9.000 anggota agama minoritas, dalam apa yang oleh Perserikatan Bangsa Bangsa sebut sebagai kampanye genosida terhadap mereka. Menurut pemimpin masyarakat, lebih dari 3.000 orang Yazid masih belum diketahui.
Di antara mereka, ada orang tua Rosa, yang diduga dibunuh oleh militan yang menguburkan tubuh mereka ke dalam kuburan massal yang tersebar di sisi gunung Sinjar, di mana ribuan orang Yazid masih tinggal di tenda.
Saudara perempuannya yang berusia sembilan tahun, Zinal, juga masih hilang. Ditangkap dan ditahan bersama mereka di kota terdekat Tal Afar, dia kemudian dibawa pergi ke Mosul dengan mobil yang penuh dengan anak laki-laki Yazidi muda. Mereka pun belum pernah mendengar kabar darinya hingga kini.
Reuters tidak dapat memverifikasi semua rincian yang diberikan oleh Rosa, Bushra dan beberapa dari lima saudara laki-laki yang hidup dalam satu tenda dengan mereka dalam kelompok di desa kecil Sharya di wilayah Kurdistan Irak.
Namun Amin Khalat, juru bicara kantor pemerintah Kurdi yang membantu mengembalikan Yazidi yang hilang, mengatakan bahwa Rosa dan Suhayla telah dibawa ke Suriah dan Turki masing-masing setelah ditahan di Tal Afar dan bahwa kantornya telah membantu menyatukan mereka kembali dengan keluarga mereka.
Ia mengatakan bahwa Rosa dikembalikan dari Suriah oleh pejuang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Suhayla oleh pemerintah Irak yang diberitahu keberadaannya oleh pejabat Turki yang menemukannya di sebuah kamp pengungsi di Turki. Keluarganya kemudian mengenali fotonya.
Rosa mengatakan bahwa dia dan adik-adiknya dijual oleh militan ISIS yang menyerang Sinjar, kepada seorang pejuang dan keluarganya di Tal Afar. Tal Afar adalah sebuah kota berpenduduk mayoritas etnis Turkmen yang menghasilkan komandan senior kelompok tersebut.
Rosa mengaku mengerjakan semua pekerkaan rumah tangga dan merawat saudara kandungnya serta anak-anak muda Yazidi lainnya. Mereka tinggal bersama di sebuah ruangan mungil.
Setelah setahun bersama, Zinal kemudian dibawa ke Mosul, sementara Suhayla dan Bushra di jual untuk memisahkan kakak beradik itu. Meski begitu, berbeda dengan Zinal, ketiganya masih tinggal berdekatan namun tidak diizinkan bertemu. Setelah penculik Bushra membawanya ke rumah Rosa untuk berkunjung, ia mengatakan bahwa ia menghafalkan rute perjalanan sehingga bisa kembali kapan saja.
"Saya akan menunggu sampai semua orang tertidur di sore hari, saya pura-pura tertidur dan kemudian menyelinap keluar untuk menemui Rosa," kata Bushra.
"Mereka pernah menangkap saya dan mengancam akan menjual saya jika saya tidak berhenti menemui saudara perempuan saya tapi saya tidak peduli," imbuhnya.
Bushra mengatakan bahwa dia akhirnya dijual kembali, tapi sekitar setahun yang lalu, dia dan enam gadis Yazidi yang lebih tua melarikan diri dan tiba di Sinjar, di mana pejuang Kurdi membantu mereka menemukan keluarga mereka.
Sementara Rosa dibawa ke Deir al-Zor, Suriah dan dijual dua kali. Ia mengatakan awalnya dibeli seharga USD4 di Tal Afar dan terakhir dijual di Suriah seharga USD60.
"Anjing-anjing itu menghasilkan keuntungan yang bagus dariku," katanya sambil tersenyum masam. Ia kemudian bertemu dengan pejuang PKK di Idlib dan membawanya kembali ke Irak dan bertemu dengan keluarganya.
Sementara itu, Suhayla dibawa oleh penculik asal Turkmen ke sebuah kamp pengungsi di Turki, di mana pihak berwenang menemukannya dan memulangkannya kembali. Ia kemudian dipertemukan kembali dengan saudara perempuan dan sanak saudaranya lainnya pada hari Minggu, sehari setelah Rosa kembali.
