Palestina: AS Tidak Bisa Lagi Berperan Dalam Upaya Damai
A
A
A
KAIRO -
Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad Maliki menyatakan Amerika Serikat (AS) sudah tidak bisa lagi bergabung dengan kuartet perdamaian Timur Tengah, karena sudah menjadi bagian dalam konflik Palestina-Israel.
Berbicara dalam pertemuan Liga Arab di Kairo, Maliki menuturkan AS secara tidak langsung telah menarik diri dari kuartet perdamaian Timur Tengah dengan mengakui Yerusalem sebagai Ibu kota Israel.
"AS telah mengecualikan dirinya sendiri (dari proses perdamaian), mereka tidak dapat lagi menengahi di proses perdamaian Timur Tengah. Mereka telah menjadi pihak dalam konflik tersebut, yang mengesampingkan kemungkinan partisipasi dalam proses perdamaian," kata Maliki, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (10/12).
Dalam pernyataanya, Maliki juga menyatakan perlunya untuk membauat sebuah kelompok, atau menunjuk pihak baru yang akan menjadi penengah proses perdamaian Israel-Palestiina.
Kuartet Timur Tengah sendiri adalah sebuah kelompok yang menengahi proses perdamaian Israel-Palestina, yang terdri dari AS, Rusia, Uni Eropa (UE), dan juga PBB.
Sementara itu, sebelumnya Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengklaim bahwa hanya AS, dan bukan 14 negara lain di Dewan Keamanan (DK) PBB, yang memiliki kredibilitas dalam hal menengahi konflik Israel-Palestina.
Berbicara dalam sesi khusus mengenai Yerusalem di DK PBB, Haley lalu menyatakan PBB tidak melakukan apapun untuk membantu menyelesaikan masalah Israel-Palestina. Justru menurutnya PBB terus menerus merusakan prospek damai antara Israel-Palestina.
Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad Maliki menyatakan Amerika Serikat (AS) sudah tidak bisa lagi bergabung dengan kuartet perdamaian Timur Tengah, karena sudah menjadi bagian dalam konflik Palestina-Israel.
Berbicara dalam pertemuan Liga Arab di Kairo, Maliki menuturkan AS secara tidak langsung telah menarik diri dari kuartet perdamaian Timur Tengah dengan mengakui Yerusalem sebagai Ibu kota Israel.
"AS telah mengecualikan dirinya sendiri (dari proses perdamaian), mereka tidak dapat lagi menengahi di proses perdamaian Timur Tengah. Mereka telah menjadi pihak dalam konflik tersebut, yang mengesampingkan kemungkinan partisipasi dalam proses perdamaian," kata Maliki, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (10/12).
Dalam pernyataanya, Maliki juga menyatakan perlunya untuk membauat sebuah kelompok, atau menunjuk pihak baru yang akan menjadi penengah proses perdamaian Israel-Palestiina.
Kuartet Timur Tengah sendiri adalah sebuah kelompok yang menengahi proses perdamaian Israel-Palestina, yang terdri dari AS, Rusia, Uni Eropa (UE), dan juga PBB.
Sementara itu, sebelumnya Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengklaim bahwa hanya AS, dan bukan 14 negara lain di Dewan Keamanan (DK) PBB, yang memiliki kredibilitas dalam hal menengahi konflik Israel-Palestina.
Berbicara dalam sesi khusus mengenai Yerusalem di DK PBB, Haley lalu menyatakan PBB tidak melakukan apapun untuk membantu menyelesaikan masalah Israel-Palestina. Justru menurutnya PBB terus menerus merusakan prospek damai antara Israel-Palestina.
(esn)