Rudal Balistik Antar Benua Korut Jatuh di Dekat Jepang
A
A
A
WASHINGTON - Beberapa pejabat mengatakan Korea Utara (Korut) menembakkan rudal balistik antar benua (ICBM) yang mendarat di dekat Jepang. Sejumlah ilmuwan memperingatkan bahwa secara teoritis, Washington berada dalam jangkauan senjata Pyongyang.
Korut menembakkan rudal seminggu setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menempatkan negara itu ke daftar negara anggota yang mendukung terorisme. Ini adalah peluncuran pertamanya sejak pertengahan September.
Penunjukan tersebut memungkinkan AS untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi, walaupun beberapa ahli mengatakan bahwa mereka berisiko menimbulkan ketegangan di Semenanjung Korea.
Korut telah melakukan puluhan uji coba rudal balistik di bawah pimpinan Kim Jong-un, yang menentang sanksi PBB. Trump telah bersumpah untuk tidak membiarkan Korut mengembangkan rudal nuklir yang bisa melanda daratan AS.
Militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan rudal tersebut, yang ditembakkan pada lintasan yang curam, mencapai ketinggian sekitar 4.500 km dan terbang sejauh 960 km sebelum mendarat di zona ekonomi eksklusif Jepang.
"Ini terus bergerak maju dari pada tembakan sebelumnya yang telah mereka lakukan, sebuah upaya penelitian dan pengembangan untuk terus membangun rudal balistik yang dapat mengancam di mana-mana di dunia, pada dasarnya," kata Menteri Pertahanan AS Jim Mattis kepada wartawan di Gedung Putih seperti dilansir dari Reuters, Rabu (29/11/2017).
Sementara itu, wakil sekretaris kabinet Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah berbicara melalui telepon dan sepakat untuk meningkatkan kemampuan pencegahan terhadap Korut.
"Ini adalah situasi yang akan kami tangani," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, yang berbicara mengenai uji coba terakhir yang dilakukan oleh Korut.
Trump, yang diberi laporan terkait peluncuran rudal itu saat berada dalam penerbangan, mengatakan bahwa hal itu tidak mengubah pendekatan pemerintahannya terhadap Korut, yang telah memasukkan hambatan baru untuk melukai perdagangan antara China dan Korut.
Korut menembakkan rudal seminggu setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menempatkan negara itu ke daftar negara anggota yang mendukung terorisme. Ini adalah peluncuran pertamanya sejak pertengahan September.
Penunjukan tersebut memungkinkan AS untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi, walaupun beberapa ahli mengatakan bahwa mereka berisiko menimbulkan ketegangan di Semenanjung Korea.
Korut telah melakukan puluhan uji coba rudal balistik di bawah pimpinan Kim Jong-un, yang menentang sanksi PBB. Trump telah bersumpah untuk tidak membiarkan Korut mengembangkan rudal nuklir yang bisa melanda daratan AS.
Militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan rudal tersebut, yang ditembakkan pada lintasan yang curam, mencapai ketinggian sekitar 4.500 km dan terbang sejauh 960 km sebelum mendarat di zona ekonomi eksklusif Jepang.
"Ini terus bergerak maju dari pada tembakan sebelumnya yang telah mereka lakukan, sebuah upaya penelitian dan pengembangan untuk terus membangun rudal balistik yang dapat mengancam di mana-mana di dunia, pada dasarnya," kata Menteri Pertahanan AS Jim Mattis kepada wartawan di Gedung Putih seperti dilansir dari Reuters, Rabu (29/11/2017).
Sementara itu, wakil sekretaris kabinet Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah berbicara melalui telepon dan sepakat untuk meningkatkan kemampuan pencegahan terhadap Korut.
"Ini adalah situasi yang akan kami tangani," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, yang berbicara mengenai uji coba terakhir yang dilakukan oleh Korut.
Trump, yang diberi laporan terkait peluncuran rudal itu saat berada dalam penerbangan, mengatakan bahwa hal itu tidak mengubah pendekatan pemerintahannya terhadap Korut, yang telah memasukkan hambatan baru untuk melukai perdagangan antara China dan Korut.
(ian)