Dipukul, dipaksa untuk mengubah dan melupakan jati diri sebagai orang asli Kurdi, gadis-gadis itu bahkan namanya berubah.
Rosa dikenal sebagai Noor - namanya adalah nama kafir, penculiknya mengatakan hal itu kepadanya. Suhayla, yang ditangkap saat berusia tiga tahun, hampir tidak mengenali saudara perempuannya dan berbicara dengan dialek Turkmen yang rusak dan bahasa Arab.
"Dia harus belajar mengingat kita lagi," kata Rosa. "Dia biasa memanggil beberapa orang asing dengan sebutan Mam dan kakek saat ia ditahan," jelas Rosa.
Saudara perempuannya mengatakan Suhayla baru saja berbicara sejak kembali ke keluarganya, mengenakan sweater pink dan perhiasan plastik, dia santai di bawah hirupan ciuman dari saudara perempuannya.
Sedangkan Bushra, berusia sembilan tahun saat ia diculik, hanya merasa nyaman dengan kerabat terdekatnya. Karena dia kembali ke keluarga lebih dulu, saudara laki-lakinya memintanya untuk membantu saudara perempuannya, tapi dia memperingatkan mereka bahwa itu tidak akan mudah.
"Memang benar kita kuat, kita sudah melalui banyak hal. Tapi hati kita lemah - mereka merusaknya."
Rosa mengaku tidak menyangka bisa berkumpul kembali dengan adik-adiknya. Ia mengungkapkan ketika bertanya kepada penculiknya tentang nasib saudara-saudaranya, ia diberitahu bahwa mereka telah dibunuh karena berperilaku tidak pantas.
"Pada saat itu, saya tidak peduli dengan apapun lagi. Bahkan jika saya meninggal. Saya tidak pernah menyangka akan bertemu mereka lagi," katanya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/12/2017).
Irak telah mengumumkan kemenangan terhadap ISIS pada pekan lalu. Mereka melakukan parade di jalan-jalan di Baghdad dalam perayaan setelah tiga tahun perang berdarah.
Namun kerusakan yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis itu tidak mudah diatasi: mereka membuat orang-orang Irak terlantar, memperlihatkan garis-garis patahan pada kain sosial yang sudah rapuh dan merobek keluarga.
Bagi Rosa dan keluarganya, meski sangat gembira saat bersatu kembali, pengalaman selama tiga tahun terakhir tidak akan mudah terhapus.
Gerilyawan ISIS menembak, memenggal kepala, membakar hidup-hidup atau menculik lebih dari 9.000 anggota agama minoritas, dalam apa yang oleh Perserikatan Bangsa Bangsa sebut sebagai kampanye genosida terhadap mereka. Menurut pemimpin masyarakat, lebih dari 3.000 orang Yazid masih belum diketahui.
Di antara mereka, ada orang tua Rosa, yang diduga dibunuh oleh militan yang menguburkan tubuh mereka ke dalam kuburan massal yang tersebar di sisi gunung Sinjar, di mana ribuan orang Yazid masih tinggal di tenda.
Saudara perempuannya yang berusia sembilan tahun, Zinal, juga masih hilang. Ditangkap dan ditahan bersama mereka di kota terdekat Tal Afar, dia kemudian dibawa pergi ke Mosul dengan mobil yang penuh dengan anak laki-laki Yazidi muda. Mereka pun belum pernah mendengar kabar darinya hingga kini.
Reuters tidak dapat memverifikasi semua rincian yang diberikan oleh Rosa, Bushra dan beberapa dari lima saudara laki-laki yang hidup dalam satu tenda dengan mereka dalam kelompok di desa kecil Sharya di wilayah Kurdistan Irak.
Namun Amin Khalat, juru bicara kantor pemerintah Kurdi yang membantu mengembalikan Yazidi yang hilang, mengatakan bahwa Rosa dan Suhayla telah dibawa ke Suriah dan Turki masing-masing setelah ditahan di Tal Afar dan bahwa kantornya telah membantu menyatukan mereka kembali dengan keluarga mereka.
Ia mengatakan bahwa Rosa dikembalikan dari Suriah oleh pejuang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Suhayla oleh pemerintah Irak yang diberitahu keberadaannya oleh pejabat Turki yang menemukannya di sebuah kamp pengungsi di Turki. Keluarganya kemudian mengenali fotonya.
Rosa mengatakan bahwa dia dan adik-adiknya dijual oleh militan ISIS yang menyerang Sinjar, kepada seorang pejuang dan keluarganya di Tal Afar. Tal Afar adalah sebuah kota berpenduduk mayoritas etnis Turkmen yang menghasilkan komandan senior kelompok tersebut.
Rosa mengaku mengerjakan semua pekerkaan rumah tangga dan merawat saudara kandungnya serta anak-anak muda Yazidi lainnya. Mereka tinggal bersama di sebuah ruangan mungil.
Setelah setahun bersama, Zinal kemudian dibawa ke Mosul, sementara Suhayla dan Bushra di jual untuk memisahkan kakak beradik itu. Meski begitu, berbeda dengan Zinal, ketiganya masih tinggal berdekatan namun tidak diizinkan bertemu. Setelah penculik Bushra membawanya ke rumah Rosa untuk berkunjung, ia mengatakan bahwa ia menghafalkan rute perjalanan sehingga bisa kembali kapan saja.
"Saya akan menunggu sampai semua orang tertidur di sore hari, saya pura-pura tertidur dan kemudian menyelinap keluar untuk menemui Rosa," kata Bushra.
"Mereka pernah menangkap saya dan mengancam akan menjual saya jika saya tidak berhenti menemui saudara perempuan saya tapi saya tidak peduli," imbuhnya.
Bushra mengatakan bahwa dia akhirnya dijual kembali, tapi sekitar setahun yang lalu, dia dan enam gadis Yazidi yang lebih tua melarikan diri dan tiba di Sinjar, di mana pejuang Kurdi membantu mereka menemukan keluarga mereka.
Sementara Rosa dibawa ke Deir al-Zor, Suriah dan dijual dua kali. Ia mengatakan awalnya dibeli seharga USD4 di Tal Afar dan terakhir dijual di Suriah seharga USD60.
"Anjing-anjing itu menghasilkan keuntungan yang bagus dariku," katanya sambil tersenyum masam. Ia kemudian bertemu dengan pejuang PKK di Idlib dan membawanya kembali ke Irak dan bertemu dengan keluarganya.
Sementara itu, Suhayla dibawa oleh penculik asal Turkmen ke sebuah kamp pengungsi di Turki, di mana pihak berwenang menemukannya dan memulangkannya kembali. Ia kemudian dipertemukan kembali dengan saudara perempuan dan sanak saudaranya lainnya pada hari Minggu, sehari setelah Rosa kembali.
Dipukul, dipaksa untuk mengubah dan melupakan jati diri sebagai orang asli Kurdi, gadis-gadis itu bahkan namanya berubah.
Rosa dikenal sebagai Noor - namanya adalah nama kafir, penculiknya mengatakan hal itu kepadanya. Suhayla, yang ditangkap saat berusia tiga tahun, hampir tidak mengenali saudara perempuannya dan berbicara dengan dialek Turkmen yang rusak dan bahasa Arab.
"Dia harus belajar mengingat kita lagi," kata Rosa. "Dia biasa memanggil beberapa orang asing dengan sebutan Mam dan kakek saat ia ditahan," jelas Rosa.
Saudara perempuannya mengatakan Suhayla baru saja berbicara sejak kembali ke keluarganya, mengenakan sweater pink dan perhiasan plastik, dia santai di bawah hirupan ciuman dari saudara perempuannya.
Sedangkan Bushra, berusia sembilan tahun saat ia diculik, hanya merasa nyaman dengan kerabat terdekatnya. Karena dia kembali ke keluarga lebih dulu, saudara laki-lakinya memintanya untuk membantu saudara perempuannya, tapi dia memperingatkan mereka bahwa itu tidak akan mudah.
"Memang benar kita kuat, kita sudah melalui banyak hal. Tapi hati kita lemah - mereka merusaknya."
(ian)