Kunjungi Israel, 24 Delegasi asal Bahrain Dicap Pengkhianat
A
A
A
MANAMA - Sebuah kelompok masyarakat sipil Bahrain berkunjung ke Israel sebagai isyarat toleransi dan koeksistensi. Kunjungan delegasi tersebut memicu kemarahan publik, terlebih di saat dunia Arab memprotes pengakuan Amerika Serikat (AS) soal Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Kantor berita negara Bahrain, BNA, melaporkan bahwa kelompok delegasi itu tidak mewakili pemerintah.
Ada 24 delegasi dari kelompok “This is Bahrin” yang melakukan kunjungan ke Israel. Kunjungan mereka memicu reaksi publik di Twitter yang ramai-ramai menuliskan hastag #Bahrain_resists_normalisation.
Beberapa pengguna Twitter menuding orang-orang Bahrain yang berkunjung ke Israel telah melakukan “tindakan pengkhianatan” terhadap orang-orang Palestina dan Bahrain.
Dalam sebuah pernyataan kelompok “This is Bahrain” mengklaim bahwa kunjungan mereka atas inisiatif pribadi yang terdiri dari orang-orang Bahrain dan ekspatriat dari berbagai agama.
”Inisiatif oleh 'This is Bahrain' didasarkan pada prinsip toleransi dan koeksistensi, sebuah pendekatan yang dianut oleh Kerajaan Bahrain dan ciri masyarakatnya, serta bertujuan untuk mengunjungi situs-situs suci Islam, Kristen, Yahudi dan lainnya di seluruh dunia,” kata kelompok tersebut yang dikutip Senin (11/12/2017).
Sebagian besar negara Arab melihat Israel sebagai penghuni tanah Arab dan normalisasi hubungan dengan negara Yahudi itu harus sesuai dengan rencana perdamaian Arab. Rencana perdamaian itu mengamanatkan pembentukan sebuah negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Pada hari Rabu lalu, Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memerintahkan Departemen Luar Negeri-nya untuk memulai proses pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota suci tersebut.
Keputusan AS tersebut telah memicu kemarahan di dunia Arab dan negara-negara Muslim di seluruh dunia.
Kantor berita negara Bahrain, BNA, melaporkan bahwa kelompok delegasi itu tidak mewakili pemerintah.
Ada 24 delegasi dari kelompok “This is Bahrin” yang melakukan kunjungan ke Israel. Kunjungan mereka memicu reaksi publik di Twitter yang ramai-ramai menuliskan hastag #Bahrain_resists_normalisation.
Beberapa pengguna Twitter menuding orang-orang Bahrain yang berkunjung ke Israel telah melakukan “tindakan pengkhianatan” terhadap orang-orang Palestina dan Bahrain.
Dalam sebuah pernyataan kelompok “This is Bahrain” mengklaim bahwa kunjungan mereka atas inisiatif pribadi yang terdiri dari orang-orang Bahrain dan ekspatriat dari berbagai agama.
”Inisiatif oleh 'This is Bahrain' didasarkan pada prinsip toleransi dan koeksistensi, sebuah pendekatan yang dianut oleh Kerajaan Bahrain dan ciri masyarakatnya, serta bertujuan untuk mengunjungi situs-situs suci Islam, Kristen, Yahudi dan lainnya di seluruh dunia,” kata kelompok tersebut yang dikutip Senin (11/12/2017).
Sebagian besar negara Arab melihat Israel sebagai penghuni tanah Arab dan normalisasi hubungan dengan negara Yahudi itu harus sesuai dengan rencana perdamaian Arab. Rencana perdamaian itu mengamanatkan pembentukan sebuah negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Pada hari Rabu lalu, Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memerintahkan Departemen Luar Negeri-nya untuk memulai proses pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota suci tersebut.
Keputusan AS tersebut telah memicu kemarahan di dunia Arab dan negara-negara Muslim di seluruh dunia.
(mas)