Di China, Trump Bahas Ketimpangan Perdagangan

Kamis, 09 November 2017 - 17:16 WIB
Di China, Trump Bahas...
Di China, Trump Bahas Ketimpangan Perdagangan
A A A
BEIJING - Presiden China Xi Jinping menjamu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari pertama kunjungannya di Beijing. Trump akan fokus dalam isu nuklir Korea Utara (Korut) dan ketimpangan perdagangan antara China dan AS.

Dalam kunjungan selama dua hari di Beijing, Trump akan meminta China untuk mematuhi resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan memutus jaringan finansial dengan Korut. Beijing selama ini merupakan mitra perdagangan utama dan sekutu utama Korut.

Para pejabat Gedung Putih yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, Trump percaya kalau perundingan dengan Korut akan diperlukan untuk mengurangi ancaman, mengakhiri provokasi, dan mewujudkan denuklirisasi. "Tidak ada kesepakatan yang bisa dicapai tanpa denuklirisasi," papar pejabat tersebut.

Sebelum menuju Beijing, Trump mengungkapkan China merupakan salah satu negara yang harus menjalankan sanksi ekonomi terhadap Pyongyang, melemahkan hubungan diplomatik, dan memutuskan ikatan kerja sama dengan Korut. "Negara itu (Korut) memilih mengabaikan ancaman ini atau semakin buruk," ujarnya.

Kemudian, Trump juga akan berdiskusi dengan Xi tentang perdagangan antara China dan AS. "Ketidakseimbangan perdagangan antara China dan AS akan menjadi topik diskusi," ungkap Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross.

Baik Trump dan Xi akan menggelar pertemuan formal pada hari ini. Pada kunjungan hari pertama di Beijing, Trump dijamu Presiden Xi di Forbidden City (Kota Terlarang), rumah kuno para kaisar China. Xi sepertinya ingin mengistimewakan kunjungan Trump kali ini. Apalagi, Trump merupakan pemimpin asing pertama yang berkunjung setelah kongres Partai Komunis memperkuat dan mendukung kekuasaan Xi.

Trump dan istrinya, Melania, disambut Yang Jiechi yang selama ini menjadi pemain kunci bagi China untuk mendekatkan diri dengan Trump. Di Forbidden City, Trump disuguhi video pertunjukkan cucunya Arabella Kushner yang menyanyi dalam Bahasa Mandarin dan membaca puisi klasik China. Xi memuji penampilan Arabella dengan nilai "A+".

"Saya berharap Arabella bisa berkunjung ke China secepatnya," ujar Xi dilansir kantor berita China, Xinhua.

Video Arabella membaca puisi China itu menjadi viral di media sosial China setelah pemilu Trump pada tahun lalu. Xi juga mengajak Trump berkeliling di Forbidden City, salah satu warisan dunia versi UNESCO. Setelah iu, kedua pasangan pemimpin dunia itu menonton opera China dan pertunjukan akrobatik.

"Itu sesuatu yang menarik," ungkap Trump setelah menonton pertunjukan opera dan akrobatik,dilansir Reuters. "Kita mempunyai waktu yang menyenangkan," imbuhnya.

Penyambutan Trump di Bandara Beijing, Rabu (8/11/2017) juga lebih menarik. Selain ada penyambutan militer, banyak anak-anak yang melambaikan bendera AS dan China saat parade mobil Trump melintasi jalanan. Upacara penyambutan secara formal Trump di Balai Agung Rakyat pada hari ini juga akan disiarkan langsung oleh televisi nasional China.

Kunjungan Trump di China itu memang lawatan kenegaraan plus karena banyak keistimewan yang didapatkan Presiden AS itu. Sebelumnya saat berkunjung ke Korea Selatan (Korsel), Trump menggunakan bahasa keras yang dialamatkan kepada Korut. Dia menyerukan agar negara-negara di seluruh dunia mengisolasi Korut.

"Jangan pernah merendahkan kita dan jangan mencobanya," ujar Trump saat berpidato di Dewan Nasional Korsel sebelum berkunjung ke Beijing.

Trump menggambarkan tentang Korut yang terisolasi. Dia mengungkapkan banyak rakyat Korut yang menderita. Para pejabat Korut mempekerjakan "budak" di luar negeri dibandingkan bekerja di dalam negeri. Padahal sebelumnya, Trump juga menawarkan langkah diplomatik dengan Pyongyang untuk membuat kesepakatan.

"Saya menjanjikan masa depan lebih baik bagi Korut jika menghentikan program misil balistik dan sepakat untuk denuklirisasi total," janji Trump.

Kepada anggota parlemen Korsel, Trump menegaskan Washington tidak mengizinkan kota-kota AS dihancurkan. "Kita tidak mau diintimidasi," ujarnya. Dia juga menjelaskan kalau dunia tidak bisa menoleransi rezim kejam yang mengancam dengan nuklir yang menghancurkan.

Dari Manila, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengungkapkan dia akan mengungkapkan Presiden Trump agar tidak membicarakan isu hak asasi manusia (HAM) saat bertemu. Trump akan berkunjung ke Manila pada tahap akhir lawatannya selama 12 hari ke Asia, termasuk ke Jepang, Korsel, China, dan Vietnam.

Duterte memang selama kerap dikritik para pemimpin Barat mengenai catatan HAM karena kebijakan perang melawan narkoba. "Kamu ingin bertanya tentang suatu pertanyaan (HAM), saya akan memberimu sebuah jawaban. Abaikan. Itu bukan urusanmu. Itu adalah urusanku. Saya bertanggung jawab atas negara saya dan saya akan mengobati negara saya hingga sehat," ujar Duterte sebelum pergi menuju Vietnam.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0932 seconds (0.1#10.140)