Al Azhar Kutuk Aksi Kekerasan Israel Terhadap Warga Palestina
A
A
A
KAIRO - Universitas Islam internasional, al Azhar, mengutuk aksi kekerasan Israel terhadap warga Palestina yang melakukan aksi demonstrasi. Warga Palestina melakukan aksi protes terhadap keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, institusi yang bermarkas di Kairo tersebut menggambarkan intervensi Israel sebagai tindakan tanpa ampun.
"Kami mengutuk 'intervensi tanpa ampun' dari pasukan Israel melawan pemrotes Palestina. Kami mengulangi dukungan kami untuk sikap warga Palestina terhadap Yerusalem," bunyi pernyataan yang dikeluarkan institusi tersebut dilansir dari Anadolu, Sabtu (16/12/2017).
Sedikitnya tujuh warga Palestina telah tewas dalam bentrokan - dan ratusan lainnya cedera - sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusannya pada hari Rabu lalu untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Pergeseran dramatis dalam kebijakan AS telah menarik badai penghukuman dan demonstrasi di seluruh dunia Arab dan Muslim.
Pada pertemuan puncak hari Selasa, yang diadakan di Istanbul, Organisasi Kerja Sama Islam menanggapi langkah AS dengan mengakui Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina.
Baca Juga: Negara-negara Muslim Akui Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina
Yerusalem tetap menjadi jantung konflik Israel-Palestina, dengan orang-orang Palestina berharap bahwa Yerusalem Timur - yang diduduki oleh Israel sejak 1967 - pada akhirnya dapat berfungsi sebagai Ibu Kota negara Palestina merdeka.
Israel merebut Yerusalem Timur dari Arab dalam perang Timur Tengah 1967. Negara Zionis ini kemudian mencaploknya, dan menyatakan seluruh kota sebagai Ibukotanya - sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.
Perundingan damai Israel-Palestina telah dibekukan sejak tahun 2014, meskipun penasihat dan menantu Trump, Jared Kushner memimpin upaya Trump untuk memulai kembali usaha mereka namun sejauh ini upaya tersebut menunjukkan sedikit kemajuan.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, institusi yang bermarkas di Kairo tersebut menggambarkan intervensi Israel sebagai tindakan tanpa ampun.
"Kami mengutuk 'intervensi tanpa ampun' dari pasukan Israel melawan pemrotes Palestina. Kami mengulangi dukungan kami untuk sikap warga Palestina terhadap Yerusalem," bunyi pernyataan yang dikeluarkan institusi tersebut dilansir dari Anadolu, Sabtu (16/12/2017).
Sedikitnya tujuh warga Palestina telah tewas dalam bentrokan - dan ratusan lainnya cedera - sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusannya pada hari Rabu lalu untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Pergeseran dramatis dalam kebijakan AS telah menarik badai penghukuman dan demonstrasi di seluruh dunia Arab dan Muslim.
Pada pertemuan puncak hari Selasa, yang diadakan di Istanbul, Organisasi Kerja Sama Islam menanggapi langkah AS dengan mengakui Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina.
Baca Juga: Negara-negara Muslim Akui Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina
Yerusalem tetap menjadi jantung konflik Israel-Palestina, dengan orang-orang Palestina berharap bahwa Yerusalem Timur - yang diduduki oleh Israel sejak 1967 - pada akhirnya dapat berfungsi sebagai Ibu Kota negara Palestina merdeka.
Israel merebut Yerusalem Timur dari Arab dalam perang Timur Tengah 1967. Negara Zionis ini kemudian mencaploknya, dan menyatakan seluruh kota sebagai Ibukotanya - sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.
Perundingan damai Israel-Palestina telah dibekukan sejak tahun 2014, meskipun penasihat dan menantu Trump, Jared Kushner memimpin upaya Trump untuk memulai kembali usaha mereka namun sejauh ini upaya tersebut menunjukkan sedikit kemajuan.
(ian